
Oleh: Neti
(Ibu Rumah Tangga)
Linimasanews.id—Kasus bunuh diri kembali terjadi. Doni Siswoyo (42), warga Dusun Jagil, Desa Gambiran, Kecamatan Prigen, nekad mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Diberitakan bahwa buruh pabrik tersebut bunuh diri lantaran jeratan ekonomi (radarbromo.jawapos.com, 11/7/24).
Kasus bunuh diri juga telah banyak terjadi di Bali. Bahkan, Bali telah menjadi provinsi dengan angka bunuh diri paling tinggi. Pada tahun 2024, kasus bunuh diri di Bali meningkat sebanyak 20%. Rata-rata pelaku bunuh diri adalah orang dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah (bali.tribunnews.com, 02/07/24).
Banyaknya kasus bunuh diri telah menggerakkan Polres Karimun untuk menggelar rapat koordinasi bersama tokoh agama dan instansi terkait. Dengan pertemuan tersebut diharapkan muncul inisiatif semua elemen untuk menyuarakan upaya sosialisasi guna pencegahan bertambahnya kasus bunuh diri (ulasan.co, 5/7/24)
Beban Hidup Negara Kapitalis
Kapitalisme telah mengubah tatanan negara. Dari negara yang harusnya mengabdi dan melayani rakyat, menjadi negara yang mementingkan keperluannya sendiri. Negara berpangku tangan untuk mengurusi urusan rakyatnya.
Pemerintah yang gagal memberikan jaminan penghidupan untuk rakyat, melempar tanggung jawab dengan memberikan peluang dan fasilitas kepada pihak swasta yang dinilai mampu untuk menangani keperluan-keperluan rakyat. Pihak swasta pun lama-lama mendominasi. Hampir segala sektor kehidupan dikuasai, masing-masing berlomba mengeruk materi. Rakyat tidak lagi menjadi bagian yang harus dilayani, tetapi menjadi ladang memperoleh keuntungan pribadi.
Rakyat mengurusi kebutuhannya sendiri sesuai daya beli. Padahal tidak semua rakyat memiliki kemampuan daya beli yang sama. Akhirnya, banyak rakyat menanggung derita. Tidak adanya perlindungan dari pemerintah membuat rakyat miskin tak mampu memperoleh penghidupan. Gempuran gaya hidup dan kesenjangan sosial yang muncul akibat kapitalisme, turut menambah beban hidup rakyat.
Kesehatan Mental Terjual
Banyaknya kasus bunuh diri juga sebagai tolok ukur kesehatan mental. Mental yang sehat dan tangguh akan siap menghadapi semua persoalan. Sedang mental yang sakit akan lemah.
Kelemahan mental dapat ditimbulkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah pandangan hidup. Pandangan hidup masyarakat saat ini sangat dipengaruhi oleh materi. Kehidupan dijalani adalah untuk meraih materi seperti gaya hidup, harta, dan kedudukan.
Padahal di dalam agama Islam, diajarkan bahwa hakikat hidup adalah untuk beribadah, bukan untuk mengejar materi. Keberadaan materi tidak menjamin ketentraman hidup. Akhirnya, banyak yang merasa kecewa karena kegagalan memperoleh materi. Mirisnya, lemahnya mental telah membuat banyak pihak mengambil solusi bunuh diri saat mengalami kegagalan.
Ketidakselarasan antara hakikat hidup dalam Islam dengan kenyataan kehidupan yang materialistis inilah yang disebut sebagai sekularisme.
Apabila hakikat hidupnya kuat, berpikir bahwa hidup semata-mata hanya untuk ibadah, pastilah setiap individu tidak akan tergoda oleh materi. Dengan begitu, individu pun tidak akan merasa putus asa dan gagal karena ketiadaan materi.
Pembinaan Islam mengukuhkan Mental
Seperti diketahui, bahwasanya di dalam Islam, bunuh diri sangat dilarang. Bunuh diri adalah simbol tidak adanya rasa syukur. Padahal, Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk banyak bersyukur. Dengan bersyukur, akan mengikis rasa kecewa dan putus asa sehingga dapat mencegah seseorang melakukan bunuh diri.
Namun, ada kalanya juga rasa syukur saja masih belum cukup. Ketika kecewa yang dirasakan itu terlalu berat, atau disertai banyak masalah yang bertumpuk, seperti masalah keluarga, masalah ekonomi, utang, dan lain sebagainya. Untuk itu, di dalam Islam ada pembinaan individu melalui pendidikan Islam.
Di dalam pendidikan Islam, setiap individu akan ditempa agar memiliki akidah. Mengimani bahwa hakikat manusia hidup di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt., bukan untuk memperoleh materi semata.
Sistem Islam Atasi Bunuh Diri
Negara memiliki tanggung jawab besar dalam pengurusan rakyat. Banyaknya kasus bunuh diri menjadi bukti bahwa negara telah abai dengan persoalan yang dialami rakyat. Bila kasus bunuh diri banyak terjadi karena beban ekonomi, maka negara haruslah hadir menghilangkan beban tersebut.
Sebagaimana negara dengan sistem Islam mengurus rakyat. Negara dengan sistem Islam akan menjamin kebutuhan rakyatnya terpenuhi tanpa dipersulit. Kebutuhan pokok akan dijamin pemenuhannya, dapat diperoleh dengan murah, bahkan gratis oleh rakyat. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didistribusikan merata sehingga tidak ada yang mendapat lebih dan kurang.
Sektor pendidikan dan kesehatan mendapat perhatian agar mampu dikembangkan dan dapat dinikmati manfaatnya oleh semua rakyat dengan gratis. Sehingga setiap rakyat mampu meningkatkan kualitas dan kesehatan diri. Tidak ada pembiayaan yang dibebankan kepada rakyat, kecuali di saat terdesak atau saat terjadi kekosongan di Baitulmal.
Sumber pendanaan negara didapat dari pengolahan sumber daya alam, baik itu hutan, sungai, bahan tambang dan lain sebagainya yang semuanya dikelola sendiri oleh negara. Jadi, kemungkinan rakyat menderita atau merasa kecewa hingga bunuh diri tidak akan ada. Karena, negara dengan sistem Islam akan mengatur tata kelola negara dengan tujuan semata-mata untuk kemakmuran dan ketenteraman rakyat.