
Suara Pembaca
Tawuran masa kini dilakukan dengan cara kekinian, bahkan bisa untuk menghasilkan cuan. Seperti halnya aksi tawuran yang lagi-lagi pecah di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos pun muncul di balik terjadinya aksi tawuran.
Diketahui, tawuran tersebut melibatkan warga RW 01 dan RW 02 pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam (30/6).
Selain itu, aksi tawuran antara geng motor kembali terjadi di wilayah Ciomas. Sebanyak 8 pelaku yang masih usia remaja itu kini ditangkap Polsek Ciomas. Kapolsek Ciomas Kompol Iwan Wahyudi mengatakan, penangkapan para anggota geng motor itu dilakukan saat pihaknya tengah melaksanakan operasi pekat pada Minggu (30/6) dini hari. Mereka diamankan di Gang Abadi Desa Kotabatu, Ciomas usai terlibat tawuran.
Dari penjelasan tersebut, hal ini menunjukkan rusaknya generasi dan jelas menunjukkan bahwa kebahagiaan berdasarkan materi telah menghujam kuat dalam diri umat, bahkan menghalalkan segala cara. Di sisi lain, adanya tawuran menggambarkan gagalnya sistem pendidikan mencetak generasi berkualitas. Jika kerusakan terus meningkat, kondisi generasi makin terancam dan menghancurkan aset bangsa.
Hal yang menyesakan dada ini bermula dari sekularisme yang telah mengakar di dada kaum muslim pada saat ini. Sekularisme menjadikan para pemuda kehilangan visi akhirat. Konsep pahala/dosa tidak melekat pada benak meraka, sehingga tidak menjadi penuntun tingkah laku mereka.
Perilaku para pemuda yang liberal ini pun merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme menjadikan pendidikan di negeri ini berfokus pada pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas saja, tetapi abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Pelajaran agama yang sudah minim makin tidak berbekas ketika disampaikan sekadar sebagai bahan ajar agar bisa menjawab pertanyaan ketika ujian.
Dengan kegagalan sistem dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar, peristiwa ini akan terus terjadi tanpa henti. Yang jadi korban bukan hanya pelaku tetapi orang-orang tidak bersalah, seperti pengendara yang sedang melintas. Tidakkah ini membuat kita berpikir ulang tentang kelayakan sistem kapitalisme? Faktanya, sistem kapitalisme bukan sekadar gagal menyelesaikan masalah, justru menjadi biang masalah.
Maka dari itu, dibutuhkan sistem yang tegas dan jelas dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar, seperti halnya sistem Islam. Islam memiliki tujuan pendidikan yang pasti, menjadikan anak dapat bertahan hidup dalam situasi apapun dengan tetap terikat aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam pun memahamkan tujuan hidup setiap muslim adalah untuk ibadah dan membawa manfaat untuk umat.
Melia Apriani, S.E.