
Oleh: Tri Riesna Riandayani, S.T.P.
Linimasanews.id—Dalam pandangan Islam, pemuda bukan hanya objek, tetapi subjek aktif. Pemuda memiliki potensi luar biasa untuk membawa perubahan, kemajuan, dan kebaikan bagi agama dan negara. Pemuda juga merupakan pilar masa depan umat.
Potensi besar pemuda mampu mengguncang dunia dengan pemikiran-pemikirannya. Banyak kisah inspiratif yang bisa kita petik hikmahnya dari perjalanan pemuda di masa Rasulullah saw. sampai sepeninggal Beliau. Pergerakan kemajuan peradaban dunia tidak luput dari peran penting pemuda.
Tidak kalah menarik, aksi pemuda yang masih hangat terjadi baru-baru ini. Demonstrasi dan berbagai aspirasi yang ramai disuarakan di media sosial belakangan ini mencerminkan cara generasi Z (gen Z) merespons tekanan. Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi. menilai, alih-alih melakukan tindakan destruktif, gen Z lebih memilih berbicara dengan cara khas mereka, yakni menggunakan media sosial, meme, poster kreatif, hingga estetika visual. Mereka berbicara tanpa harus membakar fasilitas (inforemaja.id).
Kesadaran Politik
Sesuatu yang keluar dari fitrahnya tentu saja akan menimbulkan ketidakseimbangan. Potensi besar pemikiran gen Z yang kini tergambar di dunia maya itu tentu merupakan kabar baik. Tampak bahwa gen Z mulai sadar akan pentingnya berpolitik. Mereka mulai banyak bersuara melalui caranya yang unik, tetapi mampu menggerakkan hingga seluruh pelosok negeri. Mereka membuka tabir kebobrokan sistem kapitalis-sekuler dengan caranya sendiri.
Pergerakan pemikiran kaum muda yang berani melawan ketidakadilan para pemimpin terlihat ketika para kaum muda ini memiliki sense of responsibility (rasa tanggung jawab) yang tinggi terhadap dinamika perpolitikan di negeri ini. Viralnya 17+8 tuntutan rakyat pada demonstrasi Agustus 2025, diiringi aksi mengubah profil menjadi pink-hijau (gerakan Brave Pink Hero) di media sosial menjadi tanda kemunculan kebangkitan kaum muda.
Namun demikian, sebagai seorang muslim, gerakan kebangkitan tersebut tetap seharusnya dilandaskan pada kepatuhan pada aturan Allah. Yaitu dengan tidak anarkis, tidak merusak fasilitas umum, dan tetap menggenggam erat syariat Islam.
Bukan Sekadar Tren
Karakteristik manusia sejak awal penciptaannya memiliki naluri baqa (naluri eksistensi). Karenanya, menolak kezaliman dan mengupayakan solusi menghilangkan kezaliman. Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, landasan pergerakan pemuda semestinya adalah aqidah aqliyah, yaitu keyakinan yang lahir dari pemikiran rasional dan akal sehat yang kemudian melahirkan peraturan-peraturan dan sistem kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Landasan ini menekankan bahwa akal merupakan instrumen penting untuk memahami dan menjalankan Islam, bukan hanya sekedar mengikuti tren, tradisi, dan dogma saja.
Karena itu, orientasi pergerakan pemuda semestinya bukan sekedar mengikuti tren dan tanpa arah, tetapi memiliki aqidah aqliyah yang kuat. Dengan itu, pemuda akan mampu menjadi ujung tombak sebuah perjuangan daulah Islamiyah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada 7 golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam naungan Arsy-Nya pada hari yang tidak ada naungan sama sekali, kecuali naungan Allah SWT: Dia adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah SWT.” (HR. Bukhari dan Muslim).