
Oleh: Neti Ernawati
(Ibu Rumah Tangga)
Linimasanews.id—Hari Anak Nasional telah diperingati pada tanggal 23 Juli 2024, mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.” Adapun poin yang dibawakan yaitu Suara Anak Membangun Bangsa, Anak Cerdas Berinternet Sehat, Pancasila di Hati Anak Indonesia, Anak Pelopor dan Anak Pelapor, Anak Merdeka dari Kekerasan serta tema Perkawinan Anak, Pekerja Anak, dan Stunting. Poin-poin tersebut diusung sebagai bukti komitmen pemerintah untuk menjaga hak-hak anak, dan melindungi anak-anak dalam menghadapi persoalan-persoalan (rri co.id, 24/6/24).
Sayangnya, Hari Anak Nasional ditakutkan hanya menjadi seremonial semata. Pasalnya, kondisi dunia anak tidak mengalami banyak perubahan selama ini. Justru semakin banyak anak yang turut menjadi pelaku judi online, pecandu rokok, pelaku kriminal dan korban kekerasan. Angka stunting yang tak kunjung surut pun menambah keprihatinan. Perlindungan dari negara nyatanya masih sangat minim. Masalah internet sehat saja misalnya, bagaimana bisa anak berinternet sehat sedang aplikasi dan konten yang tidak layak berseliweran dengan mudahnya.
Akar Permasalahan Buruknya Dunia Anak
Kondisi anak-anak Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja menunjukkan bahwa solusi yang dilakukan pemerintah saat ini belum mampu menyentuh akar permasalahan dunia anak. Dunia anak seolah digempur dari semua sisi kehidupan, dari keluarga, lingkungan, bahkan negara.
Tidak dimungkiri, secara tidak langsung sistem sekuler kapitalisme telah membuat negara gagal memberi kesejahteraan pada rakyat. Penguasaan kegiatan ekonomi oleh pengusaha telah membuat harga barang kebutuhan hidup dipatok sesuai kepentingan pengusaha. Tak pelak lagi, biasanya harga tersebut dipatok di atas harga standar untuk memperoleh banyak keuntungan, sesuai dengan prinsip kapitalisme. Tekanan beban hidup inilah yang membuat kesejahteraan tidak mampu dinikmati oleh banyak kalangan.
Keadaan ini diperparah dengan pemahaman sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan yang membuat masyarakat lepas dari aturan agama dan cenderung sibuk mengejar aspek dunia, termasuk mengejar kesejahteraan yang tidak mampu diberikan oleh negara. Agama hanya dianggap sebagai ritual dan tidak dijadikan rujukan dalam tatanan kehidupan.
Dari kesejahteraan yang tidak terpenuhi dan aturan agama yang tidak dipatuhi, muncullah berbagai masalah kehidupan. Di tingkat keluarga, beban hidup telah memaksa kepala keluarga bahkan ibu rumah tangga ikut bergulat bekerja untuk menjamin kehidupan. Peran keluarga sebagai pendidik dan pelindung anak menjadi makin tergerus karenanya.
Kondisi lingkungan pun tak jauh lebih baik. Ketika praktik kriminal, miras, judol justru makin menjamur yang tidak lain disebabkan pula oleh kurangnya kesejahteraan dan kontrol diri. Sistem pendidikan sekuler liberalisme telah turut membentuk generasi yang lemah iman dan cenderung mengusung kebebasan berekspresi yang kini banyak dipengaruhi oleh gaya hidup yang lebih banyak berkutat pada menikmati makanan, kesenangan, dan gaya berpakaian.
Islam Solusi Kesejahteraan Anak
Islam memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban. Dalam pemerintahan dengan sistem Islam, negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan anak dalam segala aspek kehidupan, mulai dari masa pengasuhan hingga masa pendidikan, dari pemenuhan gizi hingga pembentukan kepribadian.
Islam memerintahkan orang tua mendidik anak dengan akidah Islam. Negara dengan sistem Islam mewajibkan laki-laki untuk bekerja sehingga ibu sebagai madrasah pertama mampu memberikan pendidikan dan perhatian penuh kepada anaknya. Dengan pendidikan akidah sejak usia dini ini nantinya akan menuntun anak memiliki akhlakul karimah.
Tatanan masyarakat islami yang menjunjung amal makruf nahi mungkar, turut berperan dalam melakukan kontrol terhadap anak. Masyarakat dan media islami akan memberikan contoh perilaku yang baik, dan tidak mempertontonkan perilaku negatif yang dapat ditiru anak-anak. Negara juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam.
Pendidikan dalam sistem Islam akan turut memperkuat akidah anak. Akan ditanamkan kembali nilai-nilai hakikat diciptakannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. Segala sesuatu yang dilakukan adalah untuk mendapat rida Allah dan segala konsekuensi atas perbuatan manusia akan dimintai pertanggung jawaban. Diajarkan juga batasan-batasan baik dan buruk serta halal dan haram yang berlaku untuk semua orang. Pemahaman-pemahaman ini akan mendorong anak untuk berperilaku makruf dan bijak.
Negara memiliki andil yang paling besar dalam menciptakan kesejahteraan anak. Kemampuan ini tidak bisa didapatkan pada lingkup keluarga dan masyarakat. Karena hanya ditingkat negara lah sebuah legalitas aturan hidup dapat dijalankan. Hanya negara yang mampu menutup penyedia judi online, penyedia miras, membatasi akses internet yang tidak layak untuk anak, membatasi penjualan dan penggunaan rokok, dan menindak tegas pelaku kekerasan pada anak.
Hanya negara yang mampu menindak pelaku kejahatan anak dengan memberi sanksi yang tegas melalui aparat. Di sinilah, peranan negara dibutuhkan sebagai kontrol akhir dalam mengatur tatanan peraturan dan sanksi yang mampu memberikan efek jera. Penerapan sistem Islam menjadi solusi lengkap dalam menghadirkan kesejahteraan bagi anak. Sehingga anak bisa menjadi generasi emas penerus peradaban.