
Oleh: Ita Ummu Maiaa
Linimasanews.id—Viralnya grup Facebook “Fantasi Sedarah” sangatlah meresahkan. Keluarga yang mestinya menjadi tempat aman, nyaman, dan menyenangkan terutama bagi anak-anak, saat ini justru sebaliknya, mereka terancam dari orang-orang terdekatnya.
Semestinya, keluarga yang merupakan tatanan sosial terkecil dalam masyarakat ini menjadi tempat tumbuh kembang anak dengan pendidikan, adab, dan pembelajaran kehidupan. Karena itu, keluarga memiliki peran penting sebagai peletak fondasi pendidikan, adab, dan pembelajaran hidup. Dalam hal ini, orang tua mestinya menjadi teladan ideal bagi anak-anaknya.
Tantangan di era digital saat ini, anak-anak mudah mendapatkan berbagai informasi apa pun dari gadget di tangannya. Maka, orang tua mesti melek teknologi, menjadi teladan yang baik, dan mampu menjadi teman agar anak-anak terbuka berkomunikasi serta mendapatkan informasi yang benar. Orang tua mesti senantiasa belajar agar mampu memberikan informasi yang benar kepada anak-anaknya.
Sayangnya, kondisi saat ini menjadikan beban orang tua makin berat dengan berbagai gempuran dari dalam maupun dari luar. Salah satunya gempuran informasi itu ialah beredarnya grup “Fantasi Sedarah” yang jelas bertentangan dengan nilai-nilai moral sekaligus mengancam keselamatan dan masa depan anak-anak. Grup dengan ribuan pengikut tersebut memuat fantasi seksual yang melibatkan inses. Ini bukan hanya tidak pantas, tetapi juga dapat merusak persepsi publik terhadap hubungan keluarga yang sehat.
Sementara dalam Islam, sangat jelas diatur, siapa saja yang tidak boleh dinikahi (mahram). Perempuan yang terkategori mahrom tersebut ada yang sebab sedarah (kandung), pernikahan, dan sepersusuan.
Islam juga memiliki batasan yang jelas tentang pergaulan laki-laki dan perempuan. Dalam Islam, nasab (keturunan) memiliki peran penting untuk memuliakan dan menjaga kehormatan manusia. Interaksi lawan jenis dalam Islam didasari rasa tolong-menolong, bukan hawa nafsu. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki batasan ketika berinteraksi.
Islam memiliki upaya pencegahan agar kemuliaan manusia senantiasa terjaga melalui keluarga. Di dalam keluarga, baik ayah ataupun ibu memiliki peran yang sama penting dalam menjaga keharmonisan keluarga. Anak diberikan pemahaman tentang batasan aurat laki-laki dan perempuan, ditanamkan rasa malu, tidur terpisah, tidak dalam satu selimut, dan sebagainya.
Ayah sebagai kepala keluarga atau wali memiliki tanggung jawab agar kebutuhan sandang, pangan, papan di keluarganya tercukupi. Ibu sebagai pengatur dan pengurus rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus keperluan masing-masing anggota keluarga. Orang tua mesti memberikan pemikiran, pemahaman, peraturan yang benar tentang segala sesuatunya kepada anak.
Di sisi lain, mengingat anak tidak hanya hidup di dalam keluarga, namun juga di sekolah dan masyarakat, maka terwujudnya hubungan keluarga yang sehat ini butuh peran negara. Negara memiliki kewenangan dan kebijakan dalam mengatur dan mengurus rakyatnya. Di antaranya, negara berwenang dalam membuat kebijakan agar hanya ada konten-konten edukatif di media sosial, membuat kebijakan yang dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para ayah/wali agar mampu mencukupi kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Jika aturan-aturan Islam yang diterapkan oleh sebuah institusi negara, niscaya mampu mencetak keluarga hebat yang melahirkan generasi-generasi hebat.