
Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd. (Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi)
Linimasanews.id—Kebiadaban rezim Myanmar terhadap umat Islam masih terus terjadi hingga hari ini. Beberapa hari yang lalu, setidaknya 150 warga sipil dari minoritas Muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar. Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di Kota Maungdaw. Mereka berupaya menyeberangi Sungai Naf kabur menyelamatkan diri ke Bangladesh.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari Jumat oleh kelompok bantuan medis internasional, Doctors Without Borders, mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir kelompok itu telah merawat semakin banyak orang Rohingya yang luka yang berhasil menyeberangi perbatasan ke Bangladesh. Mereka yang lain menggambarkan bahwa banyak ratusan mayat di tepi sungai. Para korban yang selamat terpaksa harus mencari di antara tumpukan mayat untuk menemukan dan mengenali kerabat mereka yang tewas atau terluka. Video mengerikan yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan mayat orang dewasa dan anak-anak berserakan di sepanjang jalan dekat tepi sungai (tribunnews.com, 11/8/2024).
Mirisnya, serangan terhadap umat Islam terjadi tidak hanya di Myanmar. Dalam waktu yang berdekatan, kejadian serupa juga terjadi terhadap warga sipil Gaza Palestina. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan, Sabtu (10/8) sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan zionis Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung.
Badan tersebut mengatakan tiga roket Israel menghantam sekolah di Kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai pembantaian yang mengerikan. Sejumlah jenazah terbakar. Serangan itu terjadi dua hari setelah pihak berwenang Gaza mengatakan lebih dari 18 orang tewas dalam serangan Israel terhadap dua sekolah lain di Kota Gaza, dan militer mengatakan pada saat itu mereka telah menyerang pusat komando Hamas (voaindonesia.com, 10/8/2024).
Muslim Rohingya yang kembali diburu dan dianiaya serta muslim Palestina yang masih terus menjadi sasaran penjajah dengan kesulitan hidup yang luar biasa adalah bukti tidak adanya perlindungan bagi kaum muslimin di mana saja mereka berada. Mirisnya, negara-negara Barat yang terus membela dan mendukung negara zionis menunjukkan standar ganda yang nyata.
Di Tengah Pembantaian Gaza
Amerika Serikat (AS) akan mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. Departemen Luar Negeri menyampaikan Kongres AS telah menyetujui alokasi bantuan terhadap Israel selama aksi genosida ke Palestina. Sebelumnya dikabarkan, rilis jumlah ini yang berasal dari RUU pendanaan tambahan sebesar 14 miliar dolar AS atau sekitar Rp 224,8 triliun untuk Israel yang disahkan oleh Kongres AS pada April (rrepublika.co.id, 11/8/2024).
Sebagaimana diberitakan, Amerika Serikat akan kembali mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar 55,8 triliun Rupiah untuk memperkuat persenjataan dan peralatan militer. Sementara itu, di saat yang sama, penganiayaan tiada hentinya terhadap kaum muslimin. Ini sejatinya menggambarkan hilangnya kemuliaan kaum muslim. Kaum muslimin begitu mudah dibantai, disiksa, dijajah, dihinakan oleh kaum kafir yang tertanam kebencian terhadap kaum muslimin.
Sungguh nasib umat akan terus terpuruk selama tidak ada junnah (perisai) bagi kaum muslimin di mana pun berada. Artinya, kaum muslimin akan selalu ditindas di mana saja jika keberadaan junnah tersebut terus diabaikan. Junnah (perisai) yang dimaksud adalah negara Islam, yakni Khilafah.
Hari ini kita menyaksikan pengabaian eksistensi junnah telah dilakukan oleh para penguasa negeri muslim. Lihatlah betapa mereka lemah di hadapan musuh-musuh umat. Mereka bahkan tidak pernah berani memberikan perlindungan riil yang seharusnya dapat mereka lakukan. Para penguasa negeri muslim seolah membusungkan dada dan menyerang prinsip-prinsip yang dipegang teguh dari Islam. Semua itu ditunjukkan demi tuhan-tuan asing mereka.
Di sisi lain, tanpa Khilafah tidak akan ada yang mampu dan berani melawan musuh. Semua negeri Islam dalam kendali mereka melalui perjanjian internasional. Konsep nation state (negara bangsa) yang ditanamkan di puluhan negeri-negeri muslim makin membuat para pemimpin Islam lumpuh total.
Sampai kapan pun, selama dunia dipimpin oleh ideologi kapitalisme, Barat akan merugikan umat Islam. Sebab, ideologi kapitalisme bertentangan secara diametral dengan ideologi Islam. Bahkan, Barat sangat memahami, kebangkitan Islam sebagai sebuah ideologi akan menghancurkan visi politik dan ekonominya yang sarat kepentingan penjajahan di negeri muslim.
Umat Islam akan mulia dan terhormat dengan Islam. Kemuliaan dan kehormatan ini sejatinya telah terjadi sejak Rasulullah saw. membangun Negara Islam pertama di Madinah. Kebaikan tersebut terus berlanjut hingga Khilafah runtuh.
Kemuliaan umat Islam tidak lepas dari peran Khilafah sebagaimana junnah sebagaimana tuntunan syariat. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Imam (khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah Azza wa Jalla dan berlaku adil, bagi nya terdapat pahala. dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim)
An Nawawi menjelaskan, Imam (khalifah) adalah junnah (perisai). Yakni, seperti tirai (penutup) karena menghalangi musuh menyerang kaum muslim, menghalangi sebagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, melindungi kemurnian Islam dan tempat orang-orang berlindung kepadanya. Oleh karena itu, dalam Khilafah, imam (khalifah) itu harus menjadi perisai untuk melindungi rakyatnya dari serangan musuh, kerusakan, kezaliman, dan segala bentuk keburukan dan kemudharatan.
Saatnya membangun kesadaran umat bahwa Islam dan umatnya akan mulia dalam naungan Khilafah. Penyadaran Ini membutuhkan perjuangan dakwah yang mengikuti manhaj Rasulullah saw. Jika sebelum tegaknya negara Islam pertama di Madinah, Rasulullah melakukan perjuangan dengan membentuk kelompok dakwah Islam ideologi, maka demikian pula hari ini. Umat Islam harus berjuang bersama kelompok dakwah Islam ideologis dengan kesabaran dan keteguhan, dengan aktivitas dakwah yang terus-menerus. Dakwah inilah yang akan membangun kesadaran umat bahwa umat Islam harus dipersatukan di bawah satu institusi yang mengemban ideologi Islam, yakni Khilafah Islamiyah.
Sesungguhnya, tanpa Khilafah, persatuan umat tidak terwujud, umat pun terpecah belah, lemah dan tak berdaya. Tanpa Khilafah, penegakan syariah Islam tidak sempurna dan umat akan diurus dengan hukum-hukum yang bersumber dari hewan nafsu manusia yang menyebabkan berbagai penderitaan umat. Lebih dari itu, tanpa Khilafah, dakwah Islam yang harus dilakukan negara ke seluruh penjuru dunia menjadi terhenti.