
Oleh: Sri Haryati (Ngawi, Jawa Timur)
Linimasanews.id—Indonesia termasuk dalam wilayah yang memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Biasanya, musim hujan terjadi pada bulan April sampai Oktober dan musim kemarau sebaliknya, terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Pada musim hujan itulah biasanya para petani mulai menanam padi. Akan tetapi, sayangnya kondisi sekarang berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Tahun ini curah hujan sangat tinggi sehingga terjadi banjir di mana-mana. Tidak hanya terjadi di wilayah dekat sungai atau bengawan saja, melainkan hampir merata di seluruh pelosok negeri. Padahal, hujan sejatinya adalah berkah yang diturunkan, Allah. Jika terjadi banjir di mana-mana seperti sekarang, itu berarti ada yang salah pada manusianya.
Penyebab Banjir Berulang
Peneliti ahli madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Yus Budiono menyebut, ada empat faktor penyebab banjir di wilayah Jabodetabek. Yakni, penurunan muka tanah, perubahan tata guna lahan, kenaikan muka air laut, dan fenomena cuaca ekstrem. Hasil riset itu menyebutkan bahwa penyebab utama meningkatnya risiko banjir di Jabodetabek ialah penurunan muka tanah yang berkontribusi sampai 145 persen terhadap peningkatan risiko banjir (jabar.tribunnews.com, 9/3/2025).
Bencana banjir yang terjadi setiap musim hujan tiba ini harus dicari akar masalahnya. Sebab, hal ini bukan sekadar problem teknis, tetapi merupakan problem yang sistemis. Maraknya pembangunan yang tidak mempertimbangkan lingkungan juga menjadi faktor yang memicu banjir. Kebijakan pemerintah yang mengadopsi sistem kapitalisme telah menghantarkan pada konsep pembangunan yang abai pada kelestarian lingkungan dan keselamatan manusia. Karena, dalam sistem kapitalisme, hanya dipikirkan soal keuntungan materi semata, walaupun mengorbankan rakyat.
Di samping itu, lemahnya penanggulangan bencana menjadikan banjir tidak tercegah dan rakyat pun hidup susah. Padahal, pembangunan seharusnya memiliki konsep yang tepat supaya hasilnya bisa menyejahterakan dan memudahkan kehidupan manusia.
Selain itu, menjaga kelestarian alam dan lingkungan harusnya mendapatkan perhatian besar. Akan tetapi, faktanya, pembangunan yang dilakukan saat ini belum memikirkan dampaknya secara serius. Misalnya, saat pembangunan gedung di perkotaan, belum sampai memikirkan solusi resapan air di kota saat curah hujan tinggi.
Islam Pedoman Hidup Sempurna
Islam adalah agama yang sempurna. Semua hal ada aturannya, termasuk memberikan arahan dalam mengatur negara dengan tepat supaya keberkahan melimpah pada semua penduduk. Sayangnya, sampai saat ini umat Islam masih belum mengambil Islam sebagai solusi dalam kehidupan.
Dalam Islam, semestinya penguasa berposisi sebagai raa’in atau pengurus rakyat, maka penguasa akan terus mengurus rakyat dengan baik sehingga rakyat hidup sejahtera, aman, dan nyaman, terhindar dari banjir. Dalam Islam, penguasa melaksanakan tugas kepemimpinannya berdasarkan hukum syarak karena sadar akan ada pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Rakyat hidup sejahtera, aman, dan nyaman, terhindar dari banjir tersebut bisa terwujud apabila penguasa menerapkan Islam sebagai asas konsep pengaturan kehidupan, termasuk dalam pembangunan dan melakukan mitigasi yang kuat dan benar untuk mencegah terjadinya bencana, khususnya banjir.