
Oleh: Astriani Nur Fatikasari
Linimasanews.id—Muharram merupakan salah satu bulan istimewa yang tidak hanya sekadar mengawali tahun dalam kalender Islam, tetapi menyimpan makna historis dan spiritual yang sangat dalam. Di bulan inilah peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah terjadi dan menjadi peristiwa monumental yang menandai lahirnya peradaban Islam.
Namun ironisnya, 1 Muharram 1447 H, 26 Juni 2025 hadir di tengah keterpurukan umat Islam yang masih jauh dari cita-cita kemuliaan. Umat masih terus berada dalam tekanan, penjajahan, dan ketertinggalan. Genosida atas Palestina yang hingga kini masih terjadi adalah luka kolektif umat yang belum sembuh. Ironisnya, sebagian besar rezim di negeri-negeri Muslim justru diam, bahkan ada yang secara politik berpihak kepada penjajah. Ini bukan sekadar krisis kemanusiaan, tetapi cerminan dari krisis kepemimpinan dan sistemis di tubuh umat.
Jika kita menengok kembali sejarah, kebangkitan Islam dimulai dari hijrah. Ketika Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya berhijrah ke Madinah, bukan sekadar berpindah tempat, tetapi membangun tatanan baru yang berdasarkan pada hukum Allah.
Lahirnya negara Islam di Madinah adalah titik tolak penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam tak hanya menjadi agama, tetapi juga menjadi sistem kehidupan yang mengatur politik, ekonomi, sosial, dan budaya secara menyeluruh. Pada masa inilah umat Islam menjadi pemimpin peradaban dunia.
Umat Terpuruk karena Jauh dari Syariat
Meskipun muslimin lebih dari 1,9 miliar, pengaruh politik dan eksistensi peradaban Islam nyaris tak terlihat. Fragmentasi di tubuh umat, dominasi sistem sekuler, dan penjajahan intelektual membuat umat kehilangan jati dirinya. Mereka tercerabut dari akarnya, yaitu Al-Qur’an dan sunnah. Sebagaimana firman Allah, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa menjauh dari aturan Allah hanya akan membawa penderitaan. Maka tak mengherankan, umat Islam kini mengalami degradasi di berbagai bidang, baik politik, pendidikan, ekonomi, hingga moral. Ini adalah akibat dari penerapan sistem buatan manusia yang tidak bersumber dari wahyu.
Kembali pada Islam Kafah dan Institusi Khilafah
Satu-satunya jalan keluar dari kondisi ini adalah dengan kembali kepada Islam secara kaffah (menyeluruh). Tidak cukup sekadar menjalankan ibadah individual, tetapi Islam harus diterapkan sebagai sistem kehidupan yang utuh. Dalam hal ini, umat Islam membutuhkan institusi yang mampu menerapkan hukum-hukum Allah secara menyeluruh dan melindungi umat dari kezaliman global. Itulah Khilafah—sebuah sistem pemerintahan yang pernah menjadikan umat ini jaya selama lebih dari 13 abad.
Penerapan syariat Islam dalam naungan Khilafah bukanlah utopia. Ia pernah ada dan terbukti membawa keadilan, ilmu pengetahuan, dan kesejahteraan tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi umat manusia seluruhnya. Ketika dunia Barat masih tenggelam dalam kegelapan abad pertengahan, Khilafah justru menjadi pusat peradaban yang mencerdaskan dunia.
Peran Jamaah Dakwah dalam Menyadarkan Umat
Ide besar tidak akan mungkin terwujud tanpa adanya proses penyadaran di tengah umat. Umat perlu dipahamkan kembali bahwa kemuliaan tidak akan diraih selama berpaling dari aturan Allah. Dibutuhkan jamaah dakwah yang ikhlas, sabar, dan istiqamah dalam menyampaikan kebenaran, meski harus menghadapi rintangan dari sistem yang ada. Jamaah inilah yang akan menjadi penggerak kebangkitan, penyeru perubahan, sekaligus pembimbing umat menuju kesadaran politik Islam yang murni.
Penting disadari bahwa perubahan tidak datang secara instan. Ia membutuhkan perjuangan, konsistensi, dan kejelasan arah. Dalam sejarah, perubahan besar selalu diawali oleh sekelompok kecil yang memiliki visi yang tajam dan keyakinan kuat pada janji Allah.
Refleksi Muharram tahun ini seharusnya tidak berhenti pada perenungan personal. Ia harus menjadi titik balik kebangkitan kolektif umat. Seperti hijrah Rasulullah ﷺ yang menandai awal peradaban baru, umat Islam hari ini juga perlu melakukan “hijrah pemikiran” dan “hijrah peradaban”, yaitu berpindah dari dominasi sistem sekuler menuju sistem Islam yang diturunkan oleh Allah Swt.
Tahun baru Hijriah harus menjadi awal dari perjuangan menuju perubahan hakiki. Yakni, perubahan yang menjadikan Islam bukan hanya simbol dan identitas, tetapi juga asas dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah saatnya umat Islam kembali menjemput janji Allah untuk menjadi umat terbaik, dengan menerapkan Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.