
Oleh: Diana Nofalia, S.P. (Aktivis Muslimah)
Linimasanews.id—Serangan udara Israel pada Sabtu malam telah membantai 73 warga Palestina di daerah permukiman di Beit Lahia, Gaza utara. Pemerintah negara-negara Arab tidak berkomentar atas serangan brutal tersebut, Minggu (20/10/2024). Israel melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran sejak 6 Oktober, memperketat pengepungannya di daerah yang dilanda perang dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi. Sebelum serangan terbaru, invasi brutal Israel telah menewaskan lebih dari 400 orang di Gaza utara (Sindonews.com).
Sejak 7 Oktober 2023, serangan militer Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 42.603 warga Palestina dan melukai 99.795 orang. Angka tersebut mungkin jauh lebih rendah dengan perkiraan 10.000 jenazah masih terkubur di antara puing-puing bangunan yang hancur di seluruh Jalur Gaza (tempo.co).
Permasalahan yang terjadi di Palestina adalah sebuah penjajahan. Penjajahan ini dimulai dari berdirinya negara zionis Israel pada tahun 1948 melalui dukungan Inggris, Amerika, dan PBB. Saat itu, Israel membangun pemukiman untuk penduduk Yahudi di atas tanah kaum Muslim Palestina. Akibatnya, pengusiran besar-besaran dilakukan, disertai dengan pembunuhan dan pembantaian. Hal itu terus terjadi sampai sekarang.
Pada saat ini serangan Zionis Yahudi makin menggila. Mirisnya, PBB hanya bisa mengecam, demikian pula pemimpin negeri Muslim, bahkan ada yang diam mematung saja. Sungguh ini adalah pengkhianatan yang besar terhadap saudara sesama Muslim, terlebih mereka yang memilki kekuasaan dan pasukan yang seharusnya bisa melakukan pembelaan secara nyata, tetapi kenyataannya tidaklah demikian.
Paham nasionalisme telah berhasil menghalangi pemimpin negeri Muslim untuk bergerak membela Palestina dengan jihad. Jihad adalah metode syar’i untuk menghadapi invasi musuh adalah dengan jihad. Metode mengatasi penjajahan adalah juga dengan jihad. Bukan dengan metode yang lain. Caranya adalah dengan mengirimkan tentara-tentara dari negeri-negeri kaum Muslim untuk melakukan jihad fi sabilillah.
Selain paham nasionalisme, kecintaan terhadap kekuasaan dan jabatan membuat pemimpin negeri Muslim mati rasa. Dengan fakta pemimpin negeri Muslim saat ini, umat harus dibangun kesadarannya agar dapat terus bersuara. Umat sudah seharusnya menuntut pemimpin negeri muslim segera mengirimkan pasukannya dengan sepenuh kekuatan untuk berjihad di tanah Palestina. Umat harus senantiasa mengingatkan pemimpin negeri Muslim bahwa umat Islam itu bagaikan satu tubuh yang tak boleh tersekat-sekat oleh paham nasionalisme ataupun kepentingan lainnya.
Metode jihad ini tentunya tak akan optimal jika tanpa persatuan kaum Muslim di seluruh dunia. Dengan bersatunya negara-negara kaum Muslim dalam satu kepemimpinan yang menyerukan jihad, akan dapat menjadi kekuatan besar dalam rangka membebaskan bangsa Palestina dari penjajahan. Dengan kata lain, jihad dan persatuan umat dalam satu kepemimpinan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Semestinya hal tersebut dipahami oleh penguasa-penguasa kaum Muslim di penjuru dunia agar marwah kaum Muslim kembali terwujud.
Umat Islam membutuhkan keberadaan payung yang akan melindungi umat Islam. Payung itu adalah sistem pemerintahan Islam. Umat harus terus membangun kesadarannya akan kewajiban menegakkan sistem pemerintahan Islam. Untuk itu, harus ada kelompok dakwah yang terus menyadarkan umat akan posisinya sebagai umat terbaik dan wajibnya menegakkan sistem pemerintahan Islam. Rasullullah saw. telah memberikan teladan bagaimana menegakkan negara yang menerapkan Islam secara kafah. Umat wajib meneladaninya.