
Oleh: Dinda M. Farhanah
Linimasanews.id—Ada sebuah kalimat legend yang pernah dipekikkan oleh bapak bangsa, Bung Karno “Berilah aku 1000 orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya. Berilah aku 1 pemuda niscaya akan ku guncang dunia.” Kalimat yang menggambarkan kekuatan luar biasa hingga dapat mengubah dunia jika para pemuda bersatu. Mirisnya, Indonesia sedang mengalami krisis masa aktif para pemuda yang digambarkan dengan angka pengangguran yang cukup tinggi.
Riset menyatakan, Menteri ketenagakerjaan (Menaker), ida fauziyah, bicara perihal data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 9,9 juta penduduk Indonesia yang didominasi oleh penduduk berusia 18 hingga 24 tahun atau gen Z belum memiliki pekerjaan (Kumparan.com, 20/5/2024).
Hal ini menjadi bahan muhasabah pemerintah mengingat akan adanya masa emas Indonesia pada tahun 2045 nanti, yaitu pemimpin bangsa adalah anak-anak muda kalangan generasi milenial dan generasi Z di masa sekarang. Lalu apa yang sudah ditempuh sejak sekarang?
Pemuda sebagai Jiwa Bangsa
Pemuda adalah masa produktif. Pemuda dapat diartikan sebagai individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis, walaupun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda sebagai jiwa bangsa.
Nasib suatu bangsa terletak pada kualitas para pemuda. Namun, bagaimana jika masa produktif dan aktif ini terbengkalai bahkan habis termakan oleh waktu tanpa membuahkan hasil bagi sebuah negara? Angka pengangguran mencetak hingga 9,9 juta setidaknya disebabkan oleh 3 faktor:
1. Penurunan lapangan pekerjaan sektor formal. Akibatnya, sebagian gen Z menggeluti sektor non formal atau bahkan menganggur tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET).
2. Karena tidak cocoknya antara pendidikan dan pelatihan selama ini dengan kebutuhan pekerjaan pasar kerja (mistmact) dan hal ini terjadi kepada lulusan SMK/SMA.
3. Kriteria lapangan yang memberi minimal untuk memasuki sektor formal yaitu sarjana S1 dengan catatan sudah berpengalaman dan adanya batas usia. Ditambah pula adanya kenaikan UKT sehingga menyebabkan minimnya peluang gen Z memasuki dunia pekerjaan.
Negara sebagai penanggung jawab kesejahteraan rakyat seharusnya menuntaskan persoalan generasi ini. Banyaknya pengangguran sejatinya disebabkan minimnya peluang pekerjaan dibanding angkatan pekerja. Faktanya negara kini abai dengan problem ini. Adanya praktik kebijakan ekonomi kapitalis negara hanya fokus pada peningkatan pendapatan ke dalam kantong pribadi dan fokus pada peningkatan investasi dan eksplor tanpa melirik nasib warna negaranya.
Pemerintah terlalu abai dalam pengembangan nilai alam Indonesia yang seharusnya dapat dijadikan sebagai lahan bagi pekerja, tetapi justru terjadi kebijakan liberalisasi sektor strategis dengan menjadikan SDA yang berlimpah sebagai lahan bisnis. Di samping itu, negara hanya mengatur kemudahan korporasi menguasai SDA. Di saat yang bersamaan, negara juga sedang memberi kesempatan kerja bagi rakyat.
Kenyataannya saat ini, negara sedang berlepas tanggung jawab dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan bukti adanya kasus angka pengangguran yang cukup tinggi. Bahkan rakyat juga harus bersaing keras memperebutkan satu kursi dengan tenaga kerja asing yang diperbolehkan masuk oleh pemerintah.
Angka Pengangguran Butuh Solusi Sistematis
Dalam kapitalisme, rakyat berjibaku sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Kapitalisme menerapkan kebijakan ekonomi yang melawan arus dengan kebutuhan generasi. Generasi saat ini butuh jaminan masa depan ekonomi yang serius.
Di sisi lain, Islam sebagai agama sempurna telah merinci dalam segala aspek kehidupan. Negara Islam memiliki peran yang sangat vital dalam riayah suunil ummah (mengurus segala kebutuhan rakyat).
Kapitalisme telah gagal memahamkan gen Z tentang kewajiban bekerja bagi laki-laki yang sudah balig. Sedangkan Islam memahamkan generasi kewajiban bekerja bagi laki-laki yang sudah balig. Dengan demikian, generasi akan siap bekerja sebagai pencari nafkah.
Negara Islam juga akan mewajibkan bekerja hanya untuk laki-laki, sedangkan perempuan memiliki fungsi utama sebagai ibu dan pengurus rumah suaminya. Kondisi seperti ini akan menghilangkan persaingan antara tenaga kerja laki-laku dengan perempuan.
Selain itu, negara Islam akan menjadi support sistem dengan memberikan pendidikan dan skill yang memadai. Pendidikan di era Islam gratis dan mumpuni sehingga mampu mencetak sarjana sesuai dengan kadar potensi dan pasar lapang yang dibutuhkan.
Tanggung jawab negara akan pentingnya kemajuan generasi dalam bidang pekerjaan ini membuat negara tidak akan mudah menyerap tenaga asing dan tidak akan mengelola SDA kecuali akan kembali kepada kepentingan masyarakat. Sehingga terwujud ekonomi masyarakat yang makmur. Demikianlah beberapa mekanisme Islam dalam mengatasi angka pengangguran. Semua langkah ini tidak akan terwujud tanpa penerapan Islam secara sempurna dalam sistem Khilafah. Wallahu a’lam.
Masya Allah, memang benar hanya dengan hukum Islamlah yg dapat menyelesaikan semuaaa problematika ummat