
Oleh. Eni Yulika
Linimasanews.id—Sejumlah siswa SMPN 3 Banjar, Jawa Barat dievakuasi usai diduga keracunan makanan bergizi gratis (MBG). Mereka mendapat penanganan medis di sejumlah rumah sakit (detik.com, 1/10).
Sudah kesekian kalinya terjadi kasus keracunan makanan akibat program MBG. Bukan hanya satu-dua siswa, tetapi puluhan dalam satu sekolah, ada juga guru yang mengalami keracunan.
Program MBG yang diluncurkan ke berbagai sekolah di pelosok negeri ini sangat menggembirakan beberapa kalangan, tetapi banyak kasus yang menimpa, seperti keracunan, wadah yang mengandung minyak babi, bahkan makanan yang kurang layak. Program ini sebenarnya tidak apa-apa, tetapi sepanjang perjalanannya tampak tergesa-gesa dan tidak dijalankan dengan pertimbangan yang masak.
MBG diberikan dengan tujuan memperbaiki gizi generasi. Seharusnya, dicari terlebih dahulu penyebab anak-anak kekurangan gizi. Lalu, apakah dengan memberikan MBG masalah gizi anak selesai?
Permasalahan negeri ini sangatlah kompleks. Program MBG ini sebenarnya tidak bisa menyelesaikan masalah pokok di masyarakat. Sebab, masalah ekonomi masyarakat yang rendah dipicu beberapa faktor. Di antaranya, sulitnya lapangan pekerjaan, harga barang pokok yang mahal, dan permasalahan lainnya.
Masalah terbesarnya adalah penerapan sistem ekonomi berbasis kapitalisme. Dalam sistem ini, sumber daya alam yang ada tidak bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat. Kita masih mengandalkan asing untuk mengelolanya. Belum lagi, negeri ini terus terjerat utang dan pajak yang tinggi. Semua ini menambah beban masyarakat semakin tinggi.
Karena itu, harusnya yang menjadi fokus penguasa adalah memperbaiki permasalahan mendasar tersebut. Makan bergizi gratis itu adalah cabang terkecil yang bisa saja dilakukan, tetapi bukan menjadi solusi mendasar.
Solusi Islam
Di dalam sistem Islam, permasalahan ekonomi menjadi salah satu fokus utama yang harus diselesaikan. Dalam Islam, pendapatan negara bukan bertumpu pada utang dan pajak. Banyak pos pemasukan negara, seperti melalui pengelolaan sumber daya alam (dengan tetap menjaga kelestarian alam), zakat, harta rampasan perang atau ghanimah, jizyah, kharaj (tanah yang terikat dengan perjanjian), dan lain-lain.
Bukan hanya pemasukan, pengeluaran negara dalam sistem Islam juga di atur. Pengeluaran negara ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat per individu. Negara membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Di sisi lain, negara memperlakukan secara bijaksana bagi laki-laki yang tidak mau mencari nafkah. Dalam sebuah kisah, ada seorang pria dari kalangan Anshar yang meminta-minta datang kepada Rasulullah saw. Beliau kemudian memberikan dua dirham, menyuruh sahabat tersebut membeli makanan dan kapak, serta mengajarinya mencari kayu bakar lalu menjualnya agar bisa mandiri.
Seperti inilah Islam mengajarkan kepada para pria untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, bukan meminta-minta. Islam juga memiliki solusi tuntas menangani berbagai masalah mendasar pada kehidupan manusia.