
Oleh: Afifah (Muslimah Brebes)
Linimasanews.id—Derita tak kunjung usai mendera warga Gaza. Dikutip dari republika.co.id ( 28/12/2024), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa serangan Zionis Israel terhadap rumah sakit Kamal Adwan, menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara.
Laporan awal menyebutkan, sejumlah bagian rumah sakit terbakar hebat dan hancur akibat serangan Israel. Sementara, 60 tenaga kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk yang menggunakan ventilator yang masih bertahan di rumah sakit itu.
Kondisi Gaza terutama anak-anak makin mengenaskan. Mereka menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena ketiadaan tempat tinggal yang memadai. Melihat kenyataan ini, kaum muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional. Faktanya, semenjak isu Palestina membara akibat penjajahan Zionis 1987 lalu, para pemimpin dunia termasuk pemimpin negeri-negeri muslim kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dengan mengecam, menghardik, ataupun mengutuk kebiadaban Zionis, seolah-olah mereka telah berupaya keras melawan zionis.
Lebih menyakitkan lagi, para pemimpin ini justru mengambil solusi dua negara sebagaimana arahan Barat atau pengusung kapitalisme yang jelas tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini. Umat Islam harus ingat, keberadaan Zionis di tanah Palestina adalah hasil dari perjanjian keji internasional negara- negara front Barat, Perjanjian Sykes Picot. Kemudian, Deklarasi Balfour dari Inggris, menjadi jalan awal penjajahan zionis di Palestina. Penjajahan Zionis itu pun tetap dipelihara oleh negara pengemban ideologi kapitalisme hari ini, yakni Amerika Serikat (AS) yang menjadikan Zionis sebagai penjaga kepentingannya.
Pada dasarnya, alasan Amerika Serikat mendukung Zionis adalah karena mereka melihat Zionis sebagai alat yang berguna untuk menahan pengaruh Uni Soviet di Timur Tengah, di antara negara-negara Arab selama perang dingin berlangsung. Joe Byden ketika menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pun memastikan dukungannya terhadap Israel.
Karena itu, selama sistem kepemimpinan kapitalisme eksis dalam kancah perpolitikan internasional, sekalipun ada wacana menyeret Benyamin Netanyahu ke mahkamah pengadilan internasional, upaya itu tidak akan membuat Zionis merasa takut. Kecaman, kutukan, dan hardikan dari penguasa negeri muslim juga tidak akan pernah dipandang sebagai tekanan politik bagi Zionis. Demikian pula lembaga-lembaga internasional yang melaporkan kejadian genosida di Palestina. Zionis akan tetap berdiri pongah tanpa merasa bersalah. Sebab, negara pengemban sistem kapitalisme telah memberikan jalan pada Zionis untuk membantai Palestina, termasuk anak-anak di Gaza.
Untuk itu, kaum muslim harus memiliki agenda sendiri untuk menyelamatkan saudara-saudara muslim di Palestina. Harus ada upaya dakwah yang menyatukan pemikiran dan perasaan bahwa akar masalah di Palestina adalah perang ideologi antara Islam dan kapitalisme. Solusi syar’i-nya pun hanya jihad fisabilillah mengusir penjajah Zionis.
Penyatuan pemikiran dan perasaan berlandaskan Islam ini akan membuat kaum muslim sadar dan tidak rida atas penerapan sistem kapitalisme di negeri-negeri muslim, termasuk di Palestina. Aktivitas dakwah yang demikian hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis. Sebab, merekalah yang mengambil fikrah dan thoriqoh dakwah berlandaskan pada ideologi Islam. Mereka pula yang mampu memahami dengan benar realitas masalah dan solusi untuk menyelesaikannya, termasuk masalah penjajahan di Palestina. Mereka juga yang terus istikamah membimbing umat untuk mengenali kembali perisai dan pengurus umat Islam, yakni Khilafah.
Hal itu dibuktikan dengan keistikamahan mereka yang senantiasa menawarkan solusi mengirimkan tentara untuk berjihad dan penyatuan kaum muslim di bawah naungan khilafah. Untuk menyelamatkan saudara muslim di Palestina, upaya sungguh-sungguh itu harus terus istikamah dilakukan. Karena realitasnya, hanya dengan institusi khilafah sajalah kaum muslimin memiliki kekuatan politik.
Agenda ini juga harus menjadi agenda kaum muslim, terutama para pemudanya di mana pun berada. Seluruh kaum muslim harus memahami tuntunan Islam yang shahih dalam menyelesaikan penjajahan Palestina. Inilah agenda umat yang harus diprioritaskan dan diperjuangkan.