
Suara Pembaca
Kasus pembunuhan kembali terjadi, namun kali ini disertai dengan mutilasi. Miris, sepasang kekasih tinggal bersama, tetapi belum memiliki ikatan pernikahan atau kumpul kebo. Berdasarkan informasi yang beredar, sejoli ini tinggal di indekos sejak 5 bulan terakhir. Cekcok sudah sering terjadi. Menurut pengakuan sang pelaku alias Alvi Maulana, tuntutan ekonomi untuk memenuhi gaya hidup sang kekasih menjadi beban bagi dirinya.
Puncaknya hari minggu, tepatnya malam hari ketika pelaku pulang dari mengantar sang adik ke pondok, tetapi tidak segera dibukakan pintu kos serta menunggu di luar kurang lebih sampai satu jam. Tindakan penghilangan nyawa dan mutilasi pun terjadi. Kasus tersebut terjadi di Rumah indekos di RT 01/ RW 01 Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya Jawa Timur (9/9/2025).
Kohabitasi atau kumpul kebo seolah menjadi hal biasa di kalangan anak muda. Bahkan kos-kosan bebas makin merajalela dan makin banyak diminati berbagai kalangan usia. Bukan secara tiba-tiba hal tersebut terjadi, sesuatu yang salah atau maksiat jika memang dicontohkan ataupun dilakukan secara terus-menerus maka akan menjadi hal yang biasa di mata masyarakat.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Banyak faktor tentunya. Faktor pertama yaitu sistem sekuler kapitalisme yang memiliki akidah pemisahan agama dari kehidupan. Di mana halal haram sudah menjadi abu-abu. Faktor kedua adalah sistem pendidikan yang tidak bersumber dari Islam, sehingga manusia yang beriman dan bertakwa bukan menjadi tujuan. Ketiga, faktor keluarga yang tidak berperan secara utuh, baik ibu ataupun ayah, adanya tuntutan ekonomi yang menyebabkan ibu harus keluar rumah. Selanjutnya faktor keempat, yakni masyarakat cuek, masa bodoh, dan yang paling utama adalah negara yang abai terhadap tanggung jawabnya dalam menerapkan aturan dan sanksi yang diberikan.
Maka dari itu, perlunya penerapan sistem Islam dalam kehidupan. Akan sangat jelas pengaturan dan peraturan perundang-undangan sehingga hukuman yang akan dilimpahkan kepada pelaku kejahatan akan memberikan efek jera. Tidak hanya itu, dengan diterapkannya sistem pendidikan Islam, akan lahir manusia-manusia yang takut kepada Allah (beriman dan bertakwa). Dengan pendidikan Islam, orang akan itu berpikir sebelum melakukan sesuatu, apakah diperbolehkan dalam agama, atau akan mendatangkan pahala ataukah dosa.
Keluarga juga akan sangat berperan dalam pendidikan anak, apalagi seorang ibu yang mempunyai peran besar yaitu ummun warabbatul bait. Ibu akan mencurahkan kasih sayang, pengajaran terbaik, dan menjaga putra putri dengan sangat baik. Peran seorang ayah juga akan berfungsi dengan baik dalam Islam, yakni mencari nafkah dengan cara yang halal dan terlibat dalam pengasuhan anak.
Peran masyarakat yang sehat pun tak kalah oenting, di mana amar makruf nahi munkar akan berjalan dengan baik. Sudah pasti pintu perzinaan bahkan hal-hal yang mendekati zina tidak akan mempunyai peluang terjadu. Selain keluarga dan masyarakat, peran negara sangat dibutuhkan, sehingga dengan ketetapan yang dibuat, akan memberikan dampak yang luar biasa. Dalam Islam, satu nyawa seorang mukmin lebih berharga dari dunia dan seisinya.
Sistem qishosh akan ditegakkan. Ketika ada seorang yang membunuh, apabila keluarga korban ridho, pihak pelaku harus membayar diyat atau denda seratus unta, beberapa di antaranya bunting. Betapa berharganya nyawa seorang muslim di hadapan Allah. Mari kita bersama-sama satukan niat, satukan tujuan untuk terus memperjuangkan agamanya Allah sampai syatiat diterapkan.
Umi Salamah
DIY