
Oleh: Umi Hanifah (Aktivis Muslimah Jember)
Linimasanews.id—Kedatangan Trump ke negara-negara Teluk: Arab Saudi, Qatar, dan Umi Emirat Arab telah memperjelas cengkeramannya atas dunia lslam. Dalam hal ini, yang membuat malu adalah sambutan suka cita para pemimpin Arab. Musuh yang tangannya berlumuran darah warga Gaza, disambut seakan dianggap malaikat. Lebih menyakitkan, mereka membahas bisnis dengan angka triliunan, padahal saudaranya di Gaza tengah menjerit meminta pertolongan akibat pembantaian yang dilakukan Zionis Yahudi laknatullah atas dukungan penuh Amerika hingga kelaparan akut melanda.
Diketahui, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perjanjian investasi dengan Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab senilai lebih dari $2 triliun untuk proyek-proyek di bidang pertahanan, penerbangan, dan kecerdasan buatan, di antara usaha-usaha lainnya selama perjalanannya ke Timur Tengah (Forbes.com, 15/5/2025).
Sikap pemimpin negeri-negeri Arab ini adalah penghianatan nyata terhadap Allah, Rasulullah saw., dan umat Islam. Mereka bermesraan dengan musuh, di saat yang sama membiarkan saudaranya di Gaza dibantai di depan matanya. Mereka punya kekuatan tentara dan senjata, tetapi membiarkannya hanya diam di barak-barak. Uang dan kekuasaan hanya sebagai pakaian sombong di hadapan manusia yang tidak berdaya.
Trump adalah pemimpin negara besar yang menjadi dalang di sebagian besar sengketa yang ada di dunia, terutama di Gaza hari ini. Watak penjajah yang menjadikan uang sebagai berhala membuat negara ini melakukan cara yang lunak hingga keras. Timur Tengah dengan berbagai potensinya, sumber daya alam yang melimpah dan watak tegas penduduknya yang memegang prinsip Islam membuat Amerika harus mengeluarkan kebijakan keras. Tidak ada belas kasih terhadap jeritan wanita dan anak-anak. Sekolahan diratakan dengan tanah, rumah sakit dan para medis dijadikan sasaran rudal, tempat mengungsi jadi ajang pembantaian, dengan jelas genosida mengancam Gaza.
Sungguh, gelontoran dana pemimpin negeri-negeri Arab kepada AS sangat melukai perasaan Gaza yang sedang meregang nyawa akibat senjata penjajah zionis Yahudi dengan dukungan penuh Amerika. Tidak ada rasa malu apalagi berdosa, cinta dunia membuat mereka memilih bungkam dan membiarkan kebiadaban terhadap Gaza.
Islam Menghapus Duka
Sikap umat lslam sangat jelas: solusi Gaza hanya dengan jihad di bawah komando seorang pemimpin yang mencintai syahid di jalan-Nya. Yakni, pemimpin yang setara dengan Amirul Mukminin Umar bin Al-Khatab pada tahun 637 M (16 H) yang menaklukan Baitul Maqdis dari tangan Romawi dengan menjamin perlindungan dan keamanan bagi penduduknya. Sikap ksatria pendahulunya ini dilanjutkan oleh Salahudin Al-Ayubi, pahlawan sejati yang menaklukan Baitul Maqdis 27 oktober 1187 M bertepatan dengan 27 Rajab 583 H.
Mereka mengembalikan kemuliaan kiblat pertama, bukan malah menghinakan diri di hadapan musuh. Terbukti, sejak Baitul Maqdis dalam naungan kepemimpinan lslam, Palestina bisa berdampingan dengan semua agama, hidup rukun tanpa ada gangguan. Inilah gambaran kepemimpinan Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Karena itu, sekali lagi, kedatangan Trump telah memperdalam luka umat Islam. Pemimpin Arab bagai kerbau di cocok hidungnya, mata dan hatinya tertutup meski jeritan saudaranya yang bersimbah darah akibat senjata Amerika menggema. Bahkan hari ini mereka mejadi penyokong ekonomi penjajah, kucuran dana yang masuk dibuat untuk memproduksi senjata yang ditikamkan pada kaum muslim sendiri.