
Oleh: Deny Rahma (Komunitas Setajam Pena)
Linimasanews.id—Ada sesuatu yang berbeda dan viral di bulan Agustus ini. Bukan semata karena maraknya perlombaan, melainkan karena fenomena pengibaran bendera One Piece. Bendera hitam yang di tengahnya bergambar tengkorak bertopi jerami yang jadi simbol bajak laut itu terlihat terpasang di berbagai lokasi, mulai dari halaman rumah, kendaraan pribadi seperti mobil dan truk, hingga di berbagai kegiatan publik. Di dalam manga One Piece, bendera tersebut merepresentasikan ikatan persahabatan, semangat kebebasan, dan perjuangan melawan ketidakadilan.
Fenomena pengibaran bendera ini diduga karena ceritanya hampir mendekati realitas kehidupan saat ini. Diceritakan di manga One Piece, pemerintahan dunia memakai cara keji untuk mempertahankan kekuasaan, seperti pembunuhan, pembungkaman saksi, melindungi dan memanfaatkan bangsawan, mengeploitasi tambang, dan berbuat semena-mena terhadap rakyat.
Dari cerita One Piece, tak heran jika masyarakat menggunakan bendera tersebut sebagai bentuk protes, mengekspresikan kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa tidak adil dan memberatkan.
Namun, bentuk protes tersebut tidak ditanggapi dengan benar oleh pemerintah. Mereka menganggap protes tersebut adalah bentuk makar dan memecah belah bangsa. Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menilai bahwa pengibaran bendera One Piece berpotensi menjadi usaha untuk meretakkan persatuan dan kesatuan bangsa. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak gampang terhasut oleh simbol maupun aksi yang dapat memicu perpecahan. Selain itu, ia juga mendorong agar masyarakat lebih memusatkan perhatian pada langkah-langkah untuk mewujudkan kemajuan bersama (kompas.com, 31/7/2025).
Sikap pemerintah tersebut mencerminkan bahwa mereka takut akan gerakan rakyat. Padahal, rakyat berbuat demikian lantaran mencintai negerinya. Bentuk kritik tersebut seharusnya dapat ditanggapi dengan dewasa dan bijaksana, sehingga dapat berdampak pada kinerja pemerintah kedepannya untuk menyejahterakan masyarakat, bukan malah sebaliknya.
Pada kenyataanya kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah hanya menguntungkan segelintir pejabat dan para elite tertentu, sementara rakyat tertindas. Walaupun kemerdekaan fisik diraih, faktanya masyarakat belum sepenuhnya merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Hal tersebut terjadi lantaran negeri ini menggunakan sistem batil.
Penerapan sistem kapitalismelah yang telah melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Kebijakan yang dibuat lebih mengutamakan keuntungan bagi elite tertentu. Hal ini membuat masyarakat kian terimpit ketidakadilan yang sistemis. Serupa dengan tatanan dunia di serial manga One Piece yang sarat korupsi dan penindasan.
Di samping itu rakyat banyak yang telah sadar bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pro elite, namum mereka belum paham akan akar dari masalah tersebut. Karena itu, masyarakat harus dipahamkan bahwa problem mendasar yang dihadapi saat ini adalah penerapan sistem kapitalis buatan manusia, bukan sistem Islam yang berasal dari Allah.
Penerapan syariat Islam secara menyeluruh adalah satu-satunya jalan bagi umat untuk lepas dari kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. Islam diturunkan bukan hanya sebagai ajaran spiritual, tetapi juga sebagai sistem kehidupan yang membentuk umat menjadi khairu ummah (umat terbaik) yang menjunjung keadilan dan menentang segala bentuk kezaliman.
Karena itu, kesadaran rakyat yang mulai muncul ini harus diarahkan kepada perjuangan hakiki untuk meninggalkan sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan Khilafah. Bukan sekadar simbolis, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah dan perubahan sistem.