
Oleh: Ummu Nayra
Linimasanews.id—Ibarat anak sakit pilek, tapi si ibu malah memberi obat gatal-gatal. Jelas tidak akan sembuh. Begitu juga dengan keadaan anak remaja saat ini. Moralnya makin parah, banyak perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, kriminalitas dan lain-lain, tetapi pemerintah mengatasi semua permasalahan itu dengan pengarusan moderasi beragama yang sama sekali tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi. Bahkan, pemerintah makin ngegas menggaungkan moderasi beragama hingga menyasar pelajar.
Seperti diungkapkan Istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Eny Retno Yaqut. “Kegiatan ini sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, diharapkan dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran,” ujar Eny (Republika.co.id, 11/9/2024).
Kondisi anak yang makin rusak itu diawali dari hilangnya pengasuhan yang baik dari orang tuanya, terutama ibu. Akan tetapi, tidak dimungkiri, ekonomi yang sulit saat ini membuat peran ibu menjadi tidak maksimal mendidik anak karena tuntutan pekerjaan demi membantu perekonomian keluarga. Akhirnya anak tidak bisa terjaga.
Di lingkungan bermain dan di sekolah pun anak tidak mendapatkan pendidikan yang bisa menjadikannya berkepribadian baik. Kurikulum pendidikan hari ini yang tidak jelas arahnya, menjadikan generasi tidak berkualitas, tidak terkontrol, bebas, tidak ada batasan. Sementara itu, negara abai dengan kondisi remaja. Alhasil, alih-alih ingin mencetak generasi emas, malah mencetak generasi cemas.
Bagaimana tidak? Moderasi beragama di institusi pendidikan ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar. Radikalisme dipandang sebagai musuh di sistem kapitalisme ini sehingga moderasi beragama disosialisasikan agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama. Namun, nyatanya justru menjauhkan kepribadian Islam di kalangan pelajar. Tampak jelas bahwa yang menjadi kekhawatiran negara bukan kerusakan moral, tetapi kebangkitan Islam. Karena nyatanya, kerusakan moral generasi tidak diperbaiki, malahan hal-hal yang merusak dibiarkan.
Dalam hal ini, seakan penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sekuler sesuai arahan Barat. Sebab, moderasi beragama adalah proyek Barat yang dimaknai menerima pemikiran Barat, seperti liberalisme, pluralisme, dan lain-lain. Padahal, pelajar muslim seharusnya menjadi duta Islam yang mengambil Islam secara murni, tidak bercampur dengan pemikiran Barat.
Profil generasi muslim yang cerdas, bertakwa, produktif, tangguh, pembangun peradaban mulia hanya mampu dicetak oleh negara yang menerapkan Islam (Khilafah). Negara dengan sistem Islam akan menjaga rakyat dari berbagai hal yang akan merusak. Negara akan meningkatkan kualitas generasi dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam. Negara akan menghidupkan tradisi amar makruf nahi munkar dengan dakwah, sehingga terwujud generasi harisan aminan lil Islam dan daulah (penjaga yang terpercaya bagi Islam dan negara).