
Oleh: Ika Kusuma
Linimasanews.id—Sebagai momen penting dan bersejarah, pergantian Tahun Baru Hijriyah selalu disambut gembira umat Islam seluruh dunia. Berdasarkan kalender Hijriyah Kementerian Agama (Kemenag), tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025 (liputan 6.com, 19/6/2025).
Di tengah keterpurukan umat Islam dengan segala persoalannya saat ini, peringatan Tahun Baru Hijriyah hendaknya tak hanya sekadar seremonial, namun mesti menjadi momen tepat untuk umat Islam introspeksi diri. Umat Islam saat ini bisa dikatakan tidak dalam keadaan baik-baik saja. Umat berada dalam berbagai problematika, baik secara fisik maupun akidah. Ancaman fisik, seperti dialami muslimin di India, Rohingya, serta genosida di Palestina oleh Zionis. Mirisnya, penguasa negeri-negeri muslim seolah kehilangan kemampuan untuk melindungi umat muslim dunia.
Sedangkan dari sisi akidah, pola pikir sekuler terus menggerus dan menghilangkan pemahaman umat tentang syariat Islam yang murni. Itu terjadi melalui sistem pendidikan, pemerintahan, maupun ekonomi.
Sejarah
Penetapan kalender Hijriyah didasarkan pada momen hijrah Nabi Muhammad saw. Momen tersebut menjadi awal terwujudnya kemuliaan umat. Sejak saat itu, umat Islam bersatu dalam satu naungan Daulah Islam, syariat Islam menjadi aturan kehidupan.
Ketika Daulah Islam tegak, umat hidup sejahtera dalam aturan Islam. Dengan qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) Islam yang diterapkan saat itu, Islam dapat tersebar ke seluruh dunia. Islam terbukti mampu menyatukan perbedaan bahasa, budaya, suku, dan keyakinan dalam naungan Daulah Islam.
Sejarah juga mencatat, peradaban Islam mencapai kemajuan di berbagai bidang, baik sains, ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Bahkan, peradaban Islam menjadi mercusuar dunia. Umat benar-benar menjadi refleksi khairu ummah (umat terbaik) pada saat itu.
Sayangnya, predikat khairu ummah tidak lagi terlihat pada diri umat Islam saat ini. Umat kini begitu lemah meski jumlahnya banyak. Umat Islam tercerai-berai dan sulit bersatu. Hal ini harusnya menjadi bahan renungan mendalam bagi umat tentang akar masalah sebenarnya yang menyebabkan semua ini terjadi.
Jika kita mau berpikir, kita akan memahami bahwa kehancuran umat dimulai ketika umat perlahan melepaskan dan meninggalkan syariat Allah. Ini sesuai dengan firman Allah QS.Taha ayat 124, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu,maka dia akan menjalani kehidupan yang sempit,dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Dalam kitab Nidzamul Islam karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani juga dijelaskan bahwa tatkala daulah (negara) Islam dan umat melepaskan tugas mengemban qiyadah fikriyah Islam dan ketika mereka tidak lagi mementingkan dakwah Islam, maka saat itulah daulah (negara) dan umat ini sirna di antara umat-umat yang lain.
Hal ini terbukti ketika kekhilafahan terahir di Turki runtuh pada 1924. Sistem kekhilafahan ketika itu dihapus oleh Mustafa Kemal Attaturk. Sejak saat itulah, umat Islam benar-benar telah kehilangan perisainya, yang seharusnya mampu melindungi umat dari kezaliman para penjajah.
Umat Islam saat ini terpecah dan sulit bersatu karena sekat negara bangsa (nation state) yang sengaja diciptakan musuh Islam. Secara akidah, umat juga terus dirongrong oleh pemikiran sekuler dengan tujuan menghapus pola pikir Islam dari umat Islam itu sendiri.
Refleksi
Di momen Tahun Baru Hijriyah ini, seharusnya umat Islam bisa mengambil pelajaran. Terbukti dalam sejarah bahwa umat Islam mampu berjaya menjadi mercusuar dunia ketika syariat Islam ditegakkan dalam Daulah Islam (khilafah). Karena itu, jika umat ingin kejayaannya kembali, tidak ada jalan lain, selain kembali menegakkan syariat Islam secara kaffah.
Tentu itu menjadi tantangan yang tak mudah bagi umat saat ini. Sebab, gempuran pemikiran sekuler terus menggerus keimanan. Propaganda yang diembuskan Barat telah melahirkan islamofobia, bahkan dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Terbukti, tak sedikit umat Islam yang justru alergi walau hanya sekadar mendengar kata khilafah dan syariat Islam kaffah disebut.
Karena itu, satu hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus menyuarakan tentang kebenaran Islam, menyadarkan dan memahamkan umat tentang pentingnya syariat, serta menyadarkan umat tentang hakikat mereka sebagai seorang muslim yang wajib ikut serta berjuang menegakkan khilafah.
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nidzamul Islam mengatakan, “Iman kepada syariat tidak cukup dilandaskan pada akal. Akan tetapi, harus disertai sikap penyerahan total dan penerimaan secara mutlak tentang segala yang datang dari Allah Swt.
Semua ini hanya bisa ditempuh dengan jalan dakwah ideologis secara istikamah. Dakwah ini tak bisa ditempuh sendiri tanpa adanya kelompok dakwah ideologis yang terus mengedukasi umat akan urgensi penerapan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan. Dengan jalan dakwah ini, semoga umat bisa segera tersadar hingga bersama-sama berjuang menuju kebangkitan umat yang hakiki.