
Oleh: Sugiyanti Rahmawati
Linimasanews.id—Menjelang peringatan Kemerdekaan Indonesia, jagat maya diramaikan polemik bendera Merah Putih disandingkan dengan bendera One Piece, baik di tempat umum maupun di kendaraan roda empat, seperti truk, dsb.
Bendera One Piece merujuk pada Jolly Roger, sebuah simbol tengkorak yang digunakan sebagai identitas bajak laut. Simbol ini merupakan simbol yang penting dan berpengaruh serta tanda bahaya di seluruh dunia (Tempo, 01/08/2025).
Pengibaran bendera One Piece ini merupakan ungkapan rasa kekecewaan rakyat kepada pemerintah akibat banyak ketidakadilan di negeri ini. Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrum mengatakan, pengibaran bendera One Piece tidak perlu ditanggapi serius oleh pemerintah, apalagi sampai menyebutnya makar. Menurutnya, pengibaran bendera One Piece merupakan bentuk ekspresi politik, khususnya bagi kawula muda (Tempo, 06/08/2025).
Selain ada yang menanggapi santai terkait fenomena pengibaran bendera One Piece ini, banyak juga pejabat di Indonesia menanggapi serius terkait fenomena ini. Salah satunya, Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang mengatakan bahwa pengibaran bendera One Piece merupakan indikasi adanya gerakan sistematis yang berupaya memecah-belah bangsa (Kompas, 01/08/2025).
Jika kita melihat fakta Indonesia saat ini, sejatinya aksi ini bukanlah makar, melainkan salah satu bentuk ekspresi warga yang sangat mencintai negerinya karena tahu negaranya sudah dikuasai oligarki. Sebagaimana cerita dalam serial anime One Piece, hanya segelintir pejabat yang menikmati kekayaan negara, sedangkan warganya tertindas. Di negeri ini pun kemerdekaan seakan formalitas belaka, dinikmati oleh segelintir orang saja.
Perlu diketahui bahwa kegaduhan yang tiada henti di negeri ini terjadi karena masih menerapkan sistem kapitalisme sekularisme. Sistem ini melahirkan kecondongan hanya terhadap segelintir yang elite, mirip dengan cerita dalam serial One Piece. Alhasil, rakyat tidak mendapatkan kemerdekaan secara hakiki.
Kondisi ini jauh berbeda dengan sistem Islam. Islam diturunkan bukan sekadar ajaran spiritual, tetapi sebagai sistem hidup yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik), menegakkan keadilan, dan menolak segala bentuk penindasan.
Oleh karena itu, kesadaran masyarakat yang mulai muncul saat ini harus diarahkan kepada perjuangan hakiki, yakni meninggalkan sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan khilafah. Bukan sekadar simbolis, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah dan penerapan Islam. Inilah perjuangan yang dilakukan Rasulullah bersama sahabat. Hanya dengan Islam sebagai aturan kehidupan, umat mampu mewujudkan kemuliaannya.