
Oleh: Hilma Kholipatul Insaniyah, S.Si.
Linimasanews.id—Di tengah impitan ekonomi, kerusakan moral, hancurnya perpolitikan di negeri ini serta ambigunya hukum terhadap hilangnya triliunan uang negara oleh tikus berdasi, ternyata empati itu masih tetap ada. Agenda solidaritas terhadap Sumud Flotilla menjadi bukti bahwa hati nurani masih menjadi selemah-lemah iman di hati kaum muslim.
SJP (Student For Justice In Palestine) Bandung lagi-lagi mempelopori aksi ini di Indonesia. Dimana kapal-kapal dari seluruh negara (Sumud Flotilla) yang akan mengirimkan obat, makanan serta harapan kecil kemanusiaan itu di blokade Zionis tepat di perairan internasional rabu malam (01/10/25) waktu setempat (cnbcindonesia.com, 02/10/25).
Sudah muak rasanya kebiadaban Zionis tiada usai sampai seluruh wilayah Palestina terjerat hukum dunia dan direbut oleh mereka sampai batas kemanusiaan pun diterjang. Dunia bereaksi cepat. Selain SJP, aksi solidaritas terhadap armada Sumur Flotilla terus berlanjut dari berbagai negeri termasuk Spanyol, Italia, serta Maroko yang dipelopori oleh Gen Z 212. Akhirnya Zionis mendapatkan kecaman internasional setelah pasukan bersenjatanya menarik lebih dari 40 kapal yang berusaha menembus blokade laut Gaza (kompas.com, 04/10/25).
Semenjak tulisan ini dibuat pada tanggal 10/10/25, akhirnya Zionis Israel resmi meratifikasi gencatan senjata dengan Hamas. Kesepakatan ini mencakup penghentian serangan, pembebasan seluruh sandera serta penarikan pasukan dari wilayah Gaza. Truk-truk makanan dan obat-obatan pun diizinkan memasuki wilayah yang terdampak karena serangan militer (cnbcindonesia.com, 10/10/25).
Penderitaan Palestina, Penderitaan Bersama
Kami sangat mengapresiasi kepedulian Gen Z terhadap segala bentuk penderitaan yang dialami Palestina. Hanya saja bentuk aksi yang dilakukan tidak bisa menghentikan kebengisan Zionis dan menghilangkan selamanya derita. Kita juga harus mengkritisi pidato Presiden Prabowo dalam sidang Umum ke-80 PBB di New York yang menyatakan bahwa Indonesia siap mengakui eksistensi Zionis Israel, menjaga keamanannya, dan mendukung menyelesaian krisis melalui solusi dua negara. Di mana Netanyahu melontarkan pujian dalam pidato tersebut.
Pertama, Israel itu penjajah. Mengakui eksistensi Zionis Israel sama saja dengan mengakui adanya penjajah. Palestina merupakan bagian dari daulah Islam sejak masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab. Sementara Israel masuk ke wilayah Palestina pada Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Oleh karena itu, pernyataan Presiden sangat bertentangan dengan isi pembukaan UUD 1945, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hal segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan diatas di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Kedua, pengakuan atas “negara” Israel melalui two state solution sangat mencederai keadilan rakyat Palestina yang selama lebih dari 70 tahun mengalami penderitaan. Secara kepemilikan hari ini penduduk Palestina hanya mendiami 22% dari total tanah air mereka. Sangat keterlaluan jika banyak pihak menyeru harus menghormati, menghargai serta menjamin keamanan Israel.
Ketiga, telah tegas Zionis menolak mengakui kemerdekaan Palestina. Resolusi dari Parlemen Israel mensahkan di Knesset dengan 68 suara mendukung dan 9 suara menentang. Jadi, bagaimana mungkin memberi solusi dia negara saat pihak perampok dan penjajah saja bersikeras tak mau hengkang dari Palestina.
Gencatan senjata yang diumumkan oleh otoritas Hamas ternyata hanya meredam amarah yang terjadi di seluruh negeri sehingga nafas kebencian Zionis tak mampu kita deteksi. Benar saja, ilusi genjatan itu nyata. Serangan pun kembali terjadi diatas tank-tank dan menyerang warga sipil yang tengah berjalan ke Kota Gaza. Biadab.
Sejatinya, Zionis tidak pernah merasa takut pada rakyat dalam kondisi kepemimpinan banyak. Zionis hanya takut jika umat bersatu dalam satu kepemimpinan dan satu komando yakni dengan didatangkannya militer untuk membumihanguskan kekuatan mereka.
Gen Z jangan terkecoh dengan genjatan senjata ini yang berujung pada two state solution. Pada dasarnya, “Two State Solution” ini mempelarah keadaan dimana Zionis bisa dengan mudah untuk mencaplok wilayah Palestina, tanah kaum muslimin menjadi milik mereka. Penderitaan mereka adalah penderitaan kaum muslimin secara keseluruhan.
Kebebasan Palestina Seutuhnya
Dalam hukum Islam solusi dia negara jelas bertentangan dengan nash-nash syariah. Dalam surat Al-Baqoroh: 191, Allah Swt. berfirman, “Perangilah mereka dimana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.”
Dengan gamblang Allah Swt. memerintahkan kaum muslim untuk melakukan perlawanan terhadap pihak yang memerangi mereka sampai titik darah penghabisan. Berdasarkan ayat tersebut, jihad fisabilillah adalah fardu ain. Sahabat Nabi saw. pun melakukan kewajiban ini untuk bersama-sama memerangi dan mengusir musuh-musuh Islam.
Sayang, perintah Allah Swt. yang mulia ini tidak digubris oleh para pemimpin muslim saat ini. Bahkan, para penguasa muslim sekarang berkontribusi aktif menjaga stabilitas Zionis Israel serta berdiplomasi bersama mereka seolah tanah Al-Quds ingin benar-benar hilang. Oleh karenanya, kaum muslim, termasuk Gen Z harus bersikap tegas pada penguasa. Wajib bagi mereka amat makruf nahi mungkar dan tidak merasa puas atas keputusan yang diambil oleh penguasa.
Maka sangat jelas, krisis Palestina tidak bisa diselesaikan oleh perundingan penguasa atau di tangan PBB. Umat membutuhkan kepemimpinan Islam yang menyeluruh sehingga solusi yang ditawarkan adalah menindak secara tegas mengusir Zionis dari tanah yang suci. Khalifah akan mengirimkan bala tentara muslimin, membela kehormatan mereka sehingga Zionis akan jera selama-lamanya dan Palestina akan bebas seutuhnya. Wallahualam bisawab.