
Oleh: Umi Hanifah (Aktivis Muslimah Jember)
Linimasanews.id—Pesantren lintas agama yang didirikan di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur untuk berbagai agama perlu dikritisi. Pasalnya, pesantren lintas agama dibuat untuk berbagai agama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya.
Ketua Pembangunan Pesantren Jati Diri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara R.M. Suhardono mengatakan, pesantren lintas agama dibangun untuk menjaga perdamaian Nusantara. Program yang baru berjalan adalah pembekalan bagi para calon guru pendidik yang digelar 1-2 November 2024. Setelah itu akan dibuka untuk umum para calon santri lintas agama. Pembekalan khusus bagi calon guru pendidik tersebut diberikan oleh Kyai Muhammad Muchtar Mujtaba Mu’thi, Pimpinan Pesantren Majmaal Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah Jombang, Jawa Timur (Kediriapik.com, 2/11/2024).
Padahal, pesantren sejatinya tempat memperdalam ilmu agama Islam, sekaligus mencetak para santri agar berakhlak karimah sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah saw. Di masa penjajahan Belanda pun, pesantren adalah tempat menempa para mujahid hingga siap mati demi membela tanah air. Artinya, pesantren itu kusus buat umat Islam, bukan yang lain. Sangat berbahaya jika di pesantren diajarkan agama selain Islam. Para santri tidak akan memperoleh Islam secara utuh, akan membuat bingung, hingga akidahnya akan tergerus atas nama perdamaian.
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya upaya masif sinkretisme, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam dengan yang lain. Sebab, menurut mereka tidak dibolehkan ada klaim bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Hal ini sejalan dengan program moderasi beragama yang digencarkan pemerintah. Padahal, diakui atau tidak, moderasi beragama yang diinisiasi oleh Mantan Menteri Agama Lukman Hakim yang mengusung 4 pilar (komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap nilai budaya lokal) itu ide Barat. Karenanya, akan menjadi pintu gerbang pesantren lintas agama ini makin terbuka untuk menerima keberagaman, meski menabrak agama Islam.
Moderasi beragama juga diopinikan menjalankan agama dengan adil atau di tengah-tengah, tidak terlalu (ekstrem) ke kanan atau ke kiri (komunis). Padahal, Islam agama yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi. Islam adalah agama sekaligus petunjuk hidup yang sempurna (QS Al-Maidah: 3) yang secara empiris terbukti bisa mengayomi berbagai agama, suku, warna kulit, bahasa, dan bangsa selama 13 abad di bawah naungan Khilafah.
Hadirnya pesantren lintas agama ini tampak ada upaya untuk mendangkalkan akidah umat Islam. Maha Benar Allah yang telah memperingatkan umat Islam (QS Al-Baqarah 120) bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan rida selamanya umat Islam belum mengikuti jalan hidupnya. Mereka sadar bahwa umat Islam punya potensi untuk membangun peradaban besar yang akan menyingkirkan dominasi mereka atas umat Islam. Perdamaian yang mereka gencarkan tak ubahnya macan ompong. Karena buktinya, Palestina, Rohingya Irak, Yordania, Yaman dan lainnya porak-poranda, sementara dunia diam, umat yang teracuni Barat bergeming melihat saudaranya menderita.
Di sisi lain, umat Islam yang jumlahnya miliaran lemah karena terpecah-belah dan bodoh oleh penjajahan Barat. Negeri yang kaya akan SDA, umat Islam-nya dibuat alergi dengan syariatnya melalui berbagai opini radikalisme, fanatisme, dan framing jahat lain. Alhasil, mengekor dengan berbagai opini masif yang memperlemah keterikatannya terhadap agamanya yang mulia. Umat Islam pun tidak sadar bahwa mereka sedang dijajah. Lebih menyedihkan lagi, mereka bangga dengan keberadaan penjajah itu sendiri dan mengikuti apa saja arahan mereka.
Oleh karena itu, umat harus disadarkan bahwa pesantren lintas agama berbahaya dan wajib ditolak keberadaannya. Pesantren lintas agama adalah racun yang dibalut dengan madu perdamaian. Padahal, saat Islam diterapkan selama belasan abad terbukti membawa perdamaian dan mampu mengubah kondisi kegelapan menuju kebangkitan. Sebaliknya, hari ini ketika Islam tidak diterapkan, terjadi peperangan, kekacauan, penderitaan, dan penjajahan.
Inilah bukti bahwa Barat dan anteknya memaksakan ideologi kapitalisme atas dunia hanya untuk menguntungkan mereka. Sebaliknya, umat lslam terus terpuruk kondisinya di segala sisi. Ini menunjukkan bahwa perdamaian yang digencarkan adalah upaya menutupi wajah mereka yang busuk dengan berbagai tipu muslihat, termasuk pendirian pesantren lintas agama. Karena itu, hanya dengan penerapan lslam secara kafah dalam naungan Khilafah perdamaian hakiki akan terwujud bagi muslim maupun nonmuslim.