
Oleh: Ummu Zaki
Linimasanews.id—Media asing, salah satunya Amerika Serikat (AS), Associated Press (AP) dengan judul “Pope and Imam Of Southeast Asia’s Largest Mosque Make Joint Call to Fight Violence, Protect Planet,” menyoroti pertemuan Pemimpin Tertinggi Katolik Dunia Paus Fransiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia (CNBCIndonesia.com, 5/9/2024).
Perjalanan ke Indonesia adalah yang ketiga kalinya yang dilakukan oleh Paus. Di mana yang pertamanya dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Tujuan Paus berkunjung ke negara-negara mayoritas muslim bukan hanya sekadar kunjungan biasa, tetapi ada misi di balik kunjungan tersebut, yakni misi global untuk mempromosikan moderasi beragama, memelihara keberagaman, dan dialog antaragama agar terjaga dengan baik.
Kedatangan Paus disambut dengan hangat di masjid oleh kelompok perkusi yang sering mengiringi upacara-upacara Islam. Tercantum dalam laman berita, hangatnya interaksi antara Paus dengan imam besar Istiqlal saat Paus mencium mesra tangan sang imam yang mendekap pundak kepala negara Vatikan itu.
Pemandangan yang sangat ironi sekali, toleransi yang kebablasan terlalu berlebihan bahwasanya kita sebagai muslim tidak perlu melakulan hal seperti itu. Sikap seperti itu justru tidak mencerminkan wibawa sebagai seorang muslim. Respons berlebihan dari pejabat dan tokoh agama seakan akan Paus adalah kepribadian yang patut di contoh. Padahal, Rasulullah saw. merupakan suri teladan terbaik sebagai seorang suami, ayah, juga sebagai seorang pemimpin yang patut diteladani dan dikagumi oleh kaum muslim, bukan yang lain terlebih dari agama di luar Islam.
Moderasi beragama merupakan kedok dari pemikiran ideologi sekuler kapitalisme. Sehingga negeri-negeri muslim kehilangan arah pandang dalam kehidupan, ketaatan umat Islam pun mulai tergerus oleh arus moderasi. Bahayanya moderasi beragama bagi kaum muslim yang belum paham tentang Islam kaffah jelas sangat berbahaya sekali. Salah satu bahayanya adalah pengaburan tentang ajaran Islam semisal mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan.
Berbeda dengan toleransi ala Islam, di mana toleransi adalah membiarkan dan menghormati ibadah nonmuslim tanpa turut campur di dalamnya, baik sekadar mengucapkan salam hari besar mereka, menghadiri, ataupun ikut serta dalam perayaan dan ibadah mereka. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Kafirun ayat 6 yang artinya, “Untukmu agamamu dan untuku agamaku.” Islam mengajarkan prinsip toleransi kepada umatnya dengan menghormati perbedaan dan tidak mencampuradukan keyakinan.
Maka dari itu, wajib bagi kita sebagai umat Islam untuk memahami Islam secara kaffah dan mengikuti pembinaan secara umum dan intensif agar umat paham akan Islam dan ajaran Islam secara keseluruhan. Dengan begitu, umat akan mengkritisi berbagai peristiwa dan tidak menelan bulat-bulat atau mengiyakan apa-apa yang terjadi dan tentang kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh penguasa yang jelas tidak berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunnah.
Wahai kaum muslim, kenali agamamu, pelajari Islam secara kaffah, karena musuh-musuh Islam sedang mencari celah untuk memecah belah umat dengan memahamkan paham-paham asing di antara kaum muslim. Sehingga umat ragu akan kebenaran ajaran-ajaran Islam. Wallahualam bisawab.