
Oleh: Dini Azra
Linimasanews.id—Kementerian Agama menggelar 350 ribu khataman Al-Qur’an pada 16 Ramadan 1446 Hijriah. Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan (Sulsel) turut serta dalam peringatan Nuzul Quran ini. Program bertajuk Indonesia Khataman Al-Qur’an di Sulsel ini dipusatkan di Aula Kantor Wilayah Kemenag Sulsel, Makassar.
Program ini diharapkan mampu menguatkan semangat keislaman dan kebangsaan, serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami, dan meneladani Al-Qur’an. Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid menyampaikan, pada acara tersebut dilakukan kegiatan membaca, menerjemahkan, sampai memahami Al-Qur’an. Menurutnya, apa saja yang didapat dari Al-Qur’an harus dibumikan dalam kehidupan sehari-hari (MetroTVnews.com, 16/3/2025).
Sementara itu, peringatan Nuzulul Qur’an di Bandung dilaksanakan dengan cara yang unik dan menarik. Bupati Bandung Dadang Supriatna atau lebih dikenal dengan panggilan Kang DS mengundang sejumlah ormas untuk beradu cepat dan kepintaran dalam menjawab berbagai pertanyaan seputar isi kandungan Al-Qur’an. Ormas tersebut di antaranya, Pemuda Pancasila, GMBI, BBC, dan FKPI. Kang DS menyampaikan, melalui kegiatan ini masyarakat bisa melihat bahwa ormas yang selama ini dianggap seperti preman, ternyata mengetahui isi kandungan Al-Qur’an (BR.com, 16/3/2024).
Al-Qur’an adalah Petunjuk
Kegiatan peringatan Nuzulul Qur’an senantiasa disambut antusias oleh kaum muslimin setiap tanggal 17 Ramadhan. Di antara banyak keistimewaan Ramadan ialah diturunkannya Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan pada malam paling istimewa, yakni Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah berfirman dalam surah Al-Qadar ayat 1, “Sungguh Kami menurunkan Al-Qur’an pada saat Lailatul Qadar.”
Sejatinya, Al-Qur’an diturunkan ke bumi untuk menjadi petunjuk jalan kebenaran agar manusia tidak terjerumus pada jalan kesesatan. Di dalamnya terdapat seruan dan peringatan, pembeda antara yang haq dan batil.
Semestinya, Al-Qur’an bisa dipelajari oleh seluruh manusia, bukan hanya bagi umat Islam. Sebab, Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Azza Wajalla, Pencipta seluruh manusia, hidup, dan kehidupan. Hanya saja, agar petunjuk Al-Qur’an ini bisa sampai kepada non-muslim, haruslah ada orang yang terlebih dahulu menerimanya sebagai petunjuk, yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa yang nantinya akan menyampaikan petunjuk kepada sesama manusia. Sebagaimana firman Allah, “Kitab (Al-Qur’an) ini, tidak ada keraguan didalamnya, adalah petunjuk bagi kaum yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 2)
Oleh karena itu, setiap muslim wajib mempelajari Al-Qur’an dengan cara membacanya secara tartil dan benar, mentadaburi (memahami) isi kandungan Al-Qur’an, dan mengamalkannya dalam menjalani kehidupan. Jika setiap muslim mampu melakukan hal ini, tentunya dia akan berada di jalan yang lurus, sesuai dengan kehendak-Nya, mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan begitu, dia akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dia berpaling dari Al-Qur’an, maka dia akan ditimpa kehidupan yang sempit. Di akhirat pun, dia akan merasakan azab yang pedih.
Bukan Hanya Seremonial
Peringatan Nuzulul Qur’an jangan hanya sebatas seremonial belaka. Di momen Ramadan yang penuh berkah dan ampunan, sudah selayaknya kaum muslimin menjadikan peringatan ini sebagai renungan, sudahkah Al-Qur’an dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup seluruh umat manusia?
Jika memang umat ini sudah berpedoman dengan Al-Qur’an, tidak akan mungkin kehidupan kaum muslimin hari ini terasa begitu sempit, terimpit, dan teraniaya. Lihatlah kondisi muslim Palestina, Rohingya, Uyghur, Khasmir dan lainnya! Mereka belum merdeka. Setiap hari harus mengalami penjajahan fisik dan mental. Hak-hak hidup mereka dicerabut, tanpa ada pembela.
Sedangkan, di negeri-negeri muslim yang merdeka, yang seharusnya kaum muslimin bebas menjalankan agama dengan ketaatan, justru umat jauh dari pemahaman agama akibat sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan). Berbagai kemaksiatan, tindak kejahatan, bahkan kemusyrikan makin merajalela. Banyak muslim yang diberikan amanah jabatan malah korupsi. Ada yang menjadi penegak hukum, tetapi tidak berlaku adil, mencari rezeki dengan segala cara. Generasi mudanya terjebak pergaulan bebas dan narkoba yang merusak masa depannya.
Di negeri-negeri muslim ini, agama Islam hanya dianggap sebagai agama ritual sebagaimana agama lain yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Sedang dalam kehidupan umum, baik individu, masyarakat, dan bernegara, lebih banyak mengikuti aturan hidup yang dibuat oleh manusia. Dari segi politik, ekonomi, sosial budaya hingga gaya hidup, hampir semua merujuk pada peradaban Barat. Sebab, sistem yang sedang diterapkan saat ini adalah sistem demokrasi kapitalisme, dengan asas sekularisme.
Maka, jelas bahwa hari ini Al-Qur’an belum menjadi pedoman bagi umat Islam secara keseluruhan. Al-Qur’an dijadikan sebagai simbol dalam pelaksanaan sumpah jabatan para penguasa, tetapi saat menjalankan pemerintahan, Al-Qur’an tidak dianggap lebih tinggi daripada ayat-ayat konstitusi.
Banyak sekolah, pesantren dan rumah tahfidz didirikan hanya untuk mempelajari Al-Qur’an, membetulkan bacaannya, menghapal, dan mendalami tafsirnya. Banyak sudah para penghapal Al-Qur’an yang lahir dari anak-anak muslim. Sungguh ini hal yang menggembirakan. Namun, hal itu belum cukup karena fungsi Al-Qutran bukan sekadar sebagai bahan bacaan dan hapalan. Akan tetapi, harus diterapkan dalam kehidupan secara keseluruhan, baik bagi individu, masyarakat, dan negara. Al-Qur’an tidak boleh diambil sebagian dan ditinggalkan sebagian lainnya.
Sistem Kepemimpinan Islam
Penerapan Al-Qur’an secara kafah tidak mungkin terwujud dalam bingkai sistem demokrasi kapitalis. Harus ada sistem kepemimpinan yang berasal dari Islam. Yakni kepemimpinan yang bertujuan untuk mengurus seluruh urusan umat berdasarkan ideologi Islam, nenjadikan Al-Qur’an dan as-sunah sebagai sumber hukum di semua bidang dan aspek kehidupan.
Umat Islam saat ini memang tidak memiliki pemimpin yang menyatukan mereka, yang menjadi perisai dan pelindung umat. Karena itu, perlu adanya gerakan dakwah untuk membangkitkan kesadaran umat akan pentingnya hidup dengan aturan Islam. Penting untuk meninggalkan sistem jahilliyah yang membawa kesengsaraan dunia dan akhirat, lalu kembali ke jalan hidup yang lurus sesuai petunjuk Al-Qur’an.