
Oleh: Deny Rahma (Komunitas Setajam Pena)
Linimasanews.id—Perang antara Palestina dan Israel sudah berlangsung lebih dari 100 tahun lamanya. Semua bermula ketika bangsa Israel mencari suaka ke tanah Palestina. Namun, ternyata mereka tidak memperlakukan bangsa Palestina layaknya pemilik tanah. Mereka malah ingin menguasai wilayah tersebut.
Adanya dukungan dari PBB yang mengeluarkan Resolusi 181 untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, makin membuat persoalan tidak berujung. Bangsa Palestina yang tidak setuju dengan pembagian tersebut berusaha melawan dengan berbagai perlawan hingga kini.
Berbagai upaya dilakukan agar peperangan antara Palestina dan Israel selesai. Mulai dari Perjanjian Camp David tahun 1979 yang sangat merugikan bangsa Palestina, kemudian Perjanjian Oslo di tahun 1990-an, dan Perjanjian Abraham di tahun 2020. Kesepakatan gencatan senjata pun berulang kali dilakukan di antara keduanya. Dimulai pada tahun 2008, Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata yang hanya berlangsung selama enam bulan. Kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir berlaku pada 21 November 2012, meski ketegangan tetap tinggi di wilayah itu.
Kesepakatan gencatan senjata jangka panjang juga telah dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2014, setelah beberapa minggu pertempuran hebat di Gaza yakni operasi Protective Edge. Namun, ketegangan masih saja terjadi di wilayah Gaza. Pada tahun 2018 juga berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Mesir dan PPB, serta bertujuan untuk mengakhiri kekerasan dan memungkinkan mencapai solusi jangka panjang. Terakhir di tahun 2025 ini, setelah melalui proses yang panjang sejak terjadinya operasi pembebasan Palestina 7 Oktober 2023 yang dinamai Badai Al-Aqsa, maka gencatan senjata antara keduanya tercapai.
Enam belas bulan sejak Badai Al-Aqsa, aksi genosida dan kekejaman zionis Yahudi terhadap warga Gaza terus berlangsung. Berbagai kesepakatan gencatan senjata juga tidak berhasil menyudahi peperangan. Berbagai pelanggaran dilakukan oleh Zionis Yahudi Israel atas bangsa Palestina.
Beberapa hari yang lalu, Tank IDF menembak mati dua warga Palestina di Rafah. Serangan terjadi selang lima hari usai gencatan senjata dilakukan. Juga sehari usai gencatan senjata, seorang anak di Bundaran Al-Awda, Rafah dilaporkan dibunuh oleh militer Israel (Kompas.tv, 23/01/2025).
Militer penjajah Israel, yakni pasukan IDF melakukan pelanggaran atas kesepakatan gencatan senjata. Kapal perang pendudukan Zionis Israel melepaskan tembakan ke pantai Kota Gaza. Tidak hanya kapal, kendaraan militer mereka juga melepaskan tembakan di Kawasan Al-Firdous di poros Salah Al-Din “Philadelphia” selatan Kegubernuran Rafah. Akibatnya, beberapa warga Palestina syahid dan beberapa di antaranya mengalami luka-luka (Tributnews.com, 22/01/2025).
Kebiadaban-kebiadaban zionis Israel ini sudah melewati batas. Gencatan senjata yang menjadi solusi sementara, tidak dapat menyudahi perkara. Semangat para pejuang Gaza terbukti tidak dapat dikalahkan. Karena hingga saat ini perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh para pejuang di Palestina dapat menggoyahkan hati dan fisik tentara zionis. Gencatan senjata pun bukan karena tekanan presiden baru Amerika, Donald Trump kepada Netanyahu, melainkan karena mental dan perjuangan rakyat Gaza yang begitu kuat.
Warga Gaza yang menderita, kelaparan, hingga kehilangan nyawa, tak menggoyahkan iman mereka untuk mempertahankan tanahnya. Keteguhan dan pendirian mereka sangatlah kokoh, layaknya sahabat-sahabat Rasul di masa awal mendakwahkan Islam. Seperti halnya Bilal bin Robbah yang disiksa majikannya karena ia beriman kepada Allah SWT. Juga keluarga Yasir yang disiksa dan akhirnya dibunuh karena mengikuti ajaran Rasulullah saw.
Gencatan senjata yang sering dilakukan terbukti tak mengubah apa pun. Malah solusi tersebut digunakan Zionis Israel untuk melakukan berbagai pelanggaran. Hanyalah Jihad di jalan Allah SWT yang dapat mengantarkan Palestina kepada kemenangan hakiki. Umat harus yakin kemenangan adalah miliknya, yakni milik umat Islam dan segala puji hanya milik Allah. Kemenangan akan datang atas pertolongan Allah, sehingga jalan perjuangan wajiblah sesuai dengan tuntunan Allah dan tidak menyerahkan segala urusan kepada musuh-musuh Allah.
Maka dari itu, umat harus berjuang demi mewujudkan solusi hakiki. Khilafah Islamiyah adalah solusi hakiki untuk menyingkirkan penjajah dari bumi yang diberkahi tersebut. Karena Khilafah akan menjadi perisai bagi warga maupun negara.