
Oleh: Melia Apriani, S.E.
(Aktivis Muslimah)
Linimasanews.id—Pasukan Zionis Yahudi mengubah “zona kemanusiaan aman” di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut “zona aman” bagi warga sipil yang mengungsi. Hal itu disampaikan Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Sabtu. Menurut pernyataan yang dirilis otoritas tersebut, pada awal invasi darat Zionis Yahudi ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengeklaim area tersebut sebagai “zona kemanusiaan yang aman.”
Awalnya, zona tersebut meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza, termasuk lahan pertanian dan fasilitas komersial, ekonomi, dan layanan yang tersebar di wilayah seluas 120 kilometer persegi. Ketika serangan militer Zionis Yahudi berlanjut, ukuran zona aman tersebut menyusut drastis (ANTARA, 25/08/2024).
Tak hanya itu, sekitar 60 persen obat-obatan esensial dan 83 persen pasokan medis di Gaza yang terkepung telah habis akibat prnjajahan yang terus berkecamuk serta kontrol dan penutupan perbatasan oleh Israel. Sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu (ANTARA, 25/8/2024).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kembali mengabarkan perkembangan terkini di Gaza, Palestina, setelah wilayah itu masih terus menjadi sasaran serangan Israel. Pembaruan kembali disampaikan pada Kamis (22/8/2024). Mengutip Associated Press, pejabat tinggi kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina menyebutkan bahwa saat ini perintah evakuasi Israel telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduk.
“Perintah evakuasi Israel yang berturut-turut di Gaza, termasuk 12 perintah pada bulan Agustus saja, telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduknya sejak perang Israel-Hamas dimulai pada bulan Oktober lalu,” kata pejabat itu.
Di sisi lain, hampir 40.000 warga Palestina telah meninggal dalam serangan Zionis Yahudi di Gaza sejak Oktober lalu. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan sebagian besar korban meninggal adalah warga sipil, tetapi Zionis Yahudi mengatakan setidaknya sepertiganya adalah pejuang Hamas. Israel mengatakan telah kehilangan 329 tentara di Gaza.
Bulan lalu, Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa warga di Gaza terjebak dan tidak punya tempat untuk pergi. Mereka terus diminta berpindah ke lokasi-lokasi pengungsian yang tidak begitu layak. Sementara itu, perundingan damai untuk menghentikan serangan-serangan ini terus dilakukan. Meski begitu, diakui ada sejumlah hambatan karena pihak Israel yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu terus merubah sikap (CNBC Indonesia, 23/08/2024).
Penerapan ideologi kapitalisme ini telah membunuh jutaan jiwa di seluruh dunia dengan berbagai cara. Hal ini menjadi bukti sistem dunia hari ini adalah sistem yang jahat. Sistem kapitalisme mencabik Gaza dengan tragis. Para pemimpin muslim saja tidak peduli, bahkan menjadi antek musuh Islam. Jelas sekali ini mencerminkan rusaknya kepemimpinan dunia Islam.
Genosida di Gaza adalah perang ideologi. Sayangnya, ideologi Islam baru diemban oleh individu dan belum diemban oleh negara. Oleh karena itu, muslim yang melawan adalah muslim Palestina dan individu yang berideologi Islam.
Perang yang terjadi adalah perang melawan negara. Sangat dibutuhkan negara yang berideologi Islam, yaitu Khilafah untuk menghadapinya. Khilafah yang akan mendorong adanya jihad. Sehingga semua muslim di seluruh dunia akan turun melawan tentara-tentara kafir dalam satu komando.
Tegaknya Khilafah membutuhkan kesadaran yang sama di tengah umat. Untuk mewujudkan hal ini, keberadaan kelompok dakwah ideologis sangat dibutuhkan. Maka, saatnya kaum muslim berjemaah dalam dakwah untuk menegakkan Khilafah.