
Oleh: Rini Febiani (Aktivis Muslimah, Bandung)
Linimasanews.id—Belum hilang rasa kecewa rakyat dengan beredarnya beras premium oplosan yang membodohi rakyat yang mengharap beras berkualitas, kini rakyat dihadapkan pada realitas harga beras yang terus melonjak.
Selama Juli 2025, BPS mencatat harga beras mulai dari tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran kompak panik. Di tingkat penggilingan, pada Juli 2025 terjadi kenaikan harga beras sebesar 2,71% dibandingkan Juni 2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, “Harga beras di penggilingan naik dari Rp12,994/kg menjadi Rp13.346/kg. Kemudian, menurut kualitas harga beras premium dan medium juga mengalami kenaikan.” (detikfinance, 2/8/1025).
Harga beras eceran di beberapa wilayah Jawa Barat juga sudah naik menembus Rp17.000/kg di Pasar Ujungberung Bandung (2/8/2025). Sedangkan di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kaltim harga beras menembus Rp1 juta/25 kg karena distrubusi beras ke Mahakam terhenti akibat surutnya Sungai Mahakam (GerbangKaltim, 2/8/2025).
Fenomena Beras Mahal di Negara Agraris
Di bulan Juni 2025 ini saja, sudah 133 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga beras. Fenomena terus melonjaknya harga beras di negeri agraris ini sungguh sangat aneh. Sebab, BPS mencatat, hasil panen tahun ini meningkat pada periode yang sama di tahun 2024. Pada Juni 2025, luas panen padi mencapai 0,79 juta hektare atau mengalami peningkatan sebesar 8,73% dibandingkan dengan Juni 2024 sebesar 0,72 juta hektare (metro, 1/8/2025).
Guru Besar UGM Prof. Lilik mengatakan, “Kenaikan harga beras sangat tidak masuk akal mengingat tahun ini produksi beras nasional dalam kondisi memuaskan, di mana stok cadanga beras pemerintah atau CBP tahun ini adalah yang tertinggi sepenjang sejarah.” (BeritaSatu, 19/06/2025).
Aneh memang. Bukankah tidak masuk akal, saat stok cadangan beras tertinggi di sepanjang sejarah, mengapa harga beras di pasaran terus naik? Lari ke mana stok beras yang melimpah tersebut?
Disinyalir ada kurang kebih cadangan beras sebesar 4 juta ton (Ekonomi.Com, 17/6/2025). Namun, apa gunanya buat rakyat bila stok besar tetapi harga melampaui HET (harga eceran tertinggi)? Beras melimpah itu ada di gudang Bulog. Pertanyaannya, mengapa malimpah di Bulog, padahal rakyat hari ini berusaha mati-matian membeli beras di pasaran meski harganya sangat mencekik?
Di Kalimantan Timur (Kaltim), per Agustus harga beras sudah tidak masuk akal, sampai tembus Rp1juta/karung. Pemerintah harusnya bergerak cepat untuk bisa memasok ketersedian beras tetap aman walaupun di tengah kondisi alam yang sedang tidak bersahabat. Pemerintah tetap wajib memastikan pangan masuk ke daerah-daerah, termasuk ke daerah terpencil maupun terisolir oleh kondisi alam.
Kalau harga beras ini terus naik sedangkan pemerintah lamban memastikan distribusi beras ke masyarakat aman, bencana kelaparan dan krisis pangan bisa saja terjadi dan tidak segan-segan memakan korban.
Islam Solusi Tuntas
Ketika pangan luput dari prioritas pemerintah, mereka tidak begitu peduli dengan jeritan rakyat di bawah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Inilah yang bisa disimpulkan ketika penguasa tidak bertindak sebagai ra’in atau pengurus urusan rakyatnya, sehingga rakyat sendiri yang harus berjuang memenuhi kebutuhan pokoknya.
Sangat kejam bukan? Inilah kehidupan yang dilandaskan pada sistem kapitalis yang saat ini masih saja dipertahankan. Padahal, telah nyata rakyat dibuat sengsara karenanya. Kebijakan yang dihasilkan para penguasanya bukan memprioritaskan kebutuhan rakyat. Sistem ini sangat berbeda dengan sistem Islam.
Islam sangat memperhatikan masalah pangan karena merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Islam mewajibkan seorang pemimpin negara (khalifah) dan jajarannya untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyat, terutama pangan. Dengan dorongan iman, mereka akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka paham bahwa kepemimpinan adalah amanah dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Negara akan mewujudkan ketahanan pangan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Selain sektor produksi, negara juga mengatur distribusinya, di antaranya dengan memotong rantai distribusi hingga dapat meminimalkan biaya. Alhasil, harga bahan pokok tidak akan naik jauh.
Di samping itu, akan ada sanksi bagi pelaku kecurangan sehingga tidak ada yang berani berlaku curang. Semua dilakukan semata karena dorongan iman kepada Allah. Hal ini hanya negara yang berlandaskan Islamlah yang dapat mewujudkannya.