
Oleh: R. Nugrahani, S.Pd.
Linimasanews.id—Musim haji telah tiba. Setiap tahun umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang berkumpul di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukum Islam kelima. Karena itulah ibadah haji menjadi salah satu bentuk ibadah yang sangat penting bagi umat Islam. Semua itu dilakukan dalam rangka menyempurnakan rukun Islam.
Dalam ibadah haji, umat Islam diajarkan untuk melepaskan diri dari egoisme, kelalaian, dan ketergantungan pada urusan yang bersifat duniawi. Haji bisa dijadikan sebagai pelatihan jangka pendek untuk mendidik umat Islam menjadi pribadi yang lebih kuat.
Ibadah haji merupakan ibadah yang dijalankan secara bersamaan. Seluruh jamaah haji akan berada di Arafah pada 9 Dzulhijjah. Cara berpakaian mereka sama. Setelahnya, jamaah haji akan berlanjut ke Muzdalifah, Mina untuk melakukan lempar jumrah, kemudian ke Mekkah untuk thawaf, dilanjutkan dengan sa’i, hingga tahallul.
Semua rangkaian yang ada dalam ibadah haji menegaskan adanya konsep persatuan pada diri umat Islam. Sebab, dalam pelaksanaan rangkaian ibadah haji itu menghapus adanya sekat bangsa, ras, warna kulit, status sosial, bahasa, maupun geografis. Ketika berada di padang Arafah, thawaf mengelilingi Ka’bah, seluruhnya dalam satu ketaatan, hanya tunduk pada perintah Allah Swt. Tidak pernah terpikirkan untuk melakukan pelanggaran.
Kesatuan ini memperlihatkan akan persatuan umat Islam yang tidak dilandasi atas kesamaan budaya atau etnis. Namun, semuanya disatukan dengan adanya akidah Islam yang menghapus segala perbedaan yang bersifat duniawi. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Hajj : 27.
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Realitas ibadah haji juga memberikan indikasi bahwa umat Islam sejatinya layak dipersatukan. Itu semua bisa dirasakan dan dilihat secara langsung oleh mereka yang sedang menjalankan ibadah haji maupun yang mengikutinya melalui media. Perbedaan yang ada tidak lagi menjadikannya sebagai kendala. Ukhuwah islamiyah justru begitu terasa. Ketika para jamaah haji bertemu, bertegur sapa, saling berucap salam, itu semua merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Tak ada lagi sekat-sekat pemisah yang menghalangi. Asalkan muslim, mereka saudara.
Namun, persatuaan saat pelaksanaan ibadah haji ini sering kali terjadi hanya sesaat. Setelah semuanya selesai, umat Islam kembali terpecah, bahkan ada yang kembali bermusuhan. Semua seolah melupakan persatuan dan ukhuwah islamiyah ketika berhaji. Bahkan, tidak sedikit yang lupa akan derita yang dialami kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Peristiwa yang terjadi di Palestina, Suriah, Yaman, Pakistan, India, Uighur, Rohingnya, dsb. Hingga kini, tidak terlihat nyata solusi penyelesaiannya. Bahkan penguasa-penguasa dari negeri-negeri muslim tidak menunjukkan pembelaannya kepada kaum muslimin yang terzalimi, justru bersekutu pada Barat dan Amerika Serikat (AS).
Rangkaian yang ada dalam ibadah haji membuktikan bahwa umat Islam bisa dipersatukan, meskipun berbeda bangsa, ras, warna kulit, bahasa, maupun mahzab. Jika realitas persatuan dalam ibadah haji bisa terwujud dalam kehidupan politik, maka umat Islam tidak akan terjerat dalam naungan nation state. Persatuan ini merupakan suatu keharusan untuk diwujudkan agar umat Islam menjadi kuat dan siap menghadapi tantangan jaman. Dengan adanya persatuan umat, penjajahan, kemiskinan, perpecahan, tekanan global akan mampu dihadapi.
Persatuan hakiki tidak akan terwujud jika menjadikan ibadah haji hanya sekadar ibadah mahdloh (ritual) saja yang dilakukan tahunan. Karena itu, perlu ditanamkan pada diri umat Islam bahwa pelaksanaan ibadah haji tidak sekedar penyempurnaan rukum Islam. Namun, lebih dari itu, pelaksanaan haji merupakan panggilan ukhuwah dan jihad yang akan menyatukan umat dalam satu tubuh dan satu tujuan.
Dengan adanya kesadaran seperti itu, setelah selesai semua rangkaian pelaksanaan ibadah haji, maka semangat persatuan umat Islam akan diserukan di negeri mereka masing-masing. Seruan masif persatuan umat Islam, ketaatan secara totalitas pada syariat Islam dalam segala aspek kehidupan, baik secara individu, bermasyarakat, dan bernegara, harus segera diwujudkan. Karena l, hal ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk membebaskan umat Islam dari keterjajahan, dan mengembalikan posisi umat Islam dalam kemuliaan.
Dengan pemaknaan seperti inilah, maka ibadah haji tak lagi hanya sebatas ritual saja. Ibadah haji akan memberikan pengaruh yang besar pada umat Islam untuk mewujudkan persatuan dalam sebuah institusi politik Islam yang mendunia. Selain itu, mengembalikan kejayaan umat Islam, dengan menjalani kehidupan ini dalam naungan sebuah institusi yang berlandaskan Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasuululLâh, satu imam, satu sistem, dan satu negara, yaitu Daulah Khilafah Islamiyah.