
Oleh: Ratna Kurniawati, SAB
Linimasanews.id—Hampir 1,7 juta kaum muslim dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Masjidil Haram, Makkah pada momen Haji 1446 H. Ibadah haji memang ibadah mahdah yang bernuasa ruhiah dan spiritual. Namun, tidak boleh dimaknai sebagai ibadah ritual semata. Karena, Ibadah haji juga mengajarkan bahwa umat Islam adalah satu.
Pelaksanaan ibadah haji menjadi titik lebur dan muktamar bagi kaum muslim seluruh dunia, sekaligus bukti bahwa tidak ada satu pun ideologi maupun agama yang mampu melebur umat manusia menjadi satu, kecuali Islam semata. Tidak peduli warna kulit, suku, bahasa, batasan negara, dll., semua berbalut kain ihram, melantunkan kalimat talbiyah, mengagungkan serta berharap pada keridaan Allah Swt.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya umat Islam bisa bersatu tanpa ada sekat-sekat dan dinding pemisah yang menghalangi seperti nation state. Tidak masalah dari mana asal negara asalkan muslim adalah saudara. Oleh karena itu, persatuan umat Islam seharusnya tidak hanya pada ibadah haji saja, namun harus dapat terwujud dalam waktu dan kondisi apa pun.
Persatuan umat Islam merupakan kebutuhan sangat dinantikan bagi seluruh kaum muslim sedunia. Kondisi umat Islam kini sedang tercabik-cabik dan sakit karena digerogoti oleh penjajah. Hal ini bisa kita lihat dengan kondisi saudara kita di bumi Palestina yang diserang dengan keji oleh zionis Israel.
Puluhan ribu nyawa melayang, bahkan anak-anak telah syahid menjadi korban terbanyak. Zionis bisa dengan keji melakukan genosida karena umat Islam belum bersatu sehingga tidak bisa mengusir zionis dari bumi Palestina. Luka makin bertambah karena penghianatan pemimpin negeri-negeri Muslim yang bekerja sama dengan zionis.
Di sisi lain, kondisi umat Islam di negeri-negeri lainnya tidak jauh berbeda, sama-sama suram karena penjajahan. Umat Islam terjajah secara ekonomi, terjebak free sex, narkoba, tawuran, aborsi, serta berbagai kerusakan lainnya. Beginilah kondisi umat Islam yang kehilangan jati diri sebagai umat terbaik. Padahal, Allah Swt. telah berfirman dalam surah Ali Imron ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Makna kebahagiaan dan pandangan hidup umat Islam mulai bergeser akibat sistem kapitalis yang memandang semua dari segi materi semata, bukan berdasarkan akidah Islam dan rida dari Allah Swt. Mereka tergerus dalam sistem rusak dan mengikuti peradaban dari Barat.
Kondisi umat Islam yang lemah dan terpuruk ini karena tidak adanya persatuan umat seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. beserta para Khulafaur Rasyidin dan dilanjutkan para khalifah setelahnya dalam naungan sistem Islam. Padahal, sistem Islam sudah terbukti berjaya menaungi 2/3 dunia.
Karena itu, umat Islam butuh kepemimpinan yang bisa mempersatukan dan menjadi pelindung umat dalam naungan Khilafah Islamiyah yang menerapkan syariat Islam secara kafah.
Artinya, persatuan umat Islam yang dibutuhkan bukan saat ibadah haji saja, namun persatuan dalam satu komando yang akan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Dengan begitu, penjajahan, genosida serta kerusakan lainnya tidak terjadi lagi. Karena itu, momentum ukhuwah islamiyah dalam ibadah haji sudah sepatutnya menyadarkan umat urgensi persatuan dalam naungan daulah Khilafah Islamiyah.