
Oleh: Yuni Masruroh (Aktivis Muslimah)
Linimasanews.id—Sangat disayangkan tahun baru Islam, 1 Muharram 1447 H ini masih diwarnai berbagai persoalan yang membelenggu umat. Nasib umat masih suram. Genosida di Palestina masih terus terjadi di tengah pengkhianatan penguasa negeri-negeri muslim yang tidak juga bergerak mengirim pasukan mengusir penjajah Zionis dari Gaza. Warga Gaza dibuat mati perlahan karena kelaparan, bertaruh nyawa untuk sekedar mengambil bantuan makanan karena serangan Zionis di tempat pembagian bantuan makanan.
Momentum Tahun Baru Islam seharusnya bukan sekedar perayaan tahunan. Pergantian tahun adalah momentum untuk introspeksi bahwa Allah telah melabeli umat Islam sebagai umat yang terbaik. Allah Swt. berfirman, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali Imron: 110).
Abu Hurairah r.a mengatakan, maknanya adalah sebaik-baik manusia untuk umat manusia. Lanjutnya, “Kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.”
Umar bin Khattab r.a. pernah mengatakan, “Barangsiapa yang ingin dirinya termasuk golongan umat ini, hendaklah ia menunaikan syarat yang ditetapkan oleh Allah di dalamnya.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir)
Dengan demikian, jati diri umat Islam sebenarnya adalah sebagai pembawa cahaya bagi kehidupan. Umat Islam akan memimpin umat yang lain agar meninggalkan kegelapan, kebodohan, dan kehinaan, kemudian mengambil cahaya Islam.
Karena itu, aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar memang sudah seharusnya menjadi aktivitas yang melekat di dalam diri umat Islam. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau tanpa lelah melakukan dakwah di Makkah dan sekitarnya ,serta mengajak manusia kepada kemuliaan Islam hingga akhirnya Rasulullah mendapatkan kekuasaan yang menolong dari tangan Sa’ad bin Muadz, seorang tokoh dari suku Aus, pemimpin dari Bani Asyhal.
Melalui kekuasaan itu, Rasulullah akhirnya bisa menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam institusi negara Islam. Karena itulah Rasulullah dan para sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah. Bukan dalam rangka menyelamatkan diri dari siksaan kaum kafir Quraisy karena keteguhan mereka memegang Islam, melainkan hijrah untuk beralih dari darul kufur (negeri yang kufur) ke darul Islam (negara Islam).
Inilah momentum manusia berpindah dari kegelapan menuju cahaya Islam dalam naungan negara Islam di Madinah. Peristiwa hijrah ini kemudian ditetapkan dalam penanggalan Hijriyah sebagai satu Muharram.
Sayangnya, hari ini predikat sebagai umat terbaik tidak tampak nyata dalam kehidupan umat Islam. Jangankan menjadi pemimpin umat lain menuju cahaya Islam, kaum muslimin justru terpuruk dalam lembah kehinaan dan kenestapaan. Genosida, karut-marut kehidupan umat demi memenuhi kebutuhan hidup, generasi jauh dari syariat, kehidupan bernegara dan bermasyarakat rusak, umat tersekat nasionalisme, merupakan realitas rusak yang jauh dari standar khoiru ummah (umat terbaik).
Sudah seharusnya umat merenungi bahwa kondisi buruk ini akibat jauh dari aturan Allah Swt. Allah telah memperingatkan, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124:)
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman Allah tersebut. “Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” maknanya adalah kesengsaraan.
Penyebab keterpurukan umat Islam hari ini sehingga tidak menjadi khairu ummah adalah karena tidak lagi berpegang teguh pada aturan Allah dalam setiap sendi kehidupan. Umat Islam telah mengambil pemikiran Barat, yaitu sekularisme sebagai keyakinannya. Padahal, sekularisme memisahkan agama dari kehidupan.
Sistem kehidupan umat Islam saat ini di bawah ideologi kapitalisme, sistem kehidupan yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Akibatnya, umat Islam diperdaya dan direndahkan oleh Barat, bahkan tunduk padanya.
Satu-satunya cara untuk meraih kembali kemuliaan adalah dengan kembali kepada aturan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan secara kaffah. Rasulullah saw. mencontohkan kehidupan Islam secara kaffah membutuhkan institusi negara, sampai-sampai Beliau harus hijrah dari Makkah ke Madinah. Jadi, umat Islam hari ini harus menyadari bahwa solusi tuntas semua keterpurukan adalah hadirnya institusi negara Islam. Khilafah akan menjadi institusi junnah (perisai) bagi umat Islam.
Namun, berdirinya khilafah membutuhkan perjuangan dari umat Islam sebagaimana Rasulullah dan para sahabat dahulu berjuang. Perjuangan seperti ini menuntut adanya bimbingan dari jamaah dakwah Islam ideologis yang tulus dan istiqamah berjuang di jalan Allah. Jamaah dakwah tersebut mengambil metode dakwah Rasulullah sebagai metode dakwahnya. Bersama jamaah dakwah Islam ideologis itu, umat akan menuju kemuliaan sebagai khoiru ummah.