
Oleh: Ria Nurvika Ginting, S.H., M.H.
Linimasanews.id—Jalan Diski Glugur Rimbun, Desa Sei Mencirim dihebohkan dengan adanya seorang wanita yang bunuh diri di kediamannya. Kematian wanita yang bernama Rita Jelita Sinaga (26) ini awalnya diduga tewas karena gantung diri, ternyata dibunuh oleh suaminya sendiri. “Hasil autopsi dan pemeriksaan sanksi kejadian itu bukan gantung diri, tetapi pembunuhan,” kata Kapolsek Sunggal Kompol Bambang Gumanti Hutabarat dalam keterangan tertulis pada Minggu, (16/6/2024).
Pelakunya adalah suami korban bernama Lie Pin Chien alias Johny (42). Pelaku membunuh korban dengan mencekik. Pelaku akhirnya ditangkap pada Jumat (7/6/2024) sekitar pukul 13.00 WIB. Pelaku dikenakan Pasal 340 subsider Pasal 338 KUHPIdana.
Awal nya kasus ini viral dengan wacana istri gantung diri karena tidak diizinkan suami berekreasi ke Berastagi, Sumatra Utara. Namun, ayah Rita yakni Barita Sinaga (56) melihat ada beberapa yang janggal dengan tewas anaknya tersebut. Akhirnya ia meminta pihak kepolisian untuk melakukan autopsi untuk mengungkap penyebab kematian anaknya. Terungkaplah bahwa Rita tewas bukan karena gantung diri tapi karena dicekik oleh suaminya sendiri.
Hasil interogasi dan pemeriksaan, pihak Kapolsek menjelaskan bahwa korban mengajak suaminya untuk berwisata ke Berastagi tapi suami menolak. Korban terus memaksa dan akhirnya suami hilang kesabaran dan akhirnya mencekik leher istrinya hingga tewas. Untuk menutupi perbuatannya, dibuatlah seakan-akan si korban (istri) gantung diri (bunuh diri).
Kasus pembunuhan istri yang dilakukan oleh suami bukan sekali ini terjadi. Banyak kasus serupa dimana suami yang merupakan pasangan yang hidup bersama yang telah mengikrarkan ijab qabul dan mengikat janji setia dalam ikatan suci yakni pernikahan dengan tega dan sadisnya menghabisi nyawa tambatan hatinya (istrinya) tanpa ada rasa kasihan dan basa basi. Seakan-akan naluri kasih sayang yang dimiliki oleh manusia hilang seketika dari dirinya. Hal ini tentu dapat kita katakan melebihi tabiat hewan yang hewan saja dapat dengan lemah lembut melindungi pasangannya.
Penyebab kasus ini banyak macamnya, mulai dari masalah yang sering muncul yakni masalah ekonomi, perceraian, harta kekayaan hingga ada pihak ketiga atau pelakor. Semua hal ini membuat pikiran mereka kalut dan akhirnya tidak segan-segan untuk melampiaskannya degan bertindak kejam bahkan diluar nalar manusia. Namun, jika kita telaah lagi sebenarnya masalah ini muncul bukan hanya karena permasalahan yang beraneka ragam tadi apalagi yang sering dijadikan alasan adalah ekonomi.
Sampai saat ini, kasus semacam ini makin banyak terjadi. Kasus serupa terus terjadi bahkan makin sadis karena penerapan sistem kapitalisme di tengah-tengah kehidupan. Sistem yang berdiri atas dasar pemisahan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai standar hidup.
Kita ambil satu contohnya masalah ekonomi. Bagaimana perekonomian saat ini makin sulit dan sempit. Semua terjadi karena pemerintah yang menerapkan aturan ekonomi kapitalisme. Bagaiman harga kebutuhan pokok makin naik menjulang tinggi, tetapi tidak sejalan dengan kenaikan gaji bahkan kasus PHK makin tinggi.
Kondisi inilah yang menyebabkan kemampuan sebuah keluarga terkhusus suami sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangganya makin sulit. Dengan kondisi yang pas-pasan bahkan mungkin kekurangan membuat beberapa bahkan banyak keluarga yang tidak bisa bertahan sehingga melampiaskan kekesalan dan keputusasaan pada pasangannya.
Penyebab perselisihan, percekcokan dan pertengkaran bukanlah faktor goncangnya bahtera rumah tangga tersebut. Kembali lagi, hal ini adalah akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Adanya perselingkuhan atau orang ketiga juga karena adanya paham kebebasan yang membuat suami istri dengan bebas bergaul dengan yang bukan pasangannya.
