
Oleh: Shofiyah Amalia Achmad
Linimasanews.id—Sejauh telinga mendengar, kabar Zionis makin membabi buta setiap harinya. Muslimin Gaza menjadi sasaran empuk genosida sejak ratusan tahun silam. Makin bertambah hari, makin ngeri. Bahkan, Gaza juga disinyalir menjadi tempat uji coba senjata militer baru.
Betapa Zionis ini mencari berbagai cara untuk melanggengkan aksinya dengan cara yang paling licik. Mereka memblokade masuknya bantuan pangan agar penduduk Gaza meninggal karena kelaparan dan dehidrasi. Mereka juga menetapkan lokasi titik pengambilan bantuan, kemudian menjadikan masyarakat yang sudah berkumpul sebagai target serangan. Amat menyedihkan mendengar kabar saudara Muslim Palestina, bumi yang penuh perjuangan. Genosida di Gaza, Palestina sungguh sudah di luar batas kemanusiaan.
Terbaru, sepuluh anak-anak Gaza tewas saat mereka sedang mengantre bantuan medis di sebuah klinik. Sungguh sebuah ironi pahit, tempat yang seharusnya menjadi perlindungan, begitu cepat berubah menjadi ladang pembunuhan. Serangan Zionis ini tak mengenal waktu dan tempat. “Pagi ini, keluarga-keluarga tak berdosa diserang tanpa ampun saat mereka mengantre menunggu pintu dibuka. Ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional,” ujar Rabih Torbay, Kepala Eksekutif LSM (Tirto.id 11/7/2025).
Ironisnya, di tengah tragedi yang menyeruak, Amerika Serikat memberi sanksi kepada Pelapor Khusus PBB karena menyuarakan fakta tentang genosida dan adanya keterlibatan perusahaan-perusahaan raksasa teknologi dunia, seperti Google, Amazon, dan Microsoft yang menyokong dan mempermegah infrastruktur penjajahan Zionis Yahudi.
Dunia internasional, termasuk para pemimpin negeri-negeri Muslim juga alih-alih berdiri tegas membela Palestina dan berusaha menyingkirkan entitas kejam tak berperikemanusiaan ini, mereka malah asyik, terbuai dengan hubungan mesra dan berpegangan erat dengan entitas penjajah, negara Yahudi ini. Mereka adalah pengkhianat sejati.
Mengutuk tanpa solusi hanya akan menjadi gema tanpa arti. Karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak dalam euforia kemarahan sesaat. Sebagai umat yang satu, umat Islam harus terus membangun narasi akan solusi hakiki bagi pembebasan Palestina yang tidak lain hanyalah dengan jihad dan kembalinya Institusi Khilafah Islamiyah. Khilafah akan memimpin perjuangan dengan visi dan strategi yang jelas.
Inilah satu-satunya solusi yang harus terus digaungkan kepada umat agar tidak sekedar peduli, tetapi juga paham arah perjuangan. Inilah Grand Plan yang tidak dipahami semua orang. Maka dari itu, pengemban dakwah yang sudah memahami akar masalah, berkewajiban menyadarkan muslimin yang lain. Gerakan ini akan membangun kesadaran dan kekuatan umat atas dasar kesadaran yang mendalam.
Dalam sejarah Islam, kemenangan selalu dimulai dari dakwah yang membangun kesadaran. Rasulullah saw. mencontohkan, perubahan masyarakat dimulai dari menanamkan akidah yang kuat dan metode perjuangan yang benar. Karena itu, umatnya pun harus mengambil jalan yang sama, yakni membina umat dengan jalan dakwah, membangun kesadaran dengan opini Islam, dan mengarahkan umat agar kembali menjadikan Islam sebagai jalan hidup, termasuk dalam menyelesaikan persoalan Palestina.
Terbentuknya kesadaran umum pada mayoritas umat akan mendorong umat fokus terus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan thariqah (metode) Rasulullah saw. Hanya thariqah dakwah Rasulullah-lah yang akan menghantarkan kepada kemenangan yang nyata. Maka dari itu, umat harus terus disadarkan untuk menjauhi thariqah yang tidak menghantarkan kepada kemenangan, baik melalui people power maupun melalui jalur demokrasi/parlemen. Jalur-jalur ini bukanlah jalan laju yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Saw. dalam membangun kekuatan umat.
Sebab itu, para pengemban dakwah harus tetap istiqamah dan terus waspada agar tidak tergoda atau bahkan terbuai oleh tekanan ideologis maupun kepentingan kelas, dan terus menjaga arah dakwah tetap lurus sesuai koridornya. Kedua bahaya ini harus diwaspadai karena akan memalingkan umat dari thariqah dakwah Rasulullah Saw. Keyakinan akan thariqah dakwah Rasulullah Saw. bukan hanya soal strategi, tetapi soal keimanan.
Gaza memang makin menderita, tapi di balik penderitaan itu, seharusnya lahir kesadaran dan perjuangan. Sekarang waktunya menyatukan barisan umat dengan langkah yang tepat, bukan dengan emosi sesaat, tapi dengan visi yang jernih dan metode yang shahih. Karena pembebasan Gaza bukanlah sekadar mimpi, melainkan janji yang menanti ditepati.