
Oleh: Nining Ummu Hanif
Linimasanews.id—Perlawanan Palestina terhadap Israel melewati sejarah yang panjang. Aksi zionis makin brutal sejak Oktober 2023 dan sudah menelan banyak korban. Menurut Kementrian Kesehatan Palestina pada Selasa, 1 Juni 2025 sedikitnya 56,647 warga Palestina meninggal sementara korban luka mencapai 134,105 orang akibat genosida yang dilakukan zionis Israel laknatullah. Banyak korban yang masih terperangkap di reruntuhan karena tim penyelamat yang tidak dapat menjangkau mereka (Tempo. co, 2/7/25).
Zionis Israel makin melanggar
perikemanusiaan, dengan kejinya mereka melakukan serangan udara yang diarahkan kepada warga Palestina yang sedang mengantri makanan. Sebuah lembaga bantuan yang didukung Israel dan Amerika Serikat, Gaza Humanitarian Foundation (GHF) memberikan bantuan yang lokasi distribusinya selalu menjadi sasaran serangan Zionis Israel. Pengacara hak asasi manusia internasional, Geoffrey Nice mengatakan, ”Sungguh mengejutkan bagi publik bahwa di tempat yang katanya menyediakan bantuan kemanusiaan justru terjadi pembantaian terhadap ratusan orang, Ini sungguh tak masuk akal.” (cnbcindonesia.com, 30/6/25).
Lebih biadab lagi, Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza mengatakan bahwa GHF telah mencampurkan zat aditif /narkoba jenis Ocycodone dalam bantuan bahan makanan mereka. Sungguh memilukan, warga Gaza dihadapkan pada ancaman kematian karena tembakan, kematian karena kelaparan, dan bahaya narkoba dalam makanannya (cnnindonesia.com, 29/6/25).
Bungkamnya Penguasa Muslim
Kepedulian terhadap penderitaan warga Palestina telah memicu reaksi masyarakat dunia mulai dari pemboikotan produk Israel, bantuan kemanusiaan dan long march solidaritas untuk Palestina. Di sisi lain, penguasa negeri muslim memilih bungkam karena menghindari konfrontasi dengan Amerika Serikat yang menjadi sekutu abadi Israel. Jeratan sistem kapitalisme yang membuat haus akan kekuasaan dan kedudukan yang membutakan mata dan hati para penguasa muslim terhadap penderitaan saudara seiman mereka. Beberapa negeri muslim bahkan menjalin kerjasama dengan para musuh-musuh Islam dan menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Israel.
Sebagai contoh, Mesir merupakan negeri muslim yang penguasanya tunduk pada Israel dan Amerika. Mesir membantu aksi Zionis dengan menutup pintu perbatasan yang menjadi akses pengiriman bantuan logistik ke Gaza. Begitupun pengkhianatan rezim Arab di Timur Tengah yang memfasilitasi genosida.
Kaum muslim “bagaikan buih di lautan,“ mereka seolah tidak berdaya. Negeri-negeri muslim pasti punya tentara dan pasukan. Namun, tidak satu butir peluru pun ditembakkan ke arah Zionis. Beginikah sikap saudara seiman?
Para penguasa negeri muslim harusnya bersatu untuk membebaskan Palestina dari zionis Israel. Namun umat Islam masih juga belum sadar jika selama ini sekat nasionalisme adalah penghalang terbesar bagi umat untuk bisa bersatu dalam satu kepemimpinan. Sekat nasionalisme yang diciptakan barat membuat para penguasa muslim ini tidak berani mengambil sikap tegas terhadap kekejaman Israel karena khawatir akan kedaulatan negerinya terancam oleh Amerika yang merupakan sekutu Zionis Israel.
Urgensitas Khilafah
Sebagai umat Islam, seharusnya kita juga merasa sakit ketika muslim Gaza diperlakukan keji. Sebagaimana firman Allah Swt., “Sungguh kaum mukmin itu bersaudara. Karena itu, perbaikilah hubungan di antara kedua saudara kalian itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS Al‑Ḥujurat: 10)
Rasulullah saw, bersabda, “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “Apa saat itu kita sedikit?” jawab beliau “Bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah apa itu wahn?” beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)
Akar masalah Palestina adalah penjajahan oleh Zionis Israel atas tanah yang menjadi hak kaum muslimin. Maka solusinya adalah mengusir Zionis Israel dari Palestina. Oleh karena itu, umat Islam butuh sistem pelindung yang dapat memobilisasi kekuatan, bukan sistem kufur yang tunduk pada penjajah. Maka negara Islam/Khilafah dengan khalifah sebagai pemimpinnya adalah kebutuhan mendesak yang dapat memobilisasi kekuatan dengan seruan jihad.
Umat harus segera disadarkan bahwa kekejian zionis Israel dan arogansi Amerika tidak bisa dihentikan hanya dengan kecaman. Namun, bisa dihentikan dengan paksa oleh kekuatan politik dan umat Islam yang bersatu. Maka diperlukan upaya penyadaran umat yang harus dilakukan terus menerus.
Umat yang sudah punya kesadaran, terlebih pengemban dakwah harus membentuk opini umum (ra’yul ‘am) mengenai Islam pada diri umat, yang lahir dari kesadaran umum (wa’yul ‘am). Sehingga umat akan merasakan betapa pentingnya berhukum pada hukum Islam. Allah Swt. berfirman,
“Siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut wahyu yang telah Dia turunkan, mereka itu adalah kaum kafir, zalim dan fasik.” (QS Al-Maidah 44, 45 dan 47)
Pada gilirannya, umat Islam akan bangkit dan bergerak mendorong penguasa untuk mengambil solusi Islam untuk mengatasi masalah Palestina dengan jihad dan tegaknya Khilafah. Pasalnya, Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk membebaskan Palestina dan menyerukan jihad. Bukan solusi two state(dua negara), bukan normalisasi, gencatan senjata dan perdamaian .
Umat Islam harus yakin bahwa dengan izin Allah Swt., dakwah dan perjuangan, Khilafah akan tegak kembali. Khilafah yang bakal mampu menyatukan dan mempersaudarakan kaum umat Islam sedunia tanpa sekat nasionalisme buatan penjajah Barat. Khilafah yang mampu menggerakkan kekuatan militer gabungan untuk membela kaum muslim di mana pun. Khilafah yang akan melepaskan diri dari ketergantungan pada kekuatan asing.
Wallahualam bisawab.