
Oleh: Weny Zulaiha Nasution, S.Kep., Ners.
Linimasanews.id—Kondisi di Gaza hari ini telah melewati batas krisis kemanusiaan. Gaza telah berubah menjadi bencana buatan manusia yang sengaja dirancang sebagai bentuk genosida sistemis oleh entitas Zionis Yahudi. Kebiadaban Zionis Yahudi makin meningkat, bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Seolah mereka bukan manusia karena membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan.
Kelaparan sistemis ini tampak sebagai cara genosida baru di Gaza. Dua juta jiwa penduduk Gaza terjebak dalam blokade tanpa jalan keluar. Wilayah ini telah berubah menjadi penjara raksasa yang perlahan mematikan penghuninya melalui kelaparan yang sangat hebat. Dalam tiga hari terakhir, dilansir dari The Japan Times, 21 anak meninggal di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs, hanya dalam waktu 72 jam karena malanutrisi. Artinya, tujuh anak tewas setiap hari karena kurang gizi (CNBCIndonesia, 23/07/2025).
Sejak gencatan senjata enam pekan gagal diperpanjang dan Zionis Yahudi memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, Zionis Yahudi telah menghancurkan puluhan ribu paket bantuan, termasuk makanan dan obat-obatan. lebih dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan sengaja dihancurkan oleh pasukan Zionis (Sindonews, 26/7/2025). PBB menyatakan bahwa 71% wilayah Gaza kini diblokade dan hampir semua jalur masuk bantuan ditutup.
Dunia Internasional Bungkam, Penguasa Muslim Hanya Diam
Tragedi ini menyingkap wajah asli dari dunia internasional hari ini. PBB terbukti mandul dan hanya bisa menyampaikan keprihatinan tanpa tindakan nyata. Dunia hanya mampu mengeluarkan kecaman dan retorika diplomatik. Ditambah lagi, Amerika Serikat terus melindungi zionis dengan hak veto-nya.
Sementara itu, para penguasa negeri-negeri Muslim menunjukkan sikap yang lebih menyedihkan dengan hanya sekadar mengirimkan bantuan, menyerukan gencatan senjata dan mengadakan konferensi. Tidak ada satu pun yang serius mengerahkan kekuatan militer untuk membela darah dan kehormatan umat Muslim di Gaza. Mereka telah mati rasa dan abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Jangan ia menzaliminya dan jangan juga menyerahkannya kepada musuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Umat Islam hari ini hidup dalam sistem yang menjauhkan mereka dari ikatan ukhuwah Islamiyah global. Mereka telah tercerai-berai oleh sekat nasionalisme dan dipimpin oleh penguasa yang lebih tunduk pada Barat daripada tunduk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kekuatan politik umat disandera dalam sistem nation-state warisan kolonialisme yang tak pernah memikirkan pembebasan Palestina secara tuntas dan menyeluruh.
Bukan Sekadar Bantuan, Umat Butuh Solusi Islam Hakiki
Sudah terlalu lama umat diarahkan untuk menyelesaikan krisis Palestina dengan pendekatan kemanusiaan, seperti bantuan, penggalangan dana atau seruan damai. Padahal, fakta menunjukkan bahwa Zionis tidak akan berhenti menumpahkan darah umat Islam, kecuali dengan kekuatan nyata. Oleh karena itu, umat Islam harus menyadari bahwa solusi untuk Gaza bukanlah sekadar bantuan kemanusiaan, melainkan perubahan sistemis, yaitu dengan mengembalikan institusi politik umat sejati bernama Khilafah Islamiyah disertai jihad.
Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang menerapkan syariat secara kaffah, menyatukan umat dalam satu kepemimpinan global, serta memiliki otoritas syar’i untuk mengerahkan pasukan jihad dalam membela darah, kehormatan dan wilayah kaum Muslimin.
Sejarah mencatat, Khilafah Utsmaniyah adalah benteng terakhir Palestina sebelum akhirnya dijajah oleh Inggris dan diserahkan kepada Zionis. Saat Khilafah runtuh, berakhirlah perlindungan politik umat atas tanah suci para nabi. Maka, menegakkan kembali Khilafah adalah kewajiban syar’i.
Saatnya Dakwah Ideologis Memimpin Umat
Di tengah ketidakberdayaan dunia dan para pemimpin Muslim yang mati rasa, hanya jama’ah dakwah ideologis yang mampu menyalakan kembali kesadaran umat. Para pengemban dakwah ideologis harus terus menggugah akal dan perasaan umat agar mereka melihat Palestina bukan hanya sebagai krisis kemanusiaan, tetapi sebagai akibat hilangnya pelindung umat, yaitu Khilafah. Mereka harus memperkuat keimanan, istiqamah di jalan perjuangan, serta mengikuti thariqah dakwah Rasulullah saw. Dakwah ini harus membangkitkan umat melalui kesadaran politik yang bersumber dari akidah Islam.
Para pengemban dakwah juga perlu mengasah keterampilan dalam menyampaikan fakta kezaliman dengan cara yang menggugah dan mencerahkan. Dan yang terpenting, terus mendekatkan diri kepada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba yang layak mendapatkan pertolongan-Nya. Jama’ah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan Islam yang hanya akan terwujud dengan tegaknya Khilafah.
Alhasil, tidak cukup hanya merasa sedih atas nasib Gaza. Kesedihan itu harus berbuah perjuangan. Sebab, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka sendiri yang bertekad untuk mengubahnya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11.
Gaza adalah Cermin Kita
Gaza adalah cermin kehinaan umat Islam hari ini. Namun, Gaza juga bisa menjadi pemantik kebangkitan jika umat mulai melihat realitas dengan kacamata Islam. Sudah saatnya umat Islam berhenti tertipu oleh solusi-solusi semu. Saatnya umat mulai memperjuangkan khilafah sebagai solusi hakiki, bukan hanya untuk Gaza, tetapi untuk seluruh dunia Islam. Jika hari ini Gaza dipaksa mati perlahan karena kelaparan, maka seluruh umat wajib menghidupkan kembali harapan dengan dakwah dan perjuangan.