Hal itu bahkan dianggap sesuatu yang wajar hingga akhirnya perselingkuhan pun terlintas dipikiran mereka. Sehingga banyak juga kasus pembunuhan karena perselingkuhan atau orang ketiga. Berita viral seorang polwan membakar hidup-hidup suaminya yang juga seorang polisi menjadi bukti bahwa penerapan sistem kapitalisme saat ini yang mengakibatkan “rumahku bukan surgaku” lagi.
Alasan si Istri yang akhirnya menghabisi nyawa suami karena suami selalu menghabiskan uang untuk judi online. Judi online dan segala bentuk perjudian seharusnya diberantas tuntas hingga akar. Namun, ini lah aturan dari sistem kapitalisme yang lahir dengan nafas sekularisme sehingga judi bukan dianggap perbuatan maksiat (haram) bahkan para korban kalah judi online pun diberikan bansos. Inilah hasil dari diterapkannya sistem kapitalisme di tengah-tengah masyarakat saat ini.
Fenomena suami marah dan emosi hingga akhirnya menghilangkan nyawa pasangannya menunjukkan bahwa suami (pelaku) tidak mampu mengontrol emosinya. Ketika istri marah atau mendesak terus-menerus seperti kasus yang terjadi diatas menyebabkan suami akhirnya menjadi kalut dan emosi.
Emosi sesungguhnya dimiliki oleh setiap manusia karena ia merupakan perwujudan dari naluri mempertahankan diri. Saat suami diperlakukan demikian oleh istri, maka suami merasa direndahkan dan tersakiti. Sehingga suami tidak dapat menerima hal tersebut dan membutuhkan sarana untuk melampiaskan amarahnya. Sayangnya, hal ini tidak terkontrol hingga terjadilah penghilangan nyawa.
Hal ini seharusnya membuka mata kita inilah potret bobroknya kapitalisme yang tidak mampu untuk menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga.
Islam Satu-Satunya Solusi
Emosi dan amarah hanya dapat dikontrol dengan adanya agama. Sedangkan kapitalisme memisahkan agama dari kehidupan. Sebagai seorang muslim, kita menyakini bahwa Islam dapat menyelesaikan semua masalah dalam kehidupan kita, termasuk dalam hal mengontrol emosi dan amarah.
Allah sebagai Sang Khaliq telah memberikan naluri untuk mempertahankan diri dalam diri setiap manusia. Naluri ini boleh dipenuhi, namun dalam batas-batas syariat (aturan Islam). Syariat yang akan menjadi pengontrolnya.
Islam yang berdiri atas dasar akidah Islam merupakan landasan bagi setiap muslim dalam mengikuti aturan Allah Swt. Apabila setiap muslim memiliki keyakinan (iman) yang kuat kepada Allah maka suami-istri akan bersabar dengan segala kesulitan yang mereka hadapi khususnya yang menimpa bahtera rumah tangga mereka.
Mereka yakin setiap kesulitan tersebut merupakan ketetapan Allah. Jika bersabar menghadapinya maka akan memperoleh pahala. Dalam hal marah, Islam menganjurkan untuk mengubah posisi dari berdiri menjadi duduk dan berbaring jika belum reda maka diperintahkan untuk berwudhu.
Islam juga mengatur hubungan antara suami-istri. Di mana suami merupakan qowwama dalam rumah tangga yang seharusnya ditaati oleh istri. Suami-istri memiliki hak dan kewajibannya masing-masing sehingga wajib saling menghormati dan menghargai. Bahkan Islam mengumpamakan bahwa suami-istri adalah sahabat bukan partner. Ikatan persahabatan yang menyatukan dua jiwa.
Selain itu, Islam juga memiliki sistem ekonomi yang akan menyejahterakan sehingga tidak akan muncul masalah sulitnya ekonomi seperti saat ini. Islam juga mengatur masalah sosial bagaimana interaksi laki-laki dan perempuan sehingga dapat meminimalkan perselingkuhan dan perceraian.
Sistem-sistem dalam Islam ini dibangun di atas landasan akidah Islam yang terpancar darinya aturan-aturan yang berasal dari Allah Swt., Sang Khaliq. Namun, sistem-sistem ini tidak dapat diterapkan tanpa sebuah institusi yakni Daulah Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan seluruh syariat dalam segala lini kehidupan karena negara bertanggung jawab untuk memenuhi semua hal tersebut. Sehingga, negara dapat menjaga masyarakat dengan keimanan kepada Allah Taala, termasuk dalam berumah tangga.