
Oleh: Amalia Roza Brillianty, S.Psi., M.Si.
Linimasanews.id—Krisis di Gaza Palestina makin hari makin memburuk. Serangan demi serangan masih terus dilancarkan zionis Israel secara brutal terhadap warga Gaza. Kelaparan ekstrem, krisis air bersih, minimnya fasilitas kesehatan, tinggal di pengungsian atau di antara puing-puing bangunan, semua makin menambah berat penderitaan di Gaza sampai saat ini (antaranews.com, 4/5/2025).
Kekejaman tanpa belas kasihan zionis Israel terhadap Palestina membuat masyarakat dunia geram. Dukungan terhadap Palestina makin bergema dari seluruh penjuru dunia, baik dari negeri muslim ataupun non-muslim. Bantuan kemanusiaan, kecaman, boikot, bahkan beberapa negara terlibat perang terbuka dengan Israel karena mendukung Palestina akhirnya membuka babak baru jalan keluar pembebasan Palestina, yakni jihad dan khilafah.
Mata kaum muslim semakin terbuka dan tersadarkan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan tindakan kejam zionis yahudi selain jihad fii sabilillah. Jihad dengan mengirim pasukan militer kaum muslim ke Palestina di bawah satu komando umat Islam, yaitu khilafah.
Umat makin sadar bahwa kekuatan militer hanya bisa dilawan dengan kekuatan militer. Sebab nyatanya, gencatan senjata mudah saja dilanggar oleh zionis. Hukum internasional pun tumpul untuk memotong kekejaman yang terjadi di Palestina dan menghukum teroris sebenarnya, yakni zionis Israel.
Kepada siapa lagi dan apa lagi yang bisa dilakukan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan dan genosida yang dilakukan zionis, selain Jihad dan Khilafah? Seiring dengan meningkatnya kemarahan umat terhadap zionis dan kesadaran bahwa genosida di Palestina harus diakhiri, seruan jihad dan khilafah terus membahana. Aksi bela Palestina dan konferensi-konferensi tentang Gaza makin masif dengan tuntutan pengiriman tentara (jihad) dan khilafah.
Tuntutan tersebut membuat Barat dan Israel ketar-ketir. Mereka menyadari bahwa krisis Gaza justru membuka peluang makin derasnya arus kesadaran umat akan pentingnya khilafah. Krisis Gaza menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat. Makin keras mereka menyerang Gaza, makin lantang pula seruan jihad dan khilafah bergema. Barat dan Israel menyadari betul potensi kekuatan global kaum muslimin ini.
Hal ini di sisi lain menumbuhkan ketakutan dan kekhawatiran Barat akan tegaknya khilafah kembali. Khilafah menjadi ancaman terbesar peradaban Barat. Tidak hanya mengancam entitas Yahudi di Palestina, tetapi juga akan menjadi ancaman besar bagi kapitalisme-sekularisme di seluruh penjuru dunia. Barat menyadari bahwa tegaknya khilafah akan membuat mereka tidak bisa lagi menjajah dan mencengkeram negeri-negeri muslim. Bagi Barat, khilafah tidak boleh ada, itu adalah harga mati, hal yang tidak boleh terjadi.
Kekejaman Israel di Palestina yang telah melewati batas kemanusiaan akhirnya menjadi buah simalakama bagi mereka sendiri. Ini menjadikan semua upaya yang sudah dilakukan untuk menghadang khilafah menjadi sia-sia. Barat makin frustrasi. Palestina walaupun telah dijajah dan dibumihanguskan sejak lama, namun tetap bertahan, tidak musnah, dan terus menunjukkan perlawanan. Barat kewalahan.
Kaum muslimin pun makin diikat oleh perasaan solidaritas terhadap Palestina, yang tumbuh tidak hanya kekuatan perasaan, namun juga membentuk kesadaran pemikiran umat dalam memandang persoalan Palestina. Umat sudah tidak percaya lagi dengan solusi yang ditawarkan Barat. Hal ini makin memperjelas munculnya cikal bakal persatuan kekuatan kaum muslimin.
Walaupun saat ini Barat masih bisa bernapas lega karena pemimpin negeri-negeri muslim masih bisa mereka kendalikan, namun Barat gagal mengekang kekuatan opini rakyat dunia terhadap Palestina, jihad dan khilafah. Barat pun sangat paham bahwa rezim yang berkuasa bisa tumbang karena kekuatan rakyat (people power). Bila umat Islam yang dengan kesadarannya telah meminta khilafah maka Barat tak akan bisa menghentikannya. Tegaknya khilafah merupakan keniscayaan sejarah. Sekeras apa pun Netanyahu, PM Israel menolak tegaknya khilafah ,misalnya, hal itu tetap tidak akan bisa menghentikan jalannya sejarah (arrahmah.id, 23/04/2025).
Oleh sebab itu, situasi ini menjadi kesempatan bagi kaum muslimin, terutama para pengemban dakwah untuk terus masif menjelaskan tentang khilafah ke tengah umat. Hanya dengan kekuatan yang berasal dari persatuan hakiki umat Islam di bawah naungan khilafah sajalah, penjajahan atas tanah-tanah kaum muslimin ,termasuk Palestina bisa dihapuskan. Jangan biarkan rakyat Palestina menunggu lebih lama lagi! Segera akhiri penderitaan saudara-saudara muslim di Palestina dengan jihad dan khilafah.