
Oleh: Trisnawaty A
Linimasanews.id—Palestina terus membara, jumlah syuhada terus bertambah. Gaza makin mengerikan. Makanan tidak tersedia, yang ada hanya pasta dan nasi yang jumlahnya sangat sedikit (tidak mencukupi meski hanya untuk setengah penduduk). Apalagi setelah pengeboman satu-satunya pabrik roti yang masih berdiri.
Harga bahan-bahan di pasaran sangat tinggi dan itu pun hampir habis. Ketersediaan air juga makin langka. Dapur-dapur umum sudah tidak bisa beroperasi karena habisnya bahan.
Sejak 2 Maret 2025, Zionis Israel telah menutup pintu penyeberangan ke Gaza sehingga bantuan makanan, medis, dan bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk, sehingga memperparah bencana kemanusiaan, menurut laporan pemerintah, organisasi-organisasi HAM, dan internasional (antaranews.com, 28 April 2025).
Dari Dakwah Hingga Khilafah
Solusi yang ditetapkan Allah atas penjajahan Palestina, yaitu jihad terus disuarakan tidak kunjung dilakukan sehingga kondisi Gaza makin mengerikan. Pada saat yang sama , Netanyahu menolak Khilafah. Penolakan itu sebagai bentuk ketakutan akan kekuatan umat Islam yang mulai terbentuk kesadarannya dengan menyerukan jihad dan tegaknya Khilafah sebagai solusi di tingkat global. Umat mulai menyadari bahwa solusi yang ditawarkan Barat hanya pencitraan dan omong kosong.
Solusi hakiki bagi Palestina adalah tegaknya Khilafah dan hadirnya seorang khalifah yang akan mengusir dan memerangi Zionis Yahudi. Adapun aktivitas mewujudkan Khilafah adalah dengan aktivitas dakwah. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Pertama, tahapan tatsqif, yaitu pembinaan intensif individu maupun jemaah, dengan mengkaji pemikiran Islam dan pentingnya Islam sebagai jalan hidup bagi seorang muslim. Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga sistem hidup yang mengatur kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara.
Kedua, tahapan tafaaul maal ummah, yaitu membongkar makar dan propaganda penjajah dan musuh Islam. Hal ini bisa kita lakukan dengan meluaskan pemikiran dan opini Islam melalui tulisan, media sosial, berinteraksi dengan masyarakat secara langsung, berbagai wasilah dakwah yang dilakukan untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Islam secara kaffah.
Ketiga, tahapan thalabun nushroh yang ditujukan kepada ahlu quwwah yang memiliki kekuatan untuk menolong dakwah dan bersedia untuk memberikan kekuasaan. Aktivitas dakwah dilakukan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dan penting untuk dipahami Rasulullah saw. melakukan dakwah secara berjemaah, bukan individual. Beliau saw. mengajak para sahabat untuk menyampaikan pemahaman Islam ke tengah manusia dengan bimbingan wahyu.
Rasulullah saw. memulai dakwahnya dengan menyeru manusia untuk menerima Islam, membinanya, selanjutnya bergerak di tengah umat. Rasulullah kemudian menghimpun mereka untuk bersama-sama melakukan dakwah berkelompok yang terorganisasi dengan baik. Sejak turunnya QS Al-Hijr ayat 94, mulailah tahapan dakwah Nabi saw. beralih dari tahapan yang bersifat rahasia menuju tahapan menyeru umat secara terang-terangan dengan menampakkan keberadaan jemaah dakwah Rasulullah.
Bersamaan dengan tahapan menyeru ini, aktivitas pembinaan kader tetap berlanjut. Pada tahapan ini, Rasulullah saw. memainkan peran sebagai pemimpin kelompok dakwah. Mula-mula Rasulullah saw. menampakkan keberadaan kutlah yang beliau kader selama ini ke tengah masyarakat. Untuk strategi ini, Nabi saw. mengorganisasi para sahabat dalam dua kelompok, menampakkan diri dengan berbaris menuju ka’bah, lalu tawaf bersama-sama.
Aktivitas dakwah yang dilakukan secara ikhlas akan memberikan hasil bahwa umat akan memiliki kesadaran sahih dan pemikiran jernih bahwa solusi bagi masalah Palestina bukan sebatas bantuan kemanusiaan maupun sosial. Akan tetapi, solusi hakiki Palestina adalah upaya pembebasan yang membutuhkan kesadaran pemikiran, perasaan, serta sistem dan negara yang akan melindunginya dari penjajahan Yahudi dan musuh Islam dan itu hanya bisa terwujud dalam Khilafah. Dengan jihad yang diperintahkan oleh seorang khalifah, bisa membebaskan Palestina dan seluruh negeri-negeri muslim. Wallahualam.