
Oleh: Ardiana
Linimasanews.id—Dua kelompok remaja terlibat tawuran membuat warga di Jalan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai, Sumatra Utara resah. Menurut Kepala Lingkungan IV, Rudi Manurung, para remaja bermotor ini memang sering melintas di kawasan tersebut (Tribun-medan, 11/9/2024).
Remaja yang membuat warga tidak tenang tersebut saling serang dengan batu, senjata tajam, maupun kayu sambil teriak-teriak di tengah jalan. Mereka tidak menghiraukan warga yang bermukim di kawasan tersebut.
Miris. Di usia remaja seharusnya seseorang sudah mengetahui baik buruknya suatu perbuatan. Semestinya ia paham perbuatan yang dilakukan itu akan bermanfaat ataukah akan berdampak buruk untuk dirinya ataupun untuk orang lain. Di sinilah seharusnya ada peran orang tua untuk selalu memberikan perhatian dan pengawasan kepada remaja agar mereka tidak mencari perhatian dengan melakukan tindakan- tindakan yang negatif, seperti tawuran.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat remaja melakukan tawuran. Di antaranya, adanya pengaruh lingkungan sekitar tempat dia berinteraksi, baik teman sebayanya di sekolah maupun sekitar tempat tinggalnya.
Selain itu, kurangnya perhatian dari orang tua karena disibukkan dengan urusan mencari materi demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Di samping itu, yang juga tidak kalah penting adalah minimnya pendidikan moral dan agama yang diajarkan di sekolah. Bahkan, hari ini jam mata pelajaran agama justru dikurangi. Kurikulum yang terus berganti dengan berbagai formula justru makin membuat para guru dan murid kewalahan. Pemerintah seolah abai dalam membuat kurikulum yang mengutamakan akidah yang benar kepada para remaja.
Wajar, karena sistem pendidikan yang ada sekarang ini berbasiskan kapitalis yang hanya mementingkan materi. Sistem pendidikan diarahkan hanya untuk mencetak generasi yang mampu mendongkrak perekonomian, tanpa peduli kepribadian yang terbentuk pada generasi. Akibatnya, sistem pendidikan tidak mampu menghasilkan generasi yang unggul.
Ini berbeda dengan generasi yang dicetak dalam sebuah negara yang menjadikan syariat Islam sebagai landasannya. Islam mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi melalui penerapan aturan Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
Karenanya, kurikulum pendidikan dibuat berdasarkan atas akidah Islam. Dengan begitu, remaja akan memahami tujuan hidupnya, yaitu untuk meraih rida Allah. Mereka akan menjauhi perilaku maksiat, seperti tawuran dan mengganggu keamanan di masyarakat. Sistem pendidikan Islam memastikan generasi dibentuk menjadi sosok berkepribadian Islam.
Dengan sistem Islam, sekolah akan mampu mencetak generasi unggul yang memiliki kontrol individu yang kuat, memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, memiliki tanggung jawab kepada dirinya karena mereka tau bahwa diri mereka adalah pemimpin dan pasti akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya. Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hanya sistem pendidikan Islam-lah yang mampu mencetak generasi-generasi yang unggul.