
Oleh: Novi Ummu Mafa
Linimasanews.id—Bencana demi bencana terus terjadi, membawa kehancuran yang tak terelakkan. Namun, lebih dari sekadar peristiwa alam, setiap tragedi selalu memperlihatkan wajah asli sistem yang mengatur dunia hari ini. Kebakaran besar yang melanda Los Angeles yang dimulai pada 7 Januari 2025 bukan hanya menimbulkan kehancuran fisik, tetapi juga memicu guncangan besar dalam sistem ekonomi global. Dengan lebih dari 40.000 hektar lahan terbakar, 12.000 properti hancur, dan 24 nyawa melayang. (Kompas.com, 14/01/2025). Dampaknya tidak hanya dirasakan di Amerika Serikat, tetapi juga menjalar hingga ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Di balik bencana ini, kita kembali dihadapkan pada realitas pahit, kegagalan sistem kapitalisme dalam menangani krisis. Pemerintah setempat justru memangkas anggaran untu kebencanaan sebesar 7 juta USD. (Voi.id, 10-01-2025). Hal ini memperlihatkan bagaimana kepentingan elite lebih diutamakan daripada keselamatan rakyat. Ketika kebakaran terjadi, respons lamban dan birokrasi yang berbelit hanya semakin memperburuk keadaan. Ketegangan politik antara Presiden AS, Gubernur California, dan pemerintah lokal semakin menunjukkan bahwa demokrasi kapitalis sekuler hanya melahirkan kegaduhan tanpa solusi nyata.
Namun, dampak bencana ini tidak berhenti pada kehancuran fisik semata. Kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai 250–275 miliar USD atau sebesar Rp 4.500 Triliun akan semakin menekan sistem keuangan global, yang pada akhirnya akan berimbas pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kapitalisme, yang tidak memiliki pijakan ekonomi yang stabil, akan memilih solusi instan yang selalu sama yakni mencetak uang dalam jumlah besar. Inilah mekanisme ilusi yang selalu diulang dalam sistem ekonomi kapitalistik solusi jangka pendek yang hanya memperdalam jurang krisis.
Kapitalisme: Sistem Gagal yang Terus Memproduksi Krisis
Fenomena ini bukanlah yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir. Kapitalisme sebagai sistem ekonomi selalu beroperasi dengan cara yang sama yaitu mengutamakan kepentingan pemilik modal, mengorbankan rakyat, dan menciptakan ketimpangan yang semakin dalam. Ketika bencana terjadi, alih-alih mencari solusi sistemik, kapitalisme justru semakin menunjukkan kelemahannya.
Ketika Amerika Serikat mencetak uang dalam jumlah besar untuk mengatasi krisis, dampaknya akan langsung terasa di negara-negara berkembang yang bergantung pada dolar, termasuk Indonesia. Pelemahan rupiah terhadap dolar akan semakin memperburuk daya beli masyarakat yang sudah terpuruk akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan lonjakan harga kebutuhan pokok. Jika skenario ini terjadi, kita akan melihat gelombang inflasi yang lebih parah, mempersulit kehidupan rakyat kecil yang semakin sulit memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Sistem keuangan kapitalisme memang tidak memiliki dasar yang kokoh. Mata uang fiat yang tidak berbasis emas dan perak terus mengalami degradasi nilai, menyebabkan siklus krisis yang tak berkesudahan. Inilah sebabnya mengapa sejak abad ke-20, dunia telah mengalami berbagai krisis ekonomi global yang semuanya bersumber dari manipulasi moneter kapitalistik. Tidak ada kestabilan dalam sistem ini, yang ada hanya serangkaian solusi sementara yang justru memperparah keadaan.
Islam: Satu-Satunya Solusi bagi Krisis Moneter Global
Jika kita melihat sejarah, dunia tidak selalu berada dalam kondisi penuh ketidakstabilan seperti sekarang. Dalam sistem Islam, ekonomi dikelola berdasarkan hukum syariat yang jelas, dengan standar moneter yang kokoh dan sistem keuangan yang adil. Beberapa prinsip utama dalam ekonomi.
Hanya Islam yang dapat menyelamatkan dunia dari krisis kapitalisme. Adapun caranya. Pertama, standar moneter sistem Islam berbasis emas dan perak. Sehingga perekonomian tidak dapat dimanipulasi oleh kebijakan moneter seperti yang dilakukan oleh bank sentral dalam sistem kapitalisme. Dengan standar ini, inflasi dapat dikendalikan dan nilai mata uang tetap stabil.
Kedua, sistem keuangan Islam melarang riba yang menjadi akar dari ketidakstabilan moneter dalam kapitalisme. Dengan menghapus sistem bunga dan spekulasi liar, Islam menjamin bahwa ekonomi berjalan berdasarkan sektor riil, bukan berdasarkan manipulasi angka di pasar keuangan.
Ketiga, distribusi kekayaan yang adil dalam sistem Islam. Karena Islam mengatur kepemilikan ekonomi dengan membagi sumber daya menjadi kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Dengan sistem ini, negara wajib memastikan bahwa kebutuhan dasar rakyat terpenuhi, bukan menyerahkannya kepada mekanisme pasar yang hanya menguntungkan segelintir elite.
Keempat, sistem Islam menerapkan manajemen krisis yang berbasis keimanan. Islam mengajarkan bahwa pemimpin bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda, “Imam (pemimpin) adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, dalam sistem Islam, tidak akan ada kebijakan yang mengorbankan rakyat demi kepentingan elite seperti yang kita lihat dalam kapitalisme hari ini. Dengan semua prinsip ini, sistem Islam terbukti mampu menciptakan kestabilan ekonomi yang tidak hanya menghindarkan manusia dari krisis moneter, tetapi juga memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Sejarah mencatat bahwa selama berabad-abad, sistem Islam telah menjadi pilar kekuatan ekonomi yang melindungi rakyat dari eksploitasi dan ketidakadilan.
Kembali kepada Islam sebagai Jalan Keselamatan
Allah telah memperingatkan manusia bahwa berbagai kerusakan di muka bumi adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah Swt., berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Selama manusia masih bergantung pada sistem Demokrasi kapitalisme sekuler dan menjauh dari hukum Allah Swt., krisis demi krisis akan terus terjadi. Kebakaran di Los Angeles hanyalah satu dari sekian banyak peringatan bahwa sistem ini tidak mampu melindungi manusia. Sudah saatnya kita menyingkirkan kapitalisme dan kembali kepada sistem Islam yang telah terbukti mampu menciptakan kesejahteraan. Satu-satunya solusi bagi dunia saat ini adalah menerapkan kembali syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Inilah sistem yang mampu membawa keadilan, kesejahteraan, dan kestabilan ekonomi bagi seluruh umat manusia. Wallahu a’lam bishshawab.