
Oleh: Resti Ummu Faeyza
Linimasanews.id—Kontestasi pemilihan kepala daerah se-Indonesia akan segera digelar serempak. Semua calon kepala daerah saling memaparkan visi misi dan berusaha untuk bisa menarik suara dari berbagai kalangan. Tak ketinggalan, para pemilih pemula yang berusia muda juga menjadi target kampanye. Potensi para pemilih muda inipun tidak main-main. Dari sekitar 200 juta pemilih dalam Pilkada 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat lebih dari setengahnya merupakan pemilih muda yang merupakan milenial dan generasi Z. Jumlah milenial (kelahiran 1981-1996) sekitar 33 persen dan generasi Z (kelahiran 1997-2012) 22 persen (antaranews.com, 16/11/2024).
Para calon kepala daerah pun tidak menyia-nyiakan potensi tersebut. Mereka beramai-ramai terjun ke dalam dunia anak muda. Mereka mencoba mulai aktif di berbagai tempat berkumpulnya para pemilih muda ini. Ada yang bergabung (nongkrong) dengan berbagai komunitas muda-mudi. Adapula yang mulai aktif mengikuti tren sosial media di berbagai platform.
Sebagaimana kita ketahui, dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendominasi suara gen Z mencapai 65,9% berdasarkan hasil exit poll Litbang Kompas pada 14 Februari 2024 (detik.com,16/2/2024).
Mereka berhasil menarik simpati dengan melakukan gimmick yang disukai oleh para anak muda. Pemilu yang santai dan menyenangkan dengan karakter gemoy yang dibentuk oleh para juru kampanye menjadi salah satu daya tarik kaum muda untuk memilih pasangan tersebut. Kampanye politik ala Prabowo-Gibran saat Pilpres 2024 itu terbukti menarik perhatian masyarakat. Dengan begitu, sangat wajar apabila banyak calon kepala daerah yang saat ini tengah berlaga meniru model kampanye serupa.
Pendapat ini diutarakan analis politik sekaligus dosen di Universitas Paramadina, Hendri Satrio.
“Publik bisa saja lupa dengan kekurangan pasangan calon dan tertarik dengan gaya kampanye yang santai dan menyenangkan,” ujar Hendri (bbc.com,04/11/2024).
Jika didalami, hal ini juga memberikan gambaran umum tentang bagaimana karakter dan keilmuan para pemilih muda hari ini. Kondisi ini sebenarnya sangat memilukan. Para pemuda yang semestinya menjadi ujung tombak peradaban dengan berbagai ilmu dan kecerdasannya, justru menjadi pemilih dengan kondisi buta politik. Ketidaktahuan mereka tentang riwayat para calon pemimpin serta ketidakmampuan mereka dalam menganalisa situasi politik dan masyarakat dimanfaatkan para aktivis demokrasi untuk turut mensukseskan sistem bobrok ini. Para pemuda dengan segala kebutaannya dibidang politik justru dipelihara, dibiarkan agar mengikuti rule demokrasi yang nyatanya hanya bertujuan untuk melanggengkan nafsu para penguasa saja.
Sistem demokrasi yang sudah mulai menunjukan kelemahan dan kebobrokannya belum disadari para pemuda hari ini. Padahal berbagai fakta sangat jelas terasa dan terpampang. Terlebih mereka anak muda yang notabene aktif berselancar didunia maya justru sama sekali tidak tersentuh dengan berbagai pemberitaan gagalnya demokrasi yang sudah dengan sangat jelas didepan mata mereka. Tentu saja ini menjadi masalah yang sangat penting.
Para pemuda yang menjadi harapan untuk dapat membawa perubahan ke arah masa depan gemilang seluruh umat manusia justru dimanfaatkan kebodohannya oleh para pemegang kepentingan, dijadikan alat untuk memenuhi nafsu berkuasanya para oligarki. Mereka para pemuda tidak menyadari betapa jahatnya sistem demokrasi, dengan sistem kekuasaannya yang bersifat transaksional yang menguntungkan pihak-pihak tertentu dan aturannya yang menjauhkan agama dari kehidupan manusia, justru tidak mewujudkan sama sekali kesejahteraan yang diharapkan.
Kondisi para pemuda yang memilukan ini tentu saja menjadi PR bagi kita semua. Para pemuda semestinya diberikan pengetahuan tentang ilmu politik. Mereka harus menyadari bahwa politik merupakan pangkal keberlangsungan hidup, penentu situasi suatu masyarakat. Bahkan mereka harus menyadari bahwa politik bukan sekedar tentang kekuasaan, tapi juga tentang pengaturan segala aspek kebutuhan manusia. Politik bahkan turut andil dalam menentukan arah pendidikan, sosial dan ekonomi suatu bangsa. Seandainya kebutaan politik para pemuda kini dibiarkan, maka kelak tidak akan pernah lahir peradaban terbaik sebagaimana dulu islam berjaya, yang salah satunya dibangun oleh peran para pemudanya yang berhasil menimba ilmu berbagai strategi dan kebijakan politik.
Memberikan pendidikan politik islam bagi para pemuda hari ini sangatlah penting. Para pemuda sejatinya memiliki potensi kekuatan yang sangat besar, sudah semestinya mereka menjadi salah satu garda terdepan dalam membuang sistem busuk nan kotor, demokrasi kapitalis. Para pemuda sudah saatnya berjuang diterapkannya kembali syariat islam juga mengawal bangkitnya peradaban Islam. Para pemuda bukanlah alat kekuasaan, mereka bukan pula manusia yang sia-sia. Kesadaran akan pentingnya politik Islam dan betapa bobrok, rusak dan zalimnya sistem politik hari ini, akan membentuk pemuda yang tangguh dalam membela kebenaran, membuang kerusakan, mengantarkan kemuliaan umat manusia di bawah naungan rahmat Allah Swt.