
Oleh: Hasriati, S.Pi.
(Relawan Media)
Linimasanews.id—Merayakan ultah dengan memberi kejutan sudah menjadi trend bagi remaja. Taburan tepung, dilempar telur, diceburkan ke dalam kolam, memberikan prank kepada yang berulang tahun, menjadi kejutan-kejutan yang biasa mereka lakukan untuk memberi kesenangan. Namun tanpa disangka suprise ini dapat membawa bahaya, bisa menyebabkan trauma, cedera serius, bahkan berujung kematian.
Tak disangka, peristiwa tragis menimpa Fajar Nugraha (18 tahun), Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Fajar meninggal usai mendapatkan surprise dari teman-temannya. Saat mengetahui ulang tahun Fajar, teman-temannya menyiram Fajar dengan tepung dan mencebur ke dalam kolam yang berukuran 10×5 meter, yang terletak di tengah sekolah. Nahas, karena menginjak kabel listrik dari mesin pompa kecil yang berada di kolam, menyebabkan korban tersengat listrik dan nyawa korban tidak tertolong.
Tren Suprise Ultah, Budaya Berisiko
Menanggapi tragedi ini, Pakar Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sujito, mengingatkan gejala prank (suprise/kejutan) seperti itu, yang semulanya merupakan upaya untuk menyenangkan, justru berisiko kepada orang lain dan dirinya. Oleh karenanya, perlu kesadaran mitigasi dan pencegahan risiko yang harus diperhitungkan (Detik.Jogya, 10/7/2024).
Sementara, pakar kebijakan pendidikan Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr. Arif Rohman menyoroti tanggung jawab pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Klaten. Beliau mengkritik terkait implementasi penerapan konsep sekolah ramah anak yang sudah lama digaungkan.
Beliau menyebut tragedi tewasnya Ketua OSIS SMAN 1 Cawas merupakan bentuk keteledoran pihak sekolah terkait keamanan dan kenyamanan sarana sekolah. Ia mempertanyakan adanya kolam yang beraliran listrik, menurutnya sebagai bentuk ketidakwaspadaan.
Di sisi lain, Arif pun menyoroti terkait budaya ulang tahun di kalangan siswa yang berlebihan. Dampaknya begitu besar terhadap psikologi siswa, khususnya siswa yang memiliki sifat introvert atau baperan. Oleh karenanya, menurut pakar kebijakan pendidikan ini, perlunya membangun budaya baru yang lebih positif dan akademis dengan memunculkan habit melalui aturan/tata tertib sekolah. Mengingat generasi muda perlu memikirkan tantangan berat ke depannya, bagaimana melanjutkan studi, tantangan berkeluarga, dan kesadaran membangun masa depan (detik.com,11/7/2024).
Berpikir Cemerlang untuk Amal yang Produktif
Bukan hanya tren ultah. Ada banyak kejadian yang awalnya iseng, tetapi berujung maut. Setidaknya menggambarkan perilaku yang sering kali spontan, impulsive, sumbu pendek, dan lebih mengedepankan perasaan. Remaja berbuat tanpa berpikir jauh megenai risiko tindakan mereka. Ini karena mereka tidak dibentuk agar memiliki pemikiran mendalam dan matang.
Padahal di dalam Islam, setiap individu seyogianya memiliki kaidah berpikir mendalam dan benar. Berpikir mendalam artinya ia berpikir sebelum bertindak, tidak gegabah, selalu waspada, dan hati-hati. Berpikir benar artinya sesuai dengan syariat Islam. Dengan demikian, ia dapat mengurangi perilaku latah, menghindari kesalahan fatal dan terhindar dari perbutan sia-sia serta menghasilkan sikap yang sesuai dengan ketentuan Islam.
Kaidah berpikir benar dan mendalam ini, tentunya tidak bisa terbentuk dengan pendidikan yang berasas memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Ini karena sekularisme memandang agama hanya sebatas ibadah ritual yang mengatur hubungan manusia dengan penciptanya semata. Sedangkan dalam Islam, seorang muslim dituntut untuk menjadi muslim yang kaffah, yakni menjadikan Islam sebagai jalan hidup dan petunjuk hidup bagi manusia.
Oleh karenanya, jika kita menginginkan generasi muda memiliki karakter dan kepribadian yang baik dan kuat, akidah Islam harus menjadi pondasi dalam sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan Islam yang bertujuan membentuk kepribadian Islam, yaitu cara berpikir dan bertindak sesuai landasan Islam, maka tidak kita temukan banyak anak-anak yang hanya memikirkan kesenangan belaka.
Sistem pendidikan Islam akan melahirkan anak-anak yang memahami syariat Islam, sehingga kejutan ulang tahun tidak akan menjadi tren dalam sistem Islam. Justru dengan sistem pendidikan Islam akan berhasil menciptakan peradaban agung yang melahirkan banyak generasi cemerlang dengan segenap prestasi. Wallahualam bishowab.