
Oleh: Lisa Herlina
(Pengurus Komunitas Muslimah Istiqomah)
Linimasanews.id—Sempat menjadi fyp, Gunawan yang merupakan konten kreator, pemilik akun @Sadbor86 lantas naik daun dengan gaya joget “patuk ayam” dan ciri khas sebelum berjoget ia meneriakkan “Beras Habis Live Solusinya.” Namun, beredar kabar Gunawan alias Sadbor serta timnya terindikasi mempromosikan situs judi daring lewat live di akun tiktoknya (JPNN, 02/11/2024).
Dewasa ini, fenomena joget di aplikasi TikTok merupakan tren yang diminati masyarakat. Selain sebagai hiburan, juga sebagai wadah mendulang cuan. Ditambah lagi dari aplikasi tersebut banyak masyarakat yang terbantu. Netizen pun banyak yang berkomentar tentang lapangan pekerjaan yang dihasilkan Sadbor dari live TikToknya. Bagi warga kampungnya, Sadbor seperti pahlawan bagi warga setempat, mengubah perekonomian bangsa, menghibur, dan masih banyak lagi.
Bebas Tanpa Batas ala Kapitalis
Di negeri yang mayoritas penduduknya kaum muslim, saat ini tengah diperdaya dengan menuhankan kebebasan dalam hidupnya. Bebas dalam bertingkah laku dan berekspresi. Paradigma kebebasan ini lahir dari sistem yang bukan berasal dari Islam, yaitu sistem sekuler. Sistem yang memisahkan hukum Allah dengan setiap perbuatan manusia. Konsekuensinya umat tidak lagi bertolak ukur Islam sebelum berbuat.
Saat diterpa masalah, solusinya dengan joget. Maka wajar, saat beras habis, solusinya berjoget seakan menanggalkan marwah dan kewibawaan, jika ia seorang ayah, pemimpin rumah tangga. Jika ia seorang ibu, rasa malu dan harga dirinya jatuh di depan orang yang memandangnya. Inilah panorama sistem kapitalisme. Tolok ukur kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan materi meski melanggar nilai agama.
Belum lagi gaya hidup Fomo yang menggejala di kalangan masyarakat. Pemanfaatan teknologi sebagai media yang menstimulasi masyarakat untuk latah mengikutinya. Fomo (Fearing of missing Out) yang sering kita sebut takut ketinggalan tren, mengakibatkan alarm bahaya bagi siapa saja. Sebabnya apa saja yang viral kalau tidak diikuti dia akan merasa cemas, gelisah, tidak keren. Bukan hanya goyang Sadbor, joget TikTok viral yang lain, duet karaoke, dance cover K-Pop, juga menerpa masyarakat.
Walhasil, fenomena ini tentu saja menunjukkan krisis jati diri yang dibajak oleh sistem kapitalisme. Di sisi lain, manusia dikendalikan oleh gaya hidup ala Barat, tak kasat mata seolah menghilangkan identitasnya sebagai muslim. Tontonan sudah menjadi tuntunan, apalagi dilihat dan ditiru anak-anak.
Bahaya lainnya saat gift diberikan ketika live di laman TikTok atau aplikasi lain secara tidak langsung menciptakan pintu masuk bagi bisnis ribawi seperti pinjol, judol, dan jenis layanan paylater yang sedang marak. Belakangan terjadi pada kasus Sadbor ini, diduga terafiliasi situs judi online yang bersedia memberikannya gift secara jor-joran.
Kembali Kepada Islam yang Menyelamatkan
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Saat masalah melanda, bukan kepada media sosial kita berlari, tetapi Allah-lah yang kita cari. Tentunya dengan cara yang telah ditunjuki-Nya. Beras habis adalah signal bagaimana kebutuhan hidup harus dipenuhi. Allah tunjukkan dengan cara yang benar dan niat karena-Nya.
Dalam sekup keluarga sebagai seorang ayah, mencari nafkah adalah kewajiban selain juga menghias dirinya dengan ilmu dan adab. Sabda Nabi saw., “Nafkah yang diberikan seorang kepala rumah tangga bernilai sedekah. Sungguh, seorang diberi ganjaran karena meski sesuap nasi yang ia masukkan ke dalam mulut keluarganya.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Kemudian bagi orang tua harus memberikan fasilitas pendidikan terbaik bagi anak. Bukan hanya harta yang halal, namun orang tua memberikan pengajaran adab yang menghasilkan ketaatan dan kesholihan anak. Rasulullah bersabda, “Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik daripada adab yang baik.” (HR. At-Tirmidzi)
Sementara dalam cakupan luas, negaralah yang menjadi “ibu” bagi rakyatnya. Saat masyarakat butuh makan untuk hidupnya, sang “ibu”-lah yang memenuhinya. Ini sebagaimana tercatat dalam sejarah peradaban Islam yang gemilang. Selama “ibu” (Daulah Khilafah) tegak di muka bumi, maka sandang, pangan, papan, bahkan pendidikan dan kesehatan menjadi tanggung jawab Daulah Islam. Bahkan, lapangan pekerjaan pun menjadi tanggung jawab Daulah.
Sejatinya, seluruh manusia punya solusi atas setiap masalahnya, tentu saja berdasarkan Islam yang menenteramkan jiwa dan menyelamatkannya, bukan dengan solusi yang membuat manusia sesat hingga masuk neraka. Wallahu a’lam bissawab.