
Oleh: Marinda, (Aktivis Dakwah Muslimah)
Linimasanews.id—Ramai peternak sapi membuang hasil panen susu sapi mereka. Sebanyak ratusan ton susu sapi di buang para peternak, mulai dari wilayah Jatim hingga Jateng. Aksi dimulai oleh peternak sekaligus pengepul susu sapi asal Kabupaten Pasuruan Jatim, Bayu Aji Handayanto. Ia dan para peternak lain, nekat membuang susu hasil panennya. Berikutnya, aksi serupa juga dilakukan peternak sapi perah dan pengepul susu di Boyolali, Jawa Tengah, yang juga menggelar aksi mandi susu dari susu sapi hasil panen mereka (Liputan6.com 11/11/24).
Biang kericuhan ini ditengarai karena banyaknya impor susu sapi yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga, perusahan yang biasa mengambil susu sebagai bahan baku produk mereka ke para petani, beralih ke susu impor yang relatif harganya jauh lebih murah dari susu sapi lokal hasil panen peternak dalam negeri. Sehingga, para pengusaha membatasi atau mengurangi permintaan pasokan susu sapi dari para petani. Akibatnya, hasil panen susu petani yg biasanya tersalurkan ke perusahaan-perusahan tersebut, jadi mangkrak. Banyak susu yang basi karena daya tahannya susu sapi tidaklah lama.
Inilah yg kemudian memicu petani membuang hasil susu sapinya ramai-ramai.
Melihat aksi seperti ini, tentu saja kita sudah tak asing. Masih ingat beberapa waktu lalu, petani buah naga di Banyuwangi juga membuang hasil panen buah naganya karena serbuan buah asing dengan harga murah membanjiri pasar, sehingga membuat harga buah naga anjlok di pasaran, dan masih banyak lagi kasus serupa. Miris, lagi-lagi kebijakkan impor yang menjadi biang keladinya.
Harga barang impor umumnya sekarang jauh lebih murah di banding produk hasil lokal. Seperti dari kasus peternak membuang hasil panen susu sapi ini. Nyatanya, harga susu sapi impor jauh lebih murah dibandingkan susu yang dihasilkan oleh peternakan lokal. Hal ini disebabkan karena susu impor mendapatkan subsidi di negara asalnya, serta biaya dan produksi per satuan unitnya yang lebih murah (Kompas.com 24/01/24).
Buntut dari kasus ini, pemerintah bereaksi dengan menahan izin impor milik 5 perusahan industri pengolah susu (IPS). Hal ini di sampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.
Namun di satu sisi, negara tetap saja tidak mencabut ijin impor perusahan yg sudah bersepakat akan menyerap susu segar dari peternak (CNBCIndonesia, 11/11/24). Artinya, impor susu sapi tetap dibuka. Perusahaan-perusahaan tersebut tetap menggunakan susu impor sebagai bahan bakunya.
Kondisi ini tidak menutup kemungkinan akan ada kebijakan baru sebagai penyesuaian dari kondisi ini. Tentu saja arah kebijakannya yang menguntungkan para pengusaha dan merugikan rakyat. Bahasan tentang kebijakan impor sudah bukan info baru. Kebijakan impor ini di ambil oleh pemerintah Indonesia sebagai imbas hutang indonesia ke bank dunia (IMF).
Impor menjadi salah satu persyaratan yang ditetapkan IMF kepada negara yang menerima pinjaman. Dengan dalil bahwa persyaratan ini diberikan untuk membantu negara-negara mengatasi masalah neraca pembayaran tanpa merugikan kemakmuran nasional atau internasional, faktanya malah justru sebaliknya. Keran impor malah mengucurkan kericuhan yang berakibat menyengsarakan rakyat.
Ibarat “sudah jatuh ketiban tangga,” ketiban gajah. Sudahlah utang bertambah, belum bisa membayar utang malah mengeluarkan dana lagi untuk membeli sesuatu yang kita tidak butuh, yang kita bisa produksi sendiri. Akhirnya, produk sendiri terbuang percuma. Jadilah neraca belanja lebih besar dari neraca pendapatan. Lagi-lagi, rakyat yang jadi korban. Ujung-ujungnya subsidi dicabut, pajak digenjot.
Sejatinya, sudahlah sering para penguasa negeri ini, mencari solusi dari problem-problem yang terjadi di negeri ini. Salah satunya mengenai kericuhan ini. Namun, segala bentuk solusi yang dijalankan bukannya menyelesaikan masalah, tetapi malah menimbulkan masalah baru. Hal ini terjadi memang karena solusi yang diberikan memang tidak menyelesaikan masalah, tetapi hanya tambal sulam saja.
Belajar dari problem dan kasus sebelumnya. Seyogianya, pemimpin negeri ini berpikir cerdas. Jika kalau solusi yang dilakukan hari ini hanyalah tambal sulam, jadi apanya yang salah. Tentu saja bagi orang yang cerdas mereka pasti menyadari bahwa akar masalah sebenarnya adalah pada sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem kapitalisme. Di mana sistem inilah yg menjadi fondasi dasar terciptanya aturan-aturan yang menyengsarakan penganutnya. Salah satunya kebijakkan impor yang membuat runyam bangsa ini.
Namun sayang, pemimpin negeri ini seolah menutup mata, telinga bahkan pemikiran mereka, tentang satu sistem yang luar biasa, datang dari Sang Pencipta manusia yaitu Allah Swt. Sistem yang mampu menyelesaikan segala problem manusia tanpa menciptakan problem baru. Sistem itu adalah sistem Islam.
Islam mampu memberikan solusi secara kaffah dan sempurna. Dalam hal impor ini pun, Islam menerapkan kebijakan yang luar biasa. Impor di dalam Islam bukanlah jalan utama atau bahkan satu-satunya kebijakan untuk menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh warga negara, termasuk menyediakan bahan baku bagi industri pangan dll. Bagaimanapun, kemandirian pangan adalah hal utama bagi negara Islam karena pangan adalah kebutuhan asasi, lagi pula sektor pangan ini juga bisa menjadi pendapatan bagi warga negara Islam. Karena itu, hal ini akan menjadi perhatian besar bagi negara Islam.
Hal utama yang akan dilakukan sebelum melakukan impor, maka negara Islam akan melakukan berbagai kebijakan untuk memberdayakan peternakan dalam negeri secara masif dan penuh. Para ahli peternakan akan dibiayai untuk melakukan berbagai riset untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi, dengan biaya perawatan yg rendah, sehingga menguntungkan para peternak, dan juga akan menguntungkan negara. Di satu sisi, juga negara Islam juga akan menerapkan kebijakkan investasi yang tidak merugikan negara dan juga rakyat.
Dalam Islam, tidak akan ada tawar-menawar dalam hal ini, tidak akan ada dalih untuk menyerap lapangan pekerjaan maka pengusaha asing bisa seenaknya berinvestasi membuka pabrik di negara Islam, tetapi dengan memberi persyaratan ini itu yang merugikan negara dan rakyat. Maka wahai pemimpin negeri ini, tidaklah engkau sadar, bahwa solusi satu satunya problem demi problem negeri ini karena tidak diterapkan aturan Allah dalam pengaturan kehidupan, baik itu individu, masyarakat, dan juga negara.
Sudah saatnya wahai engkau para pemimpin negeri ini, campakkanlah sistem kapitalisme yang nyata menjadi alat asing untuk menjajah negeri-negeri muslim. Kebijakan impor hasil dari utang kepada mereka adalah bukti nyata penjajahan itu. Mereka akan terus mencengkeram negeri-negeri muslim dengan cakar maut berbalut sistem kapitalisme ini. Terapkan sistem Islam wahai pemimpin, dengan itu kesejahteraan yang engkau janjikan kepada kami rakyatmu ini, akan terealisasi. Insyaallah.