
Oleh: Nurindasari, S.T.
Linimasanews.id—SMPN 60 Bandung di Kecamatan Regol, Kota Bandung yang berdiri pada 2018 lalu hingga saat ini memiliki kendala serius. Enam tahun lamanya siswa sekolah ini tidak memiliki gedung sekolah. Meskipun ada bantuan kursi dan meja dari Dinas Pendidikan Kota Bandung, tetapi karena harus menumpang di SDN Ciburuy, membuat fasilitas tidak dapat digunakan dengan optimal. Gedung yang ditumpangi hanya memiliki tujuh ruang kelas yang tersedia. Karena jumlah siswa cukup banyak, beberapa siswa terpaksa melaksanakan kegiatan belajar mengajar di luar ruangan (infobdg.com, 28/9/2024).
Siswa sekolah ini memiliki jumlah rombongan belajar (rombel) sebanyak 9 rombel. Namun gedung yang ditumpangi hanya ada 7 ruangan kelas sehingga terpaksa digilir, harus belajar di luar kelas di bawah pohon rindang untuk dua rombel lainnya. Tak hanya kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, dan tata usaha juga dijadikan satu (detik.com, 27/9/2024).
Siswa belajar pada siang hari karena menumpang gedung SD yang masuk pada pagi hari. Pembelajaran di luar ruangan ini tidak efektif. Saat hujan tiba, terpaksa proses belajar dipindahkan ke selasar. Humas SMPN 60 Bandung Rita Nurbaeni mengaku telah mengajukan permohonan gedung kepada Dinas Pendidikan Kota Bandung, namun belum ada perkembangan dari permohonan itu (metrotvnews.com, 28/9/2024).
Pemerintah Abai
Gedung dan ruangan kelas pun tak punya, sekalipun humas sekolah sudah mengajukan permohonan. Padahal, sekolah ini sudah ada selama 6 tahun. Miris karena sekolah adalah tempat mendidik dan mencetak generasi ujung bangsa. Sangat disayangkan terabaikan oleh penanganannya. Pemerintah justru sibuk membangun industri yang “tidak perlu”, seperti pabrik susu ikan. Pemerintah juga sibuk membangun Ibukota Nusantara (IKN) yang menghabiskan dana triliunan rupiah. Wajar publik bertanya, pemerintah saat ini bekerja untuk apa dan siapa?
Inilah buah sistem kapitalisme. Dalam sistem ini pendidikan tidak menjadi fokus utama, justru seolah menjadi beban bagi negara. Bagaimana tidak, anggaran untuk pendidikan sangatlah sedikit. Sekolah-sekolah negeri berdiri seadanya dengan fasilitas seadanya, bahkan pada kasus ini gedung pun tidak ada. Negara seolah menyerahkan masalah pendidikan pada swasta. Sekolah-sekolah swasta dengan fasilitas yang baik telah menjalar di seluruh daerah, namun hanya kalangan tertentu yang dapat mengecap pendidikan yang berkualitas ini.
Anggaran yang sedikit dengan kondisi saat ini menjadikan dana tidak dialokasikan secara sempurna. Di sistem kapitalis ini tak sedikit pejabat oportunis, mengelola dana secara keliru dan menjadi ajang korupsi. Ini seolah sudah menjadi rahasia umum. Akhirnya, yang menjadi korban adalah para pendidik yang tidak kunjung mendapat kesejahteraan dan para pelajar yang mengecap pahitnya pendidikan kapitalistik. Alhasil, berbuahlah generasi yang minim penyerapan dan penerapan ilmu dalam dirinya.
Pendidikan dalam Sistem Islam
Pendidikan dalam sistem Islam menjadi tanggung jawab besar bagi negara. Seluruh aspek dalam pendidikan mendapat perhatian penuh dari negara. Mulai dari kesejahteraan tenaga pendidik, kurikulum, dan fasilitas pendidikan. Seluruhnya akan dipenuhi dengan pembiayaan terbaik oleh negara, tanpa terkecuali.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang pembiayaannya didasarkan pada kebutuhan pendidikan itu sendiri, bukan pada alokasi anggaran saja. Negara akan menjamin pendidikan berkualitas bagi seluruh umat dengan fasilitas dan pelayanan terbaik. Kas negara akan dimaksimalkan memenuhi kebutuhan dalam pendidikan.
Dengan Sistem Islam, kas negara yang tersimpan di Baitulmal mampu mencukupi seluruh kebutuhan rakyat, termasuk dalam pendidikan. Salah satu sumber pemasukan terbesar Baitulmal berasal dari pengelolaan sumber daya alam oleh negara. Dalam hal ini, negara akan mengelola penuh pendidikan secara gratis dan berkualitas sehingga masyarakat pun tidak akan melirik sekolah swasta seperti saat ini.