
Oleh. Nur Afni, Ibu Peduli Generasi
Linimasanews.id—Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, baru saja menyelesaikan pemilu yang sangat dinantikan oleh jutaan rakyatnya. Setelah proses panjang yang melibatkan kampanye intens, debat publik dan partisipasi warga negara yang antusias, Indonesia kini menyambut pemimpin barunya. Presiden terpilih ini diharapkan membawa angin perubahan, membawa visi yang segar, serta menjawab tantangan besar yang dihadapi bangsa, mulai dari ekonomi, politik, hingga isu lingkungan.
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden kedelapan dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-14 di Gedung Nusantara, kompleks parlemen (MPR/DPR/DPD RI), Senayan, Jakarta. Dengan mengusung visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Prabowo-Gibran yakin hanya dengan persatuan, kesatuan, dan kebersamaan bangsa ini bisa mencapai cita-cita Indonesia Emas, Minggu (20/10/2024).
Prabowo di dalam pidatonya menyinggung beberapa hal, mulai dari potensi ancaman dan tantangan kedepan bagi Indonesia, upaya memerangi korupsi, mengajak konsolidasi seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita Pancasila dan UUD 1945, dan berjanji untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Di dalam benak, masyarakat masih menganggap pergantian pemimpin sebagai sebuah harapan baru ke arah perubahan yang lebih baik. Masyarakat juga masih beranggapan bahwa dengan bergantinya individu pemimpin maka seluruh permasalahan di Negara ini akan terselesaikan.
Padahal faktanya, Negara Indonesia telah berganti pemimpin sebanyak delapan kali, namun tidak membawa negara ini kepada sebuah perubahan yang lebih baik. Perubahan pemimpin justru menambah karut-marutnya problem kehidupan masyarakat, seperti makin meningkatnya angka kemiskinan, sulitnya bagi masyarakat untuk mencari lapangan pekerjaan, tingginya biaya pendidikan dan kesehatan, bobroknya moral generasi muda, meningkatnya angka kriminalitas, pungutan pajak yang makin mencekik rakyat, banyaknya penistaan agama dikarenakan negara tidak mampu memberikan sanksi yang tegas, korupsi yang semakin merajalela, utang negara yang semakin meningkat, Sumber Daya Alam yang terus diprivatisasi oleh swasta maupun asing, dan masih banyak lagi.
Padahal sejatinya, hal yang harus dipahami dan disadari oleh masyarakat bahwa kerusakan yang terjadi di Negara kita ini bukanlah karena sosok individu pemimpin, tetapi karena sistem yang diemban oleh negara kita adalah sistem kapitalisme sekularisme, yang mana sistem ini adalah sistem rusak dan merusak. Sistem kapitalisme sekularisme adalah sistem buatan manusia yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, sehingga agama hanya dipakai dalam perkara ibadah ruhiyah semata, namun tidak dijadikan sebagai landasan didalam berkehidupan, politik, dan bernegara.
Berbagai problem yang terjadi saat ini dikarenakan buruknya penerapan sistem ini dalam kehidupan. Maka jika sistem yang rusak ini terus diemban oleh negara kita, dapat dipastikan kehidupan masyarakat akan semakin sulit dan jauh dari kata sejahtera. Jika sistem yang diemban oleh negara kita adalah sistem yang jauh dari aturan agama, tidak mungkin mampu melahirkan pemimpin yang amanah terhadap rakyat dan bertaqwa kepada Sang Pencipta.
Karena sejatinya, agama bukan hanya sebagai bentuk ibadah ruhiyah semata, namun sebagai aturan dari seluruh aspek kehidupan, dan manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas yang tidak akan mampu membuat aturan yang sempurna di dalam berkehidupan, apalagi bernegara. Demokrasi yang berslogan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,” semua itu hanyalah omong kosong yang terus membodohi rakyat. Janji manis para pemimpin ketika masa kampanye hingga mereka duduk di kursi kekuasaan seolah hanya janji manis tanpa bukti. Ketika mereka menjabat, bukanlah kesejahteraan rakyat yang menjadi prioritas, tetapi hanya kepentingan pribadi mereka dan para oligarki semata.
Kesejahteraan kehidupan masyarakat hanya akan terwujud jika sistem yang diemban adalah sistem Islam, karena sistem Islam lahir dari sang Khalik yaitu Allah Swt. Kita lihat bagaimana sistem Islam mampu menguasai dunia selama 1300 tahun dan menjadi mercusuar peradaban dunia, bahkan mampu melahirkan sebuah peradaban yang gemilang. Kehidupan umat terjaga dan sejahtera di bawah naungan sistem Islam. Karena pemimpin yang lahir dari sistem ini adalah pemimpin yang amanah, bertakwa, dan menjadikan syariat Islam sebagai landasan berkehidupan, politik, dan bernegara.
Dengan kata lain, mau tidak mau, jika bangsa ini ingin maju, sejahtera, adil dan makmur, maka yang masyarakat butuhkan bukan sekadar rezim atau pemimpin baru. Akan tetapi, yang masyarakat butuhkan adalah sistem pemerintahan baru, yaitu sistem pemerintahan Islam, dalam bingkai khilafah Islamiyyah. Sejatinya dengan menerapkan aturan Islam di segala aspek kehidupan, akan terwujud ketakwaan hakiki dan akan mendatangkan keberkahan di dunia ini.
اَلدِّيْنُ وَ السُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ وَ قِيْلَ الدِّيْنُ أُسٌّ وَ السُّلْطَانُ حَارِسٌ فَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَ مَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
“Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar. Dikatakan pula, agama adalah fondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak berpondasi bakal hancur. Apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap.”