
Oleh: Nurjannah
Linimasanews.id—Dunia saat ini begitu aneh. Jika seseorang mendapat pelecehan, baik verbal maupun nonverbal, maka dunia ramai bersuara mengkritik keras pelakunya, bahkan dengan standar kesetaraan. Tapi jika yang dihina adalah bagian dari agamanya, maka yang berani bersuara hanya sedikit, bahkan menimbulkan pro dan kontra.
Sangat disayangkan, penghinaan terhadap Rasulullah sudah sering terjadi, tapi dunia seakan diam. Yang bersuara hanya segelintir orang. Atas nama kebebasan berpendapat, apa pun yang berbau Islam seakan mudah mendapat kritikan tajam.
Ini membuktikan adanya diskriminasi terhadap Islam. Selama ini, sorotan pernikahan dini selalu tertuju pada Islam. Tapi mereka buta sejarah para raja-raja Eropa pun melakukannya.
Memang aneh, tuduhan keji sering kali dihadapkan pada Islam. Setelah itu ramai yang mengkritik, lalu seiring berjalannya waktu memudar, kemudian muncul lagi.
Mengutip dari CNN Indonesia—bentrokan meletus di Istanbul, Turki, usai sejumlah massa berdemo memprotes kartun Nabi Muhammad yang dibuat oleh majalah satir LeMan, Senin (30/6).
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250701182056-134-1245761/majalah-satir-turki-digeruduk-massa-gegara-karikatur-nabi-muhammad.
Dikutip juga, pada Selasa (1/7/2025), empat orang ditahan polisi di Istanbul, Turki, terkait dengan penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. Penahanan tersebut merupakan bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung yang diluncurkan jaksa Istanbul atas kejahatan “menghina nilai-nilai agama di depan umum.”
Kartun tersebut, yang ditampilkan dalam edisi 26 Juni majalah satir LeMan, menyinggung konflik Israel–Iran baru-baru ini dan menggambarkan Nabi Muhammad dan Nabi Musa berjabat tangan di atas kota yang telah menjadi puing-puing.
Mungkin jika melihat dari sudut pandang seni atau satire, sekilas tak ada masalah. Namun, melihat konflik hari ini, khususnya penindasan kaum Muslimin di Palestina, itu adalah bentuk penghinaan yang tak boleh dianggap sepele.
Ini membuktikan bahwa kedudukan kaum Muslimin di mata dunia telah hilang. Kita rapuh tanpa pelindung, tak ada pembela, bahkan sering tertindas. Inilah wajah kaum Muslimin saat ini.
Kebebasan berekspresi telah menggerus kehidupan umat dan dunia. Apa pun boleh dilakukan selama tak mengganggu orang lain. Tapi jika Islam yang diganggu, tak ada pembelaan. Sebaliknya, pihak yang melecehkan justru mendapatkan perlindungan. Aneh bin ajaib. Begitulah jika Islam tanpa kepemimpinan.
Padahal, di masa lalu, Islam begitu dikagumi dunia. Siapa pun yang menghina Rasul, maka harus bersiap mendapatkan perlawanan yang kuat. Sedangkan hari ini, para penguasa dengan bangganya bersalaman dengan pemimpin negeri yang mendukung Islamofobia.
Saat ini Islam disudutkan, tak boleh merasa benar, karena kebenaran itu relatif. Sungguh menyedihkan kehidupan kaum Muslimin.
Di masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, meski saat itu daulah begitu rapuh, tapi sang khalifah masih tegas dengan aturan Islam, apalagi kepada penghina Nabi.
Hal ini terjadi karena sistem Islam punya sanksi yang tegas dan memenjarakan pelaku penghinaan terhadap Nabi, baik dari kalangan kaum Muslimin maupun kaum kafir.
Sebab, Islam dibangun atas asas akidah yang lurus, sehingga pemimpinnya amanah, tak akan rela menjadi boneka musuh Islam atau menjadi duri dalam daging.
Namun, hal ini tak akan bisa kita raih jika tak ada aturan Islam. Tanpa sistem Islam, mustahil kaum Muslimin kembali berjaya.