
Oleh: Satriani, S.K.M.
(Aktivis Muslimah Yogyakarta )
Linimasanews.id—Manusia adalah salah satu ciptaan Allah Swt. yang paling sempurna. Di balik kesempurnaannya itu, manusia tetap membutuhkan orang lain. Secara fitrah, manusia dibekali sifat prososial, yaitu keinginan untuk membantu orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. Namun, sifat prososial di akhir zaman saat ini mulai pudar dan tergantikan dengan sifat individualis yang lahir dari pemikiran kapitalisme.
Sikap individualis tersebut juga menjangkiti kaum muslim. Hilangnya rasa empati pada diri pribadi umat Islam tampak jelas pada saudara-saudara seiman. Palestina mengalami penderitaan yang luar biasa. Harta dirampas, kehormatan direnggut, dan bahkan sudah puluhan ribu syahid akibat genosida yang dilakukan Zionis Israel laknatullah. Namun, kaum muslim di berbagai belahan negara terkesan abai dengan kesengsaraan yang diderita oleh saudaranya. Umat Islam tercerai-berai dan terombang-ambing bagai buih di lautan tanpa ada yang menyatukan.
Tak terhitung lagi banyaknya kabar kebiadaban Zionis Yahudi yang muncul di berita. Namun, hal ini bagaikan angin lalu yang tak mampu memantik kesadaran kaum muslim. Penderitaan kaum muslim di Palestina seharusnya juga turut dirasakan seluruh umat muslim di dunia. Sayang hal itu tak terwujud bahkan aksi bela Palestina kadang tak luput dari komentar nyinyiran para netizen.
Aksi boikot sering dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat yang notabennya beragama Islam. Padahal Rasullullah saw. bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi bagaikan satu tubuh, jika ada anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakan sakit.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Belum lama ini tersiar kabar militer Zionis Israel melakukan serangan ke tenda-tenda pengungsian, yang mengakibatkan 29 warga Palestina syahid (aljazera.com, 21/04/2025). Serangan ke tenda-tenda pengungsian menunjukkan watak kejam Zionis Yahudi Israel. Nyawa wanita dan anak-anak pun tak ada artinya bagi mereka. Fakta miris ini tak mampu menggerakkan kaum muslim untuk melakukan aksi nyata membela mereka.
Tidak hanya membantai warga, Zionis Israel juga memblokade pintu masuk jalur bantuan kemanusiaan yang mengakibatkan sekitar 2,4 juta kekurangan makanan dan obat-obatan. Program pangan dunia perserikatan bangsa-bangsa (WFP) telah memperingatkan tentang krisis kemanusiaan dan pangan yang kian memburuk di jalur Gaza. Kondisi tersebut makin diperparah dengan hancurnya sebagian besar sumur yang menjadi sumber utama mata air untuk kebutuhan warga.
Begitu dahsyatnya penderita rakyat Palestina masih tak mampu mengetuk hati para pemimpin negara muslim. Padahal mereka memiliki pasukan yang bisa digerakkan kapan saja. Fatwa jihad persatuan ulama internasional tidak disambut dengan semestinya. Hal yang tak kalah miris masih banyaknya negara muslim yang menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Israel. Mulai menipisnya kepedulian kaum muslim menggambarkan begitu dalamnya kerusakan persatuan dan pemikiran umat Islam akibat racun kapitalisme.
Realita kaum muslim saat ini sungguh berbanding terbalik dengan ketika umat masih memiliki perisai pelindung. Terlukis jelas dalam tinta emas sejarah, ketika di daerah Amuria ada seorang muslimah yang diganggu oleh tentara Romawi. Khalifah Al-Mu’tasim Billah yang jauh berada di Baghdad, ketika mendengar kabar tersebut langsung mengirimkan surat kepada penguasa Romawi yang isinya.” Dari Amirul Mu’minin Al-Mu’tasim Billah kepada anjing dari anjingnya Romawi, kembalikan kehormatan muslimah kami atau kami kirimkan pasukan yang ujungnya ada di negeri anda dan pangkalnya di tempat poon zaitun tumbuh.”
Begitu gagah dan tingginya kehormatan umat Islam saat itu, demi kehormatan satu orang muslimah. Amuria dikepung berbulan-bulan oleh tentara Islam atas perintah dari khalifah. Lihatlah saat ini, di tempat yang disucikan yaitu Baitul Maqdis, puluhan, ratusan, bahkan ribuan nyawa kaum muslim melayang. Tatkala kehormatan mereka diinjak-injak, kaum muslim yang konon jumlahnya hampir dua miliyar tak mampu berbuat banyak, kecuali hanya dengan keprihatinan, mengutuk dan memberikan bantuan makanan serta obat-obatan.
Kemuliaan Islam hanya bisa dikembalikan dengan dengan menghadirkan perisai umat, yaitu adalah Khilafah Islamiyah. Perisai inilah yang akan menyatukan seluruh kaum muslim dalam ikatan akidah, tanpa mengenal batas suku, bangsa, dan negara, serta akan menggerakkan tentara untuk jihad fi sabilillah. Pembebasan Palestina dari kekejaman Zionis Israel, di bawah komando khalifah sebagai pemimpin atas seluruh kaum muslim adalah sebuah keniscayaan. Sebagaimana sabda Nabi saw,
“Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai, orang yang berperang di belakangnya akan berlindung kepada dirinya.” (HR Muslim)