
Oleh. Afiyah Rasyad
Dimensi waktu begitu cepat berlalu
Roda kehidupan terlalu mengharu-biru
Membelah jiwa para ibu
Di antara impitan ekonomi dan masa depan kelabu
Tangis dan tawa buah hati tak lagi berarti
Air mata bahagia terlalu lama menepi
Impitan ekonomi dan amarah bertahta di hati
Goncangan jiwa menuntun menghabisi nyawa anak yang disayangi
Jiwa yang terbelah
Hati berkuah amarah
Hidup tak lagi terarah
Putus asa terus merekah
Akar masalah bukan melulu sempitnya ekonomi
Bukan pula tentang status sosial yang mumpuni
Namun, ini tentang sebuah ideologi
Sistem kehidupan yang merajai penjuru bumi
Pikiran tak lagi jernih
Harapan hidup lebih baik terlanjur menjadi buih
Kala gemerlap materi menari dalam letih
Tumpukan masalah menuntun amarah dengan begitu fasih
Ideologi kapitalisme bertebaran
Manusia turut berperan membuat aturan
Memisahkan agama dari kehidupan
Membuat para ibu melakoni hidup jauh dari Tuhan
Duhai para ibu yang mulia
Pelukan hangatmu amatlah didamba
Suka duka bersamamu menjadi pelajaran berharga
Jangan biarkan jiwa terbelah begitu saja
Duhai para ibu yang terpuji
Ujian hidup pasti datang silih berganti
Hadapi dengan tenang tanpa panas hati
Tetaplah bersandar pada Sang Pemilik Diri
Hidup mungkin bagai dalam bara
Tapi Allah tahu batas kemampuan hamba-Nya
Sabar dan syukur harus terus tersemat di dada
Agar tak ada celah bagi ibu mengakhiri nyawa putra-putrinya
Duhai para Ibu, sadarlah!
Tatanan kehidupan kapitalisme jelas salah
Saatnya mencampakkannya dan mengganti dengan sistem yang berkah
Sistem Islam yang menjaga jiwa dan akal manusia tetap terarah
Seorang ibu adalah ujung tombak lahirnya peradaban mulia
Generasi hebat disulam menorehkankan wibawa di mata dunia
Para ibu menjalankan fitrah seutuhnya
Menjadi istri, ibu, dan hamba yang selalu berselendang takwa