
Oleh: Kintan Jenisa (Pemerhati Kebijakan)
Linimasanews.id—Nyeleneh adalah kata yang tepat mewakili benak masyarakat ketika mengetahui adanya program baru dari Pemkab Cirebon yang bernama ‘SiPepek’. ‘SiPepek’ merupakan singkatan dari Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial.
Aplikasi ini menuai banyak kritik lantaran namanya yang berbau seksualitas. Akan tetapi, Sekda Cirebon Hilmy Rivai mengatakan, penamaan ‘SiPepek’ merupakan wujud kecintaan terhadap bahasa Cirebon yang bermakna lengkap atau semuanya ada. Padahal, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ‘pepek’ memiliki arti ‘kemaluan perempuan’.
Selain Sipepek, ada beberapa singkatan program lainnya yang juga berbau seksualitas seperti ‘SiMontok’ (Sistem Monitoring Stok dan Kebutuhan Pangan Pokok) buatan Pemerintah Kota Solo. Ada pula ‘Siska Ku Intip’ (Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti – Plasma) buatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Ada ‘Mas Dedi Memang Jantan’ (Masyarakat Berdedikasi Memperhatikan Angkatan Kerja Rentan) buatan Pemerintah Kota Tegal. Ada ‘Jebol Ya Mas’ (Program Inovasi Puskesmas Anggut Atas) buatan Pemerintah Kota Bengkulu.
Pemilihan nama aplikasi pemerintah yang nyeleneh ini merupakan bukti ketidakseriusan pemerintah dalam menjalankan peran mengurusi urusan rakyat. Seharusnya, sebelum nama aplikasi tersebut diresmikan, sudah melalui proses berpikir secara matang dan teliti. Pemerintah juga harus melihat apakah nama yang dibuat mengandung konotasi yang positif atau tidak. Bukan hanya karena ingin mudah diingat, tapi juga harus memperhatikan etika berbahasa. Pemilihan nama aplikasi tersebut di atas, jelas bukan menjunjung keluhuran dalam berbahasa, melainkan bermakna yang tidak pantas karena mengarah ke pornografi.
Akronim Berbau Pornografi, Harus Segera Diganti
Viralnya berbagai nama aplikasi yang nyeleneh ini telah membuat malu rakyat. Seperti tidak ada kata yang lain hingga akronim yang berbau seksualitas dan pornografi tersebut menjadi pilihan. Muruah pemerintah yang selayaknya menjadi teladan makin tergerus akibat kebobrokannya dalam memilih nama aplikasi. Bukankah mereka yang duduk di kursi pemerintahan adalah orang yang terpilih karena dianggap berwibawa dan memliki intelektual yang tinggi? Sangat disayangkan, pemilihan nama aplikasi saja pun harus menuai kontroversi.
Banyak netizen di media sosial yang mendesak agar mengganti nama aplikasi yang nyeleneh tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh berbagai pihak, seperti Guru Besar Linguistik UIN Surabaya, Kamal Yusuf. Ia menilai, penggunaan bahasa yang tidak resmi bahkan cenderung vulgar di ranah resmi pemerintahan merupakan hal yang sangat tidak pantas dan tidak professional karena dapat menyinggung rasa sosial publik bahkan misinterpretasi masyarakat (jawapos.com, 9/7/2024).
Kembali pada Sistem Islam
Munculnya nama aplikasi nyeleneh yang berbau pornografi ini adalah buah dari bobroknya sistem kapitalisme. Sistem yang tidak berasaskan Islam ini membuat para manusia yang ada di dalamnya makin tidak beradab. Akronim vulgar yang tercipta merupakan hasil pemikiran yang ada di benak para pembuatnya. Kotor dan menjijikkan. Akronim vulgar ini pun dapat merangsang naluri seksualitas manusia.
Hal ini tentu tidak akan terjadi jika Islam dijadikan sebagai aturan negara. Dengannya segala kebijakan termasuk pemilihan nama aplikasi tentu akan menjadi pertimbangan yang matang. Karena itu, tidak akan muncul penamaan yang nyeleneh, memalukan, menghinakan dan tidak pantas seperti saat ini. Semua penamaan akan dipilih untuk kemaslahatan umat serta menambah keimanan dan ketakwaan.