
Suara Pembaca
Sungguh tega seorang ibu muda membunuh anak tirinya, kasus ini terjadi disebuah rumah di kawasan Pontianak Kalimantan Barat, Sabtu siang (24/8/2024), Polisi telah melakukan rekonstruksi dan mengungkap kasus ini, korban yang bernama Nizam Ahmad Alfahri (6) dibunuh oleh ibu tirinya yaitu IF (24). Korban ini sudah sering mengalami penyiksaan tindak kekerasaan dari ibu tirinya, korban saat itu sempat dilaporkan hilang dan ditemukan dalam kondisi mengenaskan terbungkus dalam karung pada Kamis malam (22/8/2024).
Polisi mendapatkam laporan dan langsung melakukan olah TKP disalah satu rumah tempat korban ditemukan. AKBP Harry Yuda Siregar sebagai Wadireskrimum Polda Kalbar mengatakan bahwa korban ini sempat dikurung dan tidak diberi makan oleh pelaku juga ditemukan tindak kekerasan pada korban. Motif pelaku membunuh korban lantaran cemburu terhadap perhatian ayah korban (24/8).
Miris dengan kejadian kasus kekerasan pada anak yang berujung pada kematian. Banyak terjadi kasus serupa yang diakibatkan oleh orang terdekat bahkan keluarga. Seharusnya, keluarga adalah tempat berlindung yang aman buat anak-anak namun kini sudah tak ada lagi tempat yang aman bagi mereka baik dilingkungan keluarga maupun di luar. Semua ini erat hubungannya dengan penerapan sistem sekuler kapitalisme. Yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga banyak terjadi kerusakan dalam segala aspek kehidupan.
Sistem ini menghilangkan fitrah seorang ibu sampai tega membunuh anaknya. Hilangnya hubungan keluarga hanya karena materi semata. Dalam sistem sekuler, tolok ukur kebahagian adalah terpenuhinya kebutuhan materi. Semua akan berlomba mencari materi sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan lagi apa pun akibatnya. Dari sinilah, timbul suatu permasalahan emosi yang tidak terkendali sampai lupa akan adanya hubungan keluarga. Ditambah peran negara yang abai dalam memberikan perlindungan dalam hubungan keluarga.
Banyak sekali faktor yang memengaruhi rusaknya hubungan keluarga dalam sistem kapitalisme, yaitu faktor pendidikan kapitalisme yang tidak berbasis akidah Islam sehingga tidak mampu melahirkan generasi dengan kepribadian islami. Akhirnya, lahirlah generasi yang jauh dari ketaatan kepada Allah Swt., generasi yang rapuh dan mudah berputus asa, karena mereka tidak mengetahui apa tujuan hidupnya. Walhasil, timbullah kerusakan individu yang berefek pada kerusakan hubungan keluarga.
Begitupun faktor ekonomi. Karut-marut sistem ekonomi kapitalis dengan paradigma siapa yang mempunyai modal itulah yang berkuasa. Sedangkan rakyat dalam impitan beban hidup, sulitnya mencari pekerjaan menjadi pemicu rusaknya hubungan keluarga, di mana fitrah ibu pun menjadi hilang karena harus membantu mencari nafkah.
Faktor yang tidak kalah penting adalah negara. Di mana dalam sistem sekuler, negara hanya menjadi regulator untuk pemilik modal saja. Negara tidak menjadi pelayan rakyat dan tidak memberikan jaminan hubungan keluarga agar tetap baik dan terjaga. Sedangkan dalam Islam jelas bahwa negara yang menjaga fungsi dan peran keluarga. Negara akan menjadi raa’in atau pelayan bagi rakyatnya. Negara akan melakukan berbagai mekanisme untuk bisa menjaga fungsi dan peran hubungan keluarga agar tetap terjaga dengan baik sesuai dengan hukum Islam.
Islam akan memberikan sistem pendidikan yang sangat berkualitas dan juga berasas akidah Islam yang akan mampu melahirkan generasi berkepribadian islami dengan keimanan dan ketaatan kokoh kepada Allah Swt. Hal ini tentu akan mampu menjaga hubungan keluarga tetap baik sesuai dengan fitrahnya. Negara dalam sistem Islam akan menerapkan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Maka, akan terwujud sistem kehidupan yang baik membuat keluarga menjadi baik serta terjaganya hubungan keluarga. Karena dalam Islam, negara yang mewujudkan maqashid syariah, mewujudkan kebaikan pada individu dalam keluarga serta masyarakat dan juga negara.
Iske