
Oleh: Hanimatul Umah
Linimasanews.id—Pelaksanaan retreat (pembekalan) para menteri Kabinet Merah Putih pemerintahan Presiden dan Wakilnya (Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka) pada 25-27 Oktober 2024 di Akademi Militer Lembah Tidar, Magelang telah usai. Presiden mengungkapkan alasan mengapa harus melakukan retreat adalah agar terjalin kerjasama yang baik di antara tokoh elite politik. Tokoh-tokoh kemasyarakatan yang berbeda agar saling mengenal dan membangkitkan semangat memperkuat solidaritas demi membangun Indonesia lebih maju.
Kepala negara terpilih ini pun memiliki alasan tersendiri mengapa memboyong para menteri dengan menggunakan pesawat Hercules, yakni para menteri dan wakil menteri mengenali semua institusi termasuk institusi pertahanan yang bermanfaat untuk mengangkut pasukan, alat perang, dan sebagai bantuan cepat dan evakuasi korban (Liputan6.com, 28/10/24).
Mungkinkah KMP Beri Harapan Baru?
Tentunya besar harapan masyarakat dengan usainya retreat para pembantu presiden tersebut akan dapat mewujudkan kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional. Pun seolah menjadi angin segar bagi masa depan rakyat Indonesia di tengah situasi deflasi yang melanda negeri ini dan banyaknya pengangguran yang belum kunjung berkurang. Salah satu pencapaian Presiden Prabowo adalah pemberantasan korupsi. Namun, pembentukan kabinet pun sebagian besar diperankan oleh orang lama yang diduga pelaku korupsi di pemerintahan sebelumnya, dan kabinetnya yang gemuk tanpa oposisi. Ini menandakan sinyal lampu kuning harapan rakyat pada tingkat kecemasan.
Mewujudkan Visi Baru Hanya Ilusi dalam Sistem Demokrasi
Jika dicermati lebih dalam, mengenai pergantian KMP (Kabinet Merah Putih) terlihat makin tidak efektif dari segi anggaran gaji pejabat, seperti mengangkat menteri bidang pendidikan lebih dari satu, dan wakil menterinya, terlebih lagi dipertanyakan kredibilitas dan kapabilitas di bidangnya. Pada akhirnya, harapan baru terancam semu, sebab terbukti mengangkat menteri dari kalangan artis atau pun kalangan ormas. Hal ini mengulang dari kepemimpinan sebelumnya, maka mungkinkah berharap perubahan?
Watak demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan membuat politik transaksional berjalan mulus tanpa aral. Artinya, siapa pun bisa mencalonkan sebagai calon legislatif atau pejabat asal mampu dari sisi keuangan, maka output yang dihasilkan dari politik uang ini hanya mementingkan kelompok tertentu (pemodal)nya. Sebab demokrasi sarat dengan biaya tinggi. Hal ini menjadi makin pesimisnya harapan rakyat akan manfaat retreat pejabat.
Landasan yang dipakai dalam kehidupan demokrasi adalah sekularisme atau memisahkan agama dari kehidupan. Jadi jelas tujuannya bukan untuk kemaslahatan rakyat melainkan mementingkan kelompok partai dalam lembaga terkait. Alih-alih memberi semangat pejabat dalam menjalankan tugas, tetapi berbalut healing. Selama memijak pada sekularisme, maka perwujudan visi misi hanyalah ilusi. Demokrasi mengebiri rakyat dengan janji tanpa bukti.
Sistem Pemerintahan Islam Tak Diragukan untuk Kemaslahatan Umat
Berbeda dari sistem yang berpijak pada sekularisme dan kapitalisme yang serba perhitungan materi. Sistem Islam berlandaskan akidah (keimanan) pada Sang Pencipta alam dan kehidupan ini, dalam berpolitik akan membangun visi melayani umat (raain). Dengan tolok ukur halal dan haram maka para pejabat hanya melaksanakan amanah jabatannya untuk meraih pahala dan keridaan Allah semata.
Pemilihan dan pengangkatan pejabat dalam Islam harus memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni disamping ketakwaan yang tak diragukan lagi. Rasulullah pada saat memimpin negara, beliau mengangkat Abu Bakar As-Siddiq ra dan Umar bin Al-Khattab ra sebagai pembantu dalam menjalankan pemerintahannya. Sabda Rasulullah saw., “Pembantuku dari penduduk langit adalah Malaikat Jibril dan Mikail adapun pembantuku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” (HR At-Tirmidzi)
Demikian juga seterusnya pencalonan para pejabat dalam sistem pemerintahan Islam meneladani Rasulullah, masa Khulafaur Rasidin, hingga kekhalifahan Usmani. Begitu pula pemimpin dalam sistem Islam senantiasa memegang amanah demi kepentingan dan kesejahteraan seluruh umat dan melaksanakan hukum syariat di seluruh sendi kehidupan sesuai harapan rakyat. Wallahualam bisawab